Malam itu sunyi, diterangi hanya oleh cahaya rembulan yang memantulkan bayang-bayang di sepanjang jalan. Raka mengikuti langkah Alya dengan perasaan penasaran, hingga akhirnya mereka tiba di sebuah toko kecil yang masih bertahan di sudut kota Elaria. Toko itu tampak sama seperti yang ia ingat, penuh aroma khas dan suara hewan familiar yang tenang di dalamnya. Kenangan masa kecil mereka bersama ibu mereka, Astra, seakan kembali mengisi udara.
Raka: (mengamati toko dengan perasaan terkejut) "Aku tak menyangka toko ini masih ada di sini setelah sepuluh tahun... Jadi, kau membawaku ke sini untuk membeli makanan untuk Frey atau semacamnya?"
Alya: (tersenyum kecil, matanya menatap kenangan) "Ya, hanya itu alasanku. Tapi... tempat ini... banyak kenangan kita di sini, kan?"
Raka mengangguk, dan pikirannya perlahan mengembara ke masa lalu.
---
(Flashback dalam ingatan Raka)
Sepuluh tahun yang lalu, saat Raka dan Alya masih kecil, mereka mengikuti langkah ibu mereka, Astra, di tengah hiruk-pikuk ibukota Elaria. Wajah Alya penuh dengan senyuman, matanya bersinar dengan rasa penasaran, sementara Raka yang lebih tenang berjalan sambil menggenggam tangan ibu mereka dengan erat.
Toko hewan familiar itu terletak di ujung jalan berbatu, kecil dan sederhana dibandingkan bangunan-bangunan besar di sekitarnya. Aroma khas binatang dan dedaunan menguar dari pintu toko yang terbuka, seolah mengundang mereka masuk.
Astra: (tersenyum lembut, sambil menatap anak-anaknya) "Nah, hari ini Ibu punya kejutan untuk kalian. Kalian boleh memilih hadiah di sini."
Alya: (mata berbinar, menggenggam tangan Astra lebih erat) "Benarkah, Ibu? Apa pun yang kita mau?"
Astra: (tertawa kecil, mengusap kepala Alya) "Iya, sayang. Pilihlah familiar yang kalian suka. Ibu ingin kalian punya teman yang bisa menemani kalian."
Alya langsung berlari kecil menuju kandang-kandang familiar, melihat berbagai makhluk yang ada di dalamnya dengan penuh semangat. Raka mengikutinya perlahan, sambil sesekali menatap ibunya dengan ragu.
Di salah satu kandang, Alya terpukau melihat seekor burung besar berbulu putih bersih, mata tajamnya seolah memancarkan kekuatan. Tubuhnya elegan, dengan bulu-bulu yang tersusun rapi dan sedikit bercahaya di bawah sinar matahari yang masuk melalui jendela toko. Seekor Winter Falcon.
Alya: (melompat kegirangan, menunjuk burung itu) "Ibu, aku mau yang ini! Aku mau Winter Falcon!"
Raka menatap Alya dengan mata sedikit terkejut. Ia tahu bahwa burung itu adalah salah satu familiar yang paling mahal dan jarang ditemui. Hati kecilnya merasa khawatir kalau permintaan Alya terlalu berat untuk ibu mereka.
Raka: (berbisik pelan pada ibunya, dengan nada cemas) "Ibu, itu kan mahal sekali… Apa tidak masalah?"
Astra: (tersenyum hangat pada Raka, menggenggam tangannya) "Jangan khawatir, Raka. Ibu ingin memberikan kalian hadiah yang bisa menjaga dan menemani kalian. Lagipula, melihat kalian bahagia adalah kebahagiaan ibu juga."
Raka mengangguk, tetapi ia tetap merasa enggan memilih sesuatu yang mahal. Di tengah kebimbangannya, ia mendekati penjual toko dan bertanya dengan hati-hati.
Raka: (berbisik kepada penjual) "Um… Familiar yang paling murah di sini apa, Pak?"
