"Sorry ya kita telat banget, tadi penentuan kelompok soalnya jadi ada pertemuan untuk membahas beberapa hal."ucap Kalila yang baru saja sampai di dekat Risa dan Sekar, diikuti oleh Rizel yang berjalan di belakang Kalila.
"Kenapa kalian enggak ngabarin kita sama sekali?"tanya Risa dengan ramah. Sekar melirik Risa yang terlihat ramah itu, padahal Sekar tahu kalau Risa sudah kesal sedari tadi meskipun ia menahannya.
"Kita enggak ada paket data, terus ponsel kita sama-sama di silent."jawab Kalila. Kalila dan Rizel merasa bersalah karena telah membuat ke dua temannya itu menunggu. Kalila dan Rizel pikir mereka berdua sudah pergi, karena tidak mendapatkan kabar sedikitpun dan ternyata mereka masih duduk di sini menunggu Kalila dan Rizel, itu membuat mereka semakin merasa bersalah.
"Kok samaan gitu enggak ada paketnya?"tanya Risa dengan nada menuduh. Bagi Risa itu adalah hal yang aneh karena mereka berdua sama-sama tidak memiliki paket data.
"Kan, kita berdua sama-sama pakai wifi kalau di kos."jawab Rizel yang kini telah duduk di dekat Sekar.
"Aku memang jarang membeli paket data, karena aku pikir sayang aja ntar ke buang, lagian biasanya di kampus aku pakai wifi kampus, tapi sepertinya hari ini wifi kampus lagi bermasalah."Kalila berusaha menjelaskan kepada Risa dan Sekar.
"Aku juga jarang beli paket data."jawab Rizel seadanya.
"Makanya, buat jaga-jaga kalian tetap harus punya paket, apalagi kita ada janjian seperti ini."ucap Risa menasehati mereka berdua.
"Terus masak iya ponselnya sama-sama di silent, kenapa di silent?"tanya Risa lagi dengan wajah yang masih terlihat ramah itu.
"Aku serius deh Ris, aku memang selalu mensilent ponsel aku, karena itu ketika kalian nelfon aku pagi-pagi pas mau berangkat kuliah juga percuma, enggak kedengaran sama sekali."jawab Rizel lagi, Rizel tidak berbohong tentang ini, ia benar-benar mensilent ponselnya setiap hari di manapun dan kapanpun kecuali jika dalam keadaan mendesak.
"Aku juga lo, aku memang selalu mensilent ponsel aku."jawab Kalila, Kalila tahu kalau jawaban mereka berdua terdengar seperti sebuah alasan, tapi memang begitulah adanya. Lagian untuk apa ia berbohong tentang hal ini kalau pada akhirnya ia tetap datang ke sini, kecuali jika saat ini ia tengah malas-malasnya untuk datang.
"Ya udah, kita mau ngerjain apa nih sekarang?"tanya Sekar menengahi penyelidikan Risa yang menurutnya tidak akan ada habisnya itu. Sekar tidak ingin memperdebatkan hal ini terus menerus dan membuang-buang waktu untuk itu, karena ada hal yang membuatnya harus segera menyelesaikan hal ini secepatnya.
"Apa kita masih bisa mengerjakan sesuatu sekarang, takutnya nanti selesainya ke malaman, sedangkan aku dan Sekar sudah ada janji malam ini."jawab Risa kemudian.
"Ya udah kalau gitu, kita kerjain sebisa kita dulu aja. Nanti kalau memang sudah waktunya kalian pergi baru kita sudahi, kita masih bisa mengerjakannya lagi nanti atau kita bagi-bagi tugas aja."usul Rizel kemudian. Sebenarnya jika berhubungan dengan tugas kelompok, Rizel akan lebih suka jika mereka segera membagi tugas dan mengerjakan masing-masing sesuai dengan pembagian tugas mereka, kalau bertemu seperti ini hanya akan membuang-buang waktu.
"Ya udah kita tentuin dulu apa saja indikator yang kita perlukan atau poin-poin yang akan kita bahas sesuai dengan topik kita itu."usul Kalila kemudian. Mereka pun mulai membahas poin-poin apa saja yang akan mereka masukkan dalam pembahasan agar memudahkan mereka dalam menyusun pembahasan mereka.
"Menurut aku poin nomor tiga ini berhubungan dengan poin nomor dua, kenapa enggak disatukan aja?"protes Risa sesaat setelah mereka menyelesaikan membahas beberapa poin yang akan mereka gunakan itu.
