webnovel

Keluarga Fern 2

Ivana selalu tahu kalau ia akan mendapatkan sesuatu yang buruk jika hubungannya dengan TUannya telah berakhir.

Berada di penjara bawah tanah dan ditanya terus menerus oleh Dylan, membuatnya muak.

"Apa? Kau akan mengatakan sesuatu kali ini?" Dylan tersenyum dengan aneh sambil menggosok belati dengan saputangan yang telah berubah warna menjadi coklat. "Jangan membuang waktu sampai Leo datang kemari."

Ivana mengatupkan bibirnya rapat-rapat, terang saja bertemu Leo adalah hal yang sangat memalukan baginya, ia yang merawat laki-laki itu dari dalam buaian hingga sebesar ini, tapi ia jualah yang menghancurkan Leo.

Arthur tidak berani banyak bicara, ia hanya berdiri kaku seperti patung manekin. Ia juga memiliki banyak kesalahan dan terakhir kali ia harus mendengar kemurkaan sang Ratu selama lima jam penuh di ruangan tertutup.

Itu mengerikan, Ratu adalah orang yang mengerikan daripada Tuan yang mengubah semua orang di kota Dorthive, itu serasa wajar karena ia adalah seorang Ratu.

"Kau tidak mau bicara?" Dylan menghela napas, ia sudah bosan berada di sini. "Aku memberi tahumu satu hal, Mansion kelurga Fern terbakar hari ini."

Ivana menatap Dylan dengan mata terbelalak, kedua tangannya bergetar, antara bingung dan tidak percaya.

"Bagaimana … bisa?" tanyanya dengan suara serak, ia merangkak di lantai yang lembab dan kedua tangannya itu meraih jeruji besi hingga suara rantai yang berderak terdengar keras. "Apa kau berbohong?!"

"Untuk apa aku berbohong?"

Dylan mendengkus, melihat tampilan yang terlihat aneh, mau tidak mau ia menjadi waspada.

"Apa kau tahu sesuatu tentang ini?"

Ivana terdiam, matanya jatuh ke lantai yang basah dan kotor, Mansion keluarga Fern memiliki kekuatan gelap yang sangat kuat, bahkan api pun tidak akan bisa membakar dalam waktu singkat.

Kecuali, jika orang di dalam sana memang menginginkan Mansion itu terbakar.

"Kurasa dia memang tahu sesuatu." Arthur menghela napas panjang, kedua lengan bajunya sudah menggulung. "Lakukanlah dengan cepat hari ini, aku ingin mandi."

Dylan bangkit hendak mengatakan sesuatu sebelum suara langkah kaki turun ke bawah, mereka berdua menatap ke atas.

"Oh, kau akhirnya kemari." Dylan tersenyum tanpa daya, menatap Leo yang menatap lurus ke arah Ivana. "Mansion keluarga Fern benar-benar terbakar, bukan?"

"Ya," sahut Leo dengan suara pelan. "Ivana, kau orang baik."

Ivana tertegun, kedua tangannya yang masih memegang jeruji besi itu bergetar dengan hebat, menahan emosi yang tidak bisa diartikan.

"Aku tahu kau melakukan ini semua untuk putrimu, bukan?"

Wanita itu masih tidak bicara, tangannya semakin lama semakin kuat memegang jeruji besi, keringat dingin mengalir deras di punggungnya dan matanya mulai memerah.

"Putri?" Arthur bergumam, ia bersedekap mencoba mengingat.

Baik ia dan Dylan, mereka tidak pernah tahu kalau Ivana memiliki seorang putri, wanita itu tidak pernah sedikit pun memperlihatkan bahwa ia memiliki seseorang yang ia kasihi di dekatnya.

"Putrimu berada di tangan keluarga Fern?" Leo berjalan mendekati Ivana, mata mereka berdua bertatapan. "Aku benar, kan?"

"Darimana kau …."

"Kau sering memanggil seseorang ketika tertidur bersamaku ketika kecil." Leo berjongkok di depan Ivana, perasaannya sekarang campur aduk, antara prihatin dan marah. "Namanya Mina."

Leo sering mendengarnya ketika ia kecil, awalnya ia tidak mengerti dan tidak tahu siapa Mina, tapi kemudian ia menyadarinya.

Mina adalah putri Ivana.

