webnovel

Bab 8: Kecemasan

Saat Raka mulai kembali sadar, dunia di sekitarnya terasa kabur dan samar-samar. Udara dingin menyentuh kulitnya, namun yang pertama kali ia dengar adalah suara lembut, tetapi cemas dari Lily yang memanggil namanya.

Lily: (dengan suara gemetar, mencampur rasa lega dan khawatir) "Raka... Raka, bangunlah!"

Perlahan, Raka membuka matanya, menatap langit yang cerah di atasnya. Sinar matahari yang tajam membuat pandangannya sedikit kabur. Dia memiringkan kepalanya, menatap wajah Lily yang menunduk di sampingnya. Ada bekas kekhawatiran di sana.

Raka: (dengan nada kaget, mencoba bangkit) "Lily? Apa yang terjadi?"

Lily: (menundukkan kepala, terlihat kecewa) "Kita kalah..."

Raka terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata itu. Setelah beberapa saat, ia menundukkan kepala, menatap tanah.

Raka: (gumamnya pelan, suaranya berat membawa rasa bersalah) "Begitu ya... Maaf, aku tidak bisa melakukan lebih... Aku hanya jadi beban."

Lily: (dengan cepat menggelengkan kepala, nada suaranya tegas) "Tidak, Raka. Kau sudah melakukan lebih dari cukup. Jauh melebihi ekspektasiku. Kamu bahkan lebih kuat dari yang kamu pikirkan. Kau hanya perlu lebih percaya diri."

Raka: (tersenyum kecil, meskipun bayangan kegagalan masih terlihat di wajahnya) "Terima kasih, Lily."

Dia menghela napas, lalu mengalihkan pandangannya ke arah keramaian di belakang Lily, di mana sekelompok orang sedang berkumpul, bersorak dan berteriak penuh semangat.

Raka: (menatap layar besar di kejauhan, mulai cemas) "Apa yang terjadi di sana?"

Lily: (tersenyum tipis, menunjuk ke arah kerumunan) "Mereka sedang menonton siaran langsung dari ujian penempatan kelas. Ini sepertinya seleksi terakhir, dan mereka semua menunggu penentuan pemenang. Di antara peserta itu, ada orang yang sangat ingin kau lihat?"

Raka: (dengan pandangan tajam, kegelisahan mulai tumbuh di dadanya) "Alya..."

---

{Beralih ke dalam Monolit World}

Di tengah lapang yang tampak sunyi namun penuh ancaman tersembunyi, Alya dan Kris berjalan dengan santai. Wajah Alya terlihat sedikit bosan, sesekali ia menghembuskan nafas berat, melihat sekeliling yang sepi.

Alya: (menendang batu kecil, wajahnya tampak kesal) "Ujian ini mulai membosankan. Semua orang yang kita temui langsung kalah. Tidak ada tantangan sama sekali."

Kris: (tersenyum tipis, menatap ke depan) "Ya, memang begitu. Tapi itu hal yang baik. Setidaknya aku tidak perlu terlalu khawatir menjaga keselamatanmu, Nona Alya."

Alya: (mendengus, kesal dengan kata-kata Kris) "Aku tidak butuh penjagaanmu sejak awal, Kris. Aku bisa menjaga diriku sendiri dan jangan panggil aku Nona!"

Kris: (tertawa kecil, melangkah santai di depannya) "Baiklah, aku akan menyampaikan itu kepada Master nanti."

Alya terdiam sejenak, pikirannya melayang ke kakaknya, Raka.

Alya: (dalam hati, sedikit cemas) "Apakah dia bisa berada di kelas yang sama denganku nanti? Apakah dia berhasil melewati ujian?"

Namun, sebelum dia bisa lebih jauh dalam pikirannya, sebuah bola api besar tiba-tiba melesat ke arah mereka dengan kecepatan luar biasa.

Kris: (mengayunkan pedangnya dengan cepat, memotong bola api menjadi dua) "Hati-hati!"

Alya: (menatap tajam ke arah sumber serangan, suaranya dingin) "Siapa itu?"

Dua sosok muncul dari balik pepohonan, berjalan dengan langkah percaya diri. Salah satunya adalah wanita elegan dengan tanduk naga melengkung di kepalanya. Di sampingnya, seorang pria Beastman gagah dengan rambut emas berkilau.

???: (berbicara dengan nada hormat) "Maaf atas ketidaksopanan kami, Penerus Saintess, Lady Alya Celestia. Kami kira Anda hanya orang-orang lemah seperti yang lain."

Alya: (menatap mereka dingin, nada suaranya tegas) "Tidak perlu berbicara formal. Kita sebaya, dan kita semua adalah lawan dalam ujian ini, Keira Draconfall."

Keira: (tersenyum ramah, mengangguk) "Baiklah, seperti yang Anda inginkan."

---

{Di luar Monolit World}

Raka menatap layar siaran dengan tatapan penuh kecemasan.

Raka: (serunya dalam hati, matanya melebar) "Keira Draconfall?! Dia yang menyerang kita tadi... Siapa sebenarnya dia?"

Lily: (tertawa kecil, terlihat sedikit jengkel) "Sepertinya segalanya sudah diatur dari awal. Pembagian kelompok dalam ujian ini terasa tidak adil sama sekali."

Raka: (bingung, menatap Lily) "Apa?"

Namun, sebelum Lily bisa menjawab, rasa khawatir tentang Alya kembali membanjiri pikiran Raka.

Raka: (gumamnya pelan, tatapannya kembali ke layar) "Alya..."

---