Penjual itu mengangguk, memahami keraguannya, lalu pergi ke bagian belakang toko dan kembali dengan seekor gagak kecil yang tampak kurus dan sedikit kusut. Bulu hitamnya memiliki kilau yang berbeda dari gagak lain, seakan sedikit bercahaya dengan warna biru tua. Namun, gagak itu tampak lemah, matanya setengah tertutup, dan ia hampir tidak bergerak.
Penjual: (menghela napas, menatap gagak itu dengan kasihan) "Ini seekor Hunter Raven, tapi dia lahir kecil dan lemah. Induknya bahkan menolaknya karena kondisinya ini. Kami juga belum tahu apakah ia bisa bertahan hidup lama."
Astra mengerutkan kening, terlihat cemas sambil menatap gagak kecil itu. Tetapi Raka merasakan sesuatu yang berbeda. Di balik kelemahannya, gagak itu tampak memiliki semangat yang tak biasa, seolah-olah hanya butuh kesempatan untuk menunjukkan potensinya.
Raka: (tersenyum tipis, sambil menatap ibunya) "Aku mau gagak ini, Bu."
Astra: (menatap Raka dengan kaget, lalu menghela napas dan tersenyum lembut) "Kalau itu pilihanmu, Ibu tidak akan melarang. Tapi ingat, Raka… familiar ini mungkin membutuhkan perhatian ekstra darimu. Maukah kau merawatnya seperti bagian dari keluarga kita?"
Raka: (mengangguk yakin, menatap gagak itu dengan penuh kasih) "Aku berjanji, Bu. Aku akan merawatnya dengan sebaik mungkin."
Astra: (tersenyum bangga, menatap Raka dan Alya bergantian) "Ibu senang melihat kalian siap bertanggung jawab. Familiar yang kalian pilih hari ini akan menjadi teman seumur hidup, jadi jagalah mereka seperti kalian menjaga satu sama lain."
Alya memandang Raka dengan sedikit kebingungan tetapi senyum bangga. Raka mengulurkan tangan ke kandang, dan gagak kecil itu menatapnya dengan mata yang penuh harap, seolah-olah mengerti bahwa akhirnya ada yang bersedia merawatnya.
Astra: (menyentuh bahu keduanya) "Kalian tahu, ibu selalu percaya pada kemampuan kalian. Bahkan pada hal-hal yang mungkin tampak kecil atau lemah, seperti gagak ini… setiap makhluk memiliki potensi dan keunikannya sendiri."
Astra kemudian mengusap kepala Raka dengan kasih sayang, lalu menatap Alya dengan lembut. Di momen itu, seakan Astra menyampaikan pesan tersembunyi pada mereka berdua—untuk saling mendukung dan percaya pada kekuatan satu sama lain, apa pun yang terjadi di masa depan.
(Akhir flashback)
---
Raka tersentak kembali ke masa kini ketika Alya selesai membeli makanan untuk Frey, Winter Falcon-nya yang dulu ia pilih dengan penuh semangat. Ia mendekati Raka, sambil tersenyum kecil.
Alya: (menyerahkan kantong makanan ke Raka, dengan senyum kecil) "Bagaimana dengan Shade? Apa dia tidak butuh makanan?"
Raka: (tertawa kecil) "Ah, Shade hanya makan cookies. Sungguh familiar yang merepotkan—dia tidak mau berhenti berbicara itu sangat menyebalkan dan aneh rasanya mendengar hewan berbicara bahasa manusia"
Alya: (tertawa pelan, mengingat kelakuan Shade) "Ya, aku ingat bagaimana ia mengejekmu dengan menirukan suara Ibu waktu itu. Tidak ada yang percaya gagak sekecil itu bisa bicara, bahkan kita."
Raka tertawa bersama Alya, Raka lalu teringat saat ia menggunakan [Trait Box] salah satu dari [God power] miliknya untuk menyembuhkan Shade hingga memiliki kemampuan berbicara. Saat pertama kali menunjukkan hal tersebut pada Alya dan Astra Mereka berdua sangat terkejut,Raka tersenyum teringat ekspresi kaget mereka berdua.