"Memang itu berhubungan dengan poin nomor dua, tapi menurut aku lebih baik dipisah, karena ini tu pembahasannya banyak banget."ucap Rizel.
"Enggak apa-apa kan kalau banyak, enggak ada salahnya."ucap Risa menentang Rizel.
"Ya memang enggak ada salahnya, hanya saja aku merasa lebih baik dikhususkan membahas itu sendirian, biar jelas gitu dan tidak ada yang ketinggalan."ucap Rizel yang masih kokoh dengan pendiriannya dan apa yang diyakininya itu.
"Enggak bisa gitu, nanti malah jadi berantakan hasilnya."ucap Risa yang tidak setuju dengan pendapat Rizel itu.
"Ya udah kita voting aja, baiknya gimana?"usul Kalila menengahi perdebatan ke dua orang itu.
"Aku ngikut aja, lagian aku enggak ngerti topiknya tentang apa, kan aku belum membacanya sama sekali."ucap Sekar yang tidak begitu tertarik dengan topik pembahasan mereka ini.
"Bukan kamu doang, tapi kita semua sama-sama enggak mengerti, kenapa kamu enggak membaca dan mencari tahu tentang topik ini sebelum kita kelompokan, biar pekerjaan kita juga cepat selesai."ucap Risa yang merasa Sekar tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya sebagai anggota kelompok itu.
"Aku juga belum membacanya kok, aku juga enggak terlalu mengerti, ini kan apa yang kita pahamin dulu. Nanti, siapa tahu kita punya pemahaman lainnya."ucap Kalila kembali menengahi dua orang lainnya.
"Ya kan aku pikir kita bisa membahas ini bersama-sama."jawab Sekar kemudian.
"Jadinya ini gimana, mau dipisah atau disatuin aja?"tanya Kalila lagi.
"Ya udah terserah aja deh, tapi aku benar-benar enggak mengerti itu kalau dipisah nanti bagaimana jadinya."ucap Risa kemudian.
"Kamu udah punya pandangan kan, Zel,"tanya Kalila kepada Rizel, Rizel mengangguk mengerti.
"Aku pikir, aku bisa mengerjakan yang itu."jawab Rizel santai.
"Ok ini bagian Rizel berarti yang dua ini. Dan juga nanti kalau kamu kebingungan kamu bisa tanya-tanya kita, kita juga bakal nyari tahu tentang ini."ucap Kalila. Mereka pun mulai mengerjakan poin pertama yang lumayan banyak itu. Mereka hanya membahas secara garis besarnya terlebih dahulu sebelum nanti disusun ke dalam kata-kata.
"Kamu ngerti kan dengan pembahasan kita ini? kenapa diam aja sedari tadi?"tanya Risa kepada Sekar.
"Aku diam karena mengerti Risa."jawab Sekar dengan santai.
"Benar lo ya, nanti presentasi kamu harus menjawab pertanyaan yang diajukan."ucap Risa memperingati Sekar. Risa hanya tidak suka karena Sekar terlihat acuh tak acuh pada tugas kelompok mereka ini.
"Kita semua kebagian kok, buat jawab pertanyaan, yang penting kita menguasai materi kita dulu. Supaya kita dapat nilai juga buat menjawab pertanyaan itu, ntar kalau enggak bisa baru saling membantu."ucap Rizel lagi, Kalila setuju dengan Rizel.
"Palingan yang bakal jawab semua pertanyaan yang kita dapatkan nanti hanya Kalila."ucap Risa menggoda Kalila.
"Enggak juga kok, kan nanti kita beri kesempatan satu persatu buat kita semua, nanti kalau enggak bisa pun kita saling bantu seperti yang Rizel katakan."bantah Kalila, ia tidak merasa nyaman mendengar ucapan Risa itu.
"Enggak yakin aku, Rizel dan Sekar akan menjawab pertanyaan."goda Risa lagi.
"Kenapa kamu mikir gitu, enak aja, aku bisa ya."bantah Rizel.
"Takutnya kamu yang enggak bisa menjawab pertanyaan."tuduh Sekar kepada Risa. Risa hanya tersenyum menanggapi ucapan Sekar itu.
"Nah udah jam segini, sepertinya mending kita ngerjain lain waktu aja."ucap Risa setelah mereka hampir menyelesaikan tugas mereka.
"Bagi-bagi tugas aja."usul Sekar.
"Jangan, kita kelompokan lagi aja nanti, ini dikit lagi kok. Tapi jangan sampai ngaret dan enggak ada kabar lagi."Risa menyindir Rizel dan Kalila, yang disindir hanya bisa cengengesan mendengarkan sindiran Risa itu.