"Jadi, kalian sendiri gimana?"tanya Risa kemudian, ia mulai kepo dengan kehidupan asmara Rizel dan Kalila.
"Apanya?"tanya Kalila berpura-pura tidak mengerti.
"Apa kalian sudah punya pacar?"tanya Risa kepada Kalila dan Rizel, tentu saja ia juga ingin mendengarkan cerita mereka.
"Aku enggak ada, Rizel tuh, yang sepertinya juga punya pacar."Kalila melemparkan pertanyaan Risa kepada Rizel.
"Aku juga enggak punya."jawab Rizel jujur.
"Bohong banget, aku yakin pasti Rizel punya. Anak mana?"tanya Risa yang tidak menerima jawaban Rizel itu.
"Beneran aku lagi nyaman sendiri aja sekarang."jawab Rizel meyakinkan.
"Ya udah kamu gimana?"tanya Risa melemparkan kembali pertanyaan itu kepada Kalila.
"Aku juga enggak punya."jawab Kalila.
"Ah enggak seru ah kalian, main rahasiaan-rahasiaan gini."protes Risa yang cemberut karena ke dua temannya itu tidak mau menceritakan kisah mereka.
"Beneran enggak ada, apanya yang mau diceritain coba?"ucap Rizel bersungguh-sungguh.
"Ya udah kalau memang kalian memang enggak punya pacar, tapi yang deketin pasti ada kan?"tanya Risa yang tak mau menyerah untuk mengetahui informasi percintaan Rizel dan Kalila itu.
"Tapi sayangnya, aku juga enggak ada yang seperti itu."jawab Rizel, ntah kenapa jawabannya saat ini justru terdengar sangat menyedihkan bagi dirinya sendiri. Mengakui hal ini di hadapan Risa yang memiliki banyak orang yang tertarik kepadanya dan memiliki pasangan membuat Rizel sedikit merasa kasihan dengan dirinya sendiri, ia sedikit malu untuk mengakui hal itu. Tapi Rizel juga tidak mau berbohong untuk hal seperti ini, ia akan terlihat lebih menyedihkan lagi jika berbohong.
"Aku juga enggak ada."jawab Kalila menimpali.
"Aku tahu kalau kalian bohong ya, bagaimana mungkin kalian masih jomblo di saat seperti ini. Ini waktu yang tepat untuk berkencan, sebelum nantinya kalian akan dituntut oleh banyak hal."ucap Risa kemudian.
"Tuntutan apa?"tanya Rizel penasaran.
"Tuntutan untuk menikah, untuk memiliki pasangan yang cocok dengan keluarga kita."jawab Risa. Meskipun mereka baru saja masuk ke universitas, tapi Risa tahu kalau waktu akan berjalan dengan sangat cepat dan secepatnya akan tiba waktu itu untuk mereka.
"Benar juga sih, tapi kalau pacaran sekarang juga bikin repot, ntar patah hati lagi, susah lagi nyembuhinnya."ucap Kalila seolah mengisyaratkan sesuatu.
"Wah, Kalila sepertinya sudah berpengalaman nih dengan patah hati."ucap Rizel menggoda Kalila.
"Enggak gitu juga, tapi ya pernahlah."jawab Kalila tidak memungkiri itu.
"Memangnya kapan kamu terakhir pacaran?"tanya Risa yang semakin dibuat penasaran.
"Saat aku duduk di bangku kelas dua SMA."jawab Kalila, itu memang sudah lama berlalu tapi ia masih ingat dengan jelas luka yang ia terima akibat rasa yang ia miliki itu.
"Lihatlah, itu udah lama banget, sekitar dua tahun yang lalu."protes Risa kemudian.
"Mana mungkin kamu betah sendiri selama ini tanpa dekat dengan siapapun."Risa tidak mempercayai Kalila.
Risa tidak percaya kalau ada orang yang putus cinta dan memilih untuk menyendiri selama itu, bahkan jika pun ia tidak berkencan dengan siapapun ia pasti pernah dekat dengan seseorang. Ini adalah apa yang terlihat oleh Risa dari orang-orang yang ada disekelilingnya dan juga dari dirinya sendiri.
Risa tidak pernah betah jika ia sendiri tanpa pacar ataupun tanpa gebetan. Hidupnya akan terasa sangat sepi jika ia tidak memiliki itu, setidaknya harus ada orang yang akan berkomunikasi dengannya setiap hari dan ada orang yang akan selalu bisa ia ajak pergi kemanapun. Risa tidak masalah dengan hubungan tanpa status yang penting itu, seperti ia tidak sendirian.
"Memangnya kenapa kalau sendirian, enggak ada salahnya juga kan?"tanya Kalila yang tidak mengerti dengan pemikiran Risa itu.
"Aku belum melihat orang yang seperti itu."jawab Risa lagi.
"Nih, ada ternyata yang seperti itu."jawab Rizel sembari menepuk bahu Kalila.
"Kamu sendiri bagaimana?"tanya Kalila yang kini mengalihkan perhatiannya kepada Rizel. Itu tidak adil jika hanya ia yang bercerita, meskipun ia tidak mengatakan secara keseluruhan.
"Aku juga enggak dekat dengan siapa-siapa setelah putus dari mantan aku."jawab Rizel.
"Udah berapa lama?"tanya Risa yang juga penasaran dengan hal itu.
"Mungkin putusnya pas aku kelas tiga, tapi aku tidak begitu mengingatnya."jawab Rizel tidak yakin, Rizel benar-benar tidak ingat kapan mereka putus karena hubungan mereka sudah tidak baik-baik saja semenjak lama.
"Kamu enggak mengingatnya atau enggak mau mengingatnya."kali ini Kalila yang menggoda Rizel. Rizel hanya tertawa mendengarkan hal itu, jangan kan orang lain, dia sendiri pun tidak percaya kalau dia bisa melupakan hal itu. Biasanya apapun yang menyakitkan itu akan mudah untuk diingat.
"Apa kalian masih berhubungan dengan para mantan?"tanya Risa kemudian.
"Aku udah enggak, tapi mau enggak mau tetap harus ketemu karena kita berada di lingkungan pertemanan yang sama."jawab Kalila.
"Jadi gimana, kenapa bisa putus?"tanya Risa yang kini tampak bersemangat semakin ingin mendengarkan hal itu.
