Gemuruh mesin Falcon-X terdengar hingga memenuhi ruang start balapan Nebula Circuit. Lana duduk di balik kemudi, tangannya menggenggam setir dengan erat. Jantungnya berdetak kencang, bukan karena ketakutan, tetapi karena kegugupan yang menggantung di udara. Di sekitarnya, pembalap lain bersiap. Mobil mereka jauh lebih canggih dibandingkan Falcon-X yang tampak seperti anomali di antara kendaraan berteknologi tinggi.
Sementara itu, Axel Kane, dengan senyum sinis di wajahnya, menatap Lana dari dalam mobilnya yang berkilau, dipenuhi modifikasi mutakhir. Di belakang Axel, Vera Cryse duduk dengan tenang, wajahnya datar, fokus pada lintasan di depan.
"Siap, Lana?" Rai berbicara melalui perangkat komunikasi. "Ingat latihan kita. Tetap tenang, jangan terbawa emosi."
Lana menarik napas panjang. "Aku siap."
Lampu start menyala. Tiga… dua… satu… hijau!
---
Lintasan Penuh Bahaya
Mobil-mobil meluncur dengan kecepatan luar biasa, meninggalkan garis start seperti peluru. Falcon-X, meski terdengar kasar, tetap bertahan di posisi tengah. Lana mengikuti strateginya, menjaga kecepatan stabil di awal.
Lintasan pertama terdiri dari jalan lurus panjang, tetapi Lana tahu jebakan sebenarnya ada di tikungan tajam yang menunggu di ujung. Di sinilah kemampuan Falcon-X untuk memanfaatkan momentum akan menjadi keunggulan.
Saat memasuki tikungan, Lana memanfaatkan pelajaran dari latihan bersama Rai. Ia membelokkan mobilnya dengan presisi, melewati dua pembalap yang terlalu lambat mengerem. Tapi Axel sudah jauh di depan, memimpin dengan gaya agresifnya, sementara Vera membuntutinya tanpa celah.
"Aku bisa melakukannya," gumam Lana sambil menambah kecepatan.
Lintasan berubah menjadi jalanan menanjak. Mobil Falcon-X meraung, melawan gravitasi. Mesin tua itu bergetar, tetapi tetap bertahan. Lana terus mendekati kelompok depan, berhasil melewati pembalap lain di tanjakan.
Namun, di tengah semangatnya, Lana merasa sesuatu yang tidak beres. Axel, yang masih memimpin, tiba-tiba mengubah jalur, memaksa pembalap lain untuk mengerem mendadak. Lana tidak punya waktu untuk bereaksi.
"Jangan panik!" Rai berteriak melalui komunikator.
Terlambat. Mobil Falcon-X terpeleset ke sisi lintasan, menghantam pembatas jalan. Lana berhasil mengendalikan mobilnya sebelum terbalik, tetapi posisinya melorot ke bagian belakang lintasan.
---
Kebangkitan yang Singkat
Dengan napas memburu, Lana kembali melajukan Falcon-X. Mobil itu kini mengeluarkan suara aneh, tetapi masih cukup kuat untuk terus melaju. Satu per satu, ia mulai menyusul pembalap lain, berjuang menuju posisi tengah.
Axel dan Vera masih jauh di depan, bertarung sengit di lap terakhir. Vera mencoba menyalip Axel di tikungan terakhir, tetapi Axel memanfaatkan keunggulan teknologi mobilnya untuk mempertahankan posisi.
Sementara itu, Lana berhasil mencapai posisi kelima. Namun, lintasan terlalu pendek untuk mengejar ketertinggalannya. Ketika bendera finis berkibar, Axel melesat melewati garis finis pertama, diikuti Vera di posisi kedua.
Lana melintasi garis finis dengan kecepatan penuh, menduduki posisi kelima. Meski ia tahu ini bukan akhir yang buruk untuk pembalap pemula, hatinya terasa hancur.
---
Konfrontasi di Akhir Balapan
Setelah balapan usai, Lana keluar dari mobilnya dengan langkah berat. Para penonton bersorak untuk Axel, yang berdiri di atas mobilnya dengan tangan terangkat, merayakan kemenangannya. Vera berjalan menjauh tanpa sepatah kata, seperti biasa.
Lana menghampiri Falcon-X yang penuh goresan dan kerusakan, menatapnya dengan kecewa.
"Ini bukan akhir, Lana," suara Rai terdengar dari belakang.
Lana menoleh, wajahnya penuh amarah. "Aku gagal, Rai. Mobil ini tidak cukup baik. Aku tidak cukup baik."
Rai menggeleng. "Tidak ada pembalap yang memenangkan balapan pertama mereka. Bahkan Axel Kane tidak. Kau bertahan melawan mobil-mobil yang jauh lebih canggih dan pembalap yang jauh lebih berpengalaman. Itu sudah kemenangan tersendiri."
Sebelum Lana bisa membalas, Axel mendekat dengan senyum mengejek. "Kau pikir kau bisa bersaing denganku dengan mobil tua itu? Seharusnya kau mendengarkan peringatanku."
Lana mengepalkan tinjunya, tapi Rai menahannya. "Jangan," katanya pelan.
Axel melanjutkan dengan nada penuh percaya diri, "Kalau kau serius ingin bersaing, belajarlah bagaimana cara membangun mobil yang layak. Sampai saat itu, jangan buang waktuku."
Lana menatapnya dengan penuh tekad. "Aku mungkin kalah hari ini, tapi ini bukan akhir, Axel. Aku akan kembali, dan saat itu, aku akan membuatmu menyesal."
Axel tertawa kecil sebelum pergi meninggalkan mereka.
---
Harapan Baru
Malam itu, Lana dan Rai kembali ke bengkel. Falcon-X diparkir di sudut, mesin tuanya mengeluarkan bunyi pelan seperti protes.
"Kita bisa memperbaikinya," kata Rai.
Lana mengangguk, meski matanya masih penuh dengan kesedihan. "Aku tidak mau hanya memperbaikinya. Aku ingin Falcon-X lebih baik dari sebelumnya. Kalau ini adalah awal, aku ingin memastikan akhir cerita ini adalah aku berdiri di podium juara."
Rai tersenyum tipis. "Itu semangat yang aku tunggu. Tapi kau harus siap bekerja lebih keras. Ini baru permulaan."
Lana mengepalkan tangannya, menyadari satu hal. Kekalahannya hari ini bukanlah akhir. Ini adalah awal dari perjalanan panjang untuk membuktikan dirinya, tidak hanya kepada Axel, tetapi kepada dunia.
---
HM12