Leo mencari semua batu nisan yang ada di kota Dorthive dan tidak ada satu pun yang memiliki nama Mina, nama itu sangat asing dan hampir tidak ada satu orang pun yang menggunakannya.

Hanya Putri Ivana seorang.

Leo hanya membuat kesimpulan secara acak kalau putri Ivana mungkin saja berada di tangan keluarga Fern.

"Apa yang terjadi pada Mina?"

Air mata Ivana berjatuhan di atas lantai dan wanita itu mengeluarkan isakan lirih dengan kedua tangan yang gemetar hebat.

Baik Arthur, Dylan dan Leo. Mereka semua membiarkan Ivana menumpahkan emosi yang ada di dalam dadanya, mereka bertiga tidak berbicara sedikit pun sehingga Ivana merasakan kalau mereka bertiga sebenarnya tidak terlalu buruk juga memperlakukan seorang wanita tua.

"Dia punya tubuh yang lemah." Ivana menarik napas setelah mulai tenang, ia menyeka wajahnya yang kotor dan menarik napas dalam-dalam. "Dia tidak bisa hidup tanpa meminum obat sepanjang hari."

Ivana memiliki ingatan yang kabur tentang putrinya, ia hanya ingat beberapa hal kecil.

Mina memiliki kulit yang pucat, bahkan warnanya hampir seperti kertas putih yang biasa ditulis oleh sang Marquis, rambutnya selalu rontok setiap kali menyisir, jika ia terluka, darahnya terus mengalir kalau tidak diberi obat.

Mina mengalami hidup yang sulit dan tidak bisa bermain seperti anak-anak lainnya dan selalu diam di kursi.

Keadaan itu membuat Ivana tersiksa.

"Apa yang dijanjikan keluarga Fern padamu?" Leo bertanya lagi, ia tidak ingin memaksa kalau Ivana masih tetap berdiri pada keyakinannya. "Apakah mereka menjanjikan kesembuhan Mina?"

Ivana menatap Leo, air matanya menetes semakin deras berjatuhan ke lantai.

Seakan-akan apa yang telah dikatakan oleh Leo itu menggores hatinya, menyadarkan apa yang telah ia lakukan selama ini.

"Mina tidak bisa sembuh," kata Leo dengan suara pelan, ia membuka kunci yang mengait di jeruji besi, membuat dirinya dan Ivana berhadapan. "Kau hanya menyiksanya kalau terus membuatnya hidup."

Ivana tidak bisa menahan perasaannya lagi, ia menangis tersedu-sedu di depan Leo untuk yang pertama kalinya.

Celia memang menjanjikan kesembuhan Mina, tapi kapan itu, Ivana tidak tahu. Bahkan saat ia tidak lagi melihat Mina karena dibawa Celia, ia tidak protes. Pikirannya terbelunggu dengan keadaan Mina yang sekarat.

Mungkin ia terlalu bodoh, atau ia telah kehilangan kewarasannya.

"Apa yang kau inginkan?" Ivana yang telah tenang menatap Leo, kedua tangan yang masih terantai itu diawasi dengan ketat oleh Dylan.

"Bekerja sama denganku," lanjut Leo dengan suara tenang, ia mengulurkan tangannya pada Ivana. "Kita sama-sama menghancurkan keluarga Fern atas semua kejahatan yang selama ini dilakukan."

Ivana menatap tangan Leo, logika dan hatinya saat ini berkecamuk.

Ia tidak tahu apa yang telah terjadi pada Mina, mungkin saja mati, mungkin saja telah menjadi tengkorak dan tanah.

Atau mungkin juga, Mina masih hidup. Terjebak di mansion keluarga Fern dan tidak bisa keluar kalau ia tidak datang menjemput.

Putrinya yang malang, putri tersayangnya.

Ivana sadar kalau ia terus diam, ia tidak akan tahu seperti keadaan Mina.

Ivana menatap mata Leo dengan lekat, seakan-akan ada setitik harapan yang muncul di mata laki-laki itu.

Leo yang ia rawat sejak kecil dan ia yang paling tahu tentang laki-laki itu.

"Bisakah aku mempercayaimu?"

Leo tersenyum tipis, ia memegang tangan Ivana yang kotor. "Pertanyaannya adalah, bisakah kau mempercayai dirimu untuk mengalahkan keluarga Fern bersama kami?"