webnovel

Seharusnya Lebih Fleksibel

Jam sudah hampir menunjukkan pukul empat, tapi Rizel masih belum datang juga. Hal ini membuat Risa menjadi sedikit khawatir, ia takut Rizel akan datang terlambat lagi. Sedangkan Kalila dan Sekar justru terlihat lebih santai, karena menurut mereka memang masih ada waktu untuk menunggu Rizel.

Mereka akan berangkat pukul lima seperti yang telah mereka rencanakan, meskipun mereka mengatakan kepada Rizel akan berangkat pukul empat. Saat ini pun jam masih menunjukkan pukul setengah empat, jadi masih ada setengah jam lagi sebelum waktu yang mereka janjikan kepada Rizel.

"Kal, Sebaiknya kamu hubungin Rizel lagi, dia udah jalan apa belum?"Risa berbicara dengan lembut namun Kalila mendengarnya seperti sebuah perintah.

"Masih jam setengah empat Risa, masih ada setengah jam lagi. Lagian kita juga udah majuin jamnya kan, jadi Rizel enggak akan datang terlambat."celetuk Sekar yang sedikit merasa tidak nyaman dengan sikap Risa itu.

Menurut Sekar, Risa terlalu mempermasalahkan hal yang seharusnya tidak perlu dibuat pusing. Bahkan jika Rizel telat pun seharusnya bukan masalah besar, karena toh, mereka juga tidak ada janji apa-apa lagi setelah itu. Ya, malam ini mereka bertiga berencana menginap di kos Risa, itu atas permintaan Risa sendiri. Jadi apa masalahnya jika mereka kembali ke kos sedikit terlambat.

"Kalau kita biarin, nanti yang ada Rizel justru nyantai banget. Dianya harus diburu dan diingatin agar bergerak cepat."ucap Risa menjelaskan. Sekar pun diam, ia pikir lebih baik jika ia kembali menonton televisi saja, berdebat dengan Risa pun tidak ada gunanya.

"Aku coba hubungin Rizel dulu ya."ucap Kalila sembari menjangkau ponselnya yang terletak tak jauh darinya. Baru Kalila membuka sandi ponselnya, ia melihat pesan masuk dari Rizel.

"Kal sorry, sepertinya aku datang terlambat, ada sedikit masalah yang mendesak, jadi nanti aku nyusul aja ya. Kalian kabarin aja nanti kalian ada di mana."itulah pesan yang dikirimkan Rizel lima belas menit yang lalu. seperti biasa, kali ini pun ponsel Kalila dalam mode diam, jadi ia tidak menyadari ada pesan yang masuk.

"Rizel menghubungi aku dari beberapa menit yang lalu."ucap Kalila kemudian. Risa dan Sekar menolah kepada Kalila secara bersamaan.

"Sepertinya kita harus berangkat bertiga, katanya Rizel nanti nyusul aja."Kalila menyampaikan pesan Rizel.

"Kenapa tiba-tiba?"tanya Risa, ntah ia peduli kepada Rizel atau hanya karena hal lainnya. Risa saat ini hanya kecewa, Risa juga sebenarnya terluka karena ia tidak mengetahui apapun tentang Rizel, Rizel terlalu tertutup kepadanya.

"Enggak tahu, dia cuma bilang kalau tengah ada urusan mendadak."jawab Kalila.

"Tapi Rizel benar-benar akan menyusul kita kan nanti?"tanya Sekar yang tak terlalu mempermasalahkan itu atau memang ia tidak peduli sama sekali. Mungkin Bagi sekar mereka tidak harus berkumpul selalu berempat seperti ini untuk melakukan sesuatu.

"Katanya sih gitu."jawab Kalila. Kalila membalas pesan Rizel, Kalila juga tidak mempermasalahkannya.

"Memangnya ada urusan apa dia?"tanya Risa, ia sedikit kesal karena Rizel.

"Tanyain Kal,"perintah Risa lagi.

"Tapi tadi dia bilang mendesak, mungkin dia nggak mau cerita ke kita."jawab Kalila, kali ini Kalila tidak ingin telalu kepo dalam urusan orang lain. Sepertinya Rizel pun tak ingin membicarakan itu.

"Makanya tanyain aja, biar kita juga tahu. Kan kalau gini kita enggak tahu Rizel benar-benar bisa menyusul kita atau tidak."ucap Risa menjelaskan.

"Nanti kan sayang, kalau kita udah membelikannya tiket, tapi dianya enggak datang."ucap Risa masih dengan nada lembutnya. Kalila pun menuruti apa yang Risa katakan, dan menanyakan hal itu kepada Rizel.