Mereka lalu keluar dari toko familiar, berjalan di bawah sinar rembulan menuju asrama. Udara malam yang sejuk dan damai membawa keheningan yang menyentuh di antara mereka.
Raka: (tersenyum kecil, mata menerawang ke masa lalu) "Aku masih ingat ekspresi senangmu waktu melihat Frey. Kau langsung menunjuknya dan bilang, 'Aku mau yang itu!' Tanpa ragu sedikit pun."
Alya: (tersenyum lembut, mata berkaca-kaca) "Iya... dan aku juga ingat bagaimana kau rela memilih Shade, familiar kecil yang tampak lemah, hanya karena kau tidak ingin merepotkan Ibu."
Raka: (tertawa kecil, menatap Alya penuh kasih) "Aku kasihan padanya waktu itu. Sekarang, Shade malah seperti nenek cerewet yang mengingatkan segala hal."
Alya: (mengusap matanya, tertawa kecil) "Iya, tapi itu membuat kita tetap terhubung. Kita sudah berjanji pada Ibu untuk merawat mereka seperti bagian dari keluarga."
Suasana hening sejenak. Cahaya bulan yang kebiruan membuat wajah Alya terlihat sendu. Raka menyadari bahwa di balik senyum adiknya, ada perasaan rindu yang dalam.
Raka: (menatap Alya dengan lembut) "kamu... sangat merindukan Ibu, ya?"
Alya: (menunduk, suara pelan dan penuh kerinduan) "Ya, Kak... Aku ingin merasakan masakannya lagi. Aku ingin dia menyisir rambutku seperti dulu, mengajarku dengan sabar... Aku ingin menemuinya lagi."
Raka merasakan keharuan yang mendalam melihat Alya seperti ini. Mengetahui betapa besar rasa rindu adiknya pada ibu mereka, ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari item Subspace miliknya. Sebuah gelang yang ia buat dari kayu pohon, serupa dengan yang sering dipakai Astra dulu.
Raka:(memberikan gelang dengan lembut) "Aku tahu ini bukan milik Ibu, tapi aku mencoba membuatnya semirip mungkin. Mungkin bisa sedikit mengingatkanmu padanya."
Alya: (mata berbinar tak percaya, melihat gelang itu) "Kak... ini... kau membuatnya? Bagaimana cara membuatnya?"
Raka: (tersenyum licik, berusaha mencairkan suasana) "Itu rahasia. Tidak usah kau balas, anggap saja ini ucapan terima kasih karena kau membuatkan gear dari adamantium untukku minggu lalu."
Alya tersenyum, lalu tiba-tiba memeluk Raka dengan erat, penuh perasaan. Air mata mengalir di pipinya, tetapi wajahnya menyiratkan kelegaan.
Alya: (memeluk Raka erat-erat) "Terima kasih, Kak... Terima kasih karena selalu ada untukku."
Raka membalas pelukan itu, menepuk punggung Alya dengan lembut, berusaha menenangkan. Ia tahu bahwa ia adalah satu satunya keluarga bagi Alya, meski tidak bisa menggantikan peran sebagai orang tua,Raka berjanji pada dirinya akan melindungi Alya dengan semua yang dia punya
Raka: (berbisik lembut) "Kita berdua punya satu sama lain, Alya. Mendukung satu sama lain adalah pesan terakhir dari Ibu. Jadi, jangan bersedih lagi, oke?"
Alya mengangguk pelan, menangis di pelukan kakaknya sambil merasa lega. Mereka berdua terus berdiri di sana, ditemani cahaya bulan yang lembut, mengingat kembali kenangan akan ibu mereka yang sudah tiada. Keheningan malam menambah kedamaian yang mereka rasakan, seolah kehadiran Astra ada bersama mereka.
---