Kalila terus berkirim pesan dengan Rizel, namun lama-lama balasan Rizel memperlihatkan bahwa Rizel tengah kesal. Risa terus-terusan memaksa agar Kalila menanyakan itu kepada Rizel, mungkin itu membuat Rizel menjadi kesal. Mengetahui hal itu, akhirnya Kalila mengatakan bahwa Risa lah yang memintanya agar mereka mendapatkan solusinya.

"Ya udah, kalau enggak mau rugi, enggak usah dibeliin aja. Lagian aku juga bayar kok."begitulah balasan Rizel. Kalila dapat memahami kekesalan Rizel itu, Risa selalu suka menanyakan sesuatu sampai sedetil mungkin, dan itu membuat beberapa orang merasa tidak nyaman karenanya.

"Kamu jangan marah-marah ke aku dong, aku kan juga disuruh nanya ke kamu."keluh Kalila kepada Rizel.

"Ya udah, karena aku belum bisa janjiin, jadi nanti aku kabarin. Misalnya kalian udah mau pesan tiket tapi aku belum berangkat, akunya jangan dibeliin dulu."kali ini balasan Rizel terdengar ramah.

Kalila pun memberitahukan tentang apa yang Rizel katakan, dan Risa mau tidak mau akhirnya memilih untuk mengalah. Risa tidak mengerti kenapa Rizel bersikeras menutupi masalah mendesaknya itu, Risa tidak mengerti sama sekali.

Setelah menunggu beberapa waktu, dan akhirnya mereka selesai bersiap-siap saat jam menunjukkan pukul empat lewat empat puluh menit. Beruntungnya lagi Rizel bisa berangkat bersama mereka, jadi saat ini mereka tengah menunggu Rizel yang telah menuju kos Risa.

"Mending kita hubungin mobilnya dulu, nanti biar sama-sama datang."usul Risa kemudian.

"Kenapa enggak tunggu Rizel sampai dulu aja, nanti kasian bapaknya."jawab Sekar. Sekar kali ini yang bertugas menghubungi kendaraan yang akan membawa mereka menuju ke tempat tujuan. Hal ini dikarenakan hanya Sekar yang memiliki voucher diskon.

"Buang-buang waktu kalau gitu, enggak apa-apa kamu pesan sekarang."ucap Risa lagi.

"Kamu hubungin Rizel suruh cepat jalannya."kali ini Risa berbicara kepada Kalila.

Seperti yang sudah Sekar duga, mobilnya datang lebih dulu dibandingkan Rizel. Mereka harus meminta bapak sopirnya untuk menunggu. Berkali-kali Kalila disuruh menghubungi Rizel agar cepat datang hingga. membuat Rizel kesal, padahal Ia sendiri sudah mempercepat langkahnya ketika tahu mobilnya sudah datang.

"Mbak, apakah masih lama?"tanya bapaknya yang terlihat sedikit kesal setelah menunggu beberapa menit.

"Sebentar lagi kok pak, anaknya sudah dijalan."jawab Risa kepada bapaknya.

"Gimana Kal, Rizel udah disuruh cepat?"tanya Risa, dan Kalila mengangguk, ia lama-lama juga kesal dengan Risa.

"Maaf ya pak, anaknya emang suka lama."ucap Risa kepada bapaknya, ia mengajak bapaknya ngobrol agar bapaknya tidak kesal.

"Aku bilang juga apa, lebih baik kita nunggu Rizel duluan kan tadi."bisik Sekar kepada Kalila. Kalila hanya tersenyum canggung menanggapi itu.

Setelah lima menit berjalan, akhirnya Rizel sampai di kos Risa. Benar saja, di sana sudah ada sebuah mobil dan teman-temannya yang menunggunya.

"Maaf ya pak, udah buat bapak menunggu."ucap Rizel merasa bersalah, bukan kepada teman-temannya tapi kepada bapak sopir yang menunggu mereka.

"Kamu tuh gimana, kasian bapaknya udah lama menunggu."ucap Risa dengan ekspresi ramahnya namun ntah kenapa Rizel jengkel melihatnya. Mungkin karena ia diburu oleh pertanyaan-pertanyaan Risa tadi.

"Udah buruan naik."perintah Risa kepada Rizel. Rizel pun langsung naik ke mobil, ia masih berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah karena berlari. Sepertinya percuma juga ia mengaplikasikan make up seperti saran Risa, pada akhirnya ia tetap keringatan dan enggak tahu bentukan make up di wajahnya sekarang seperti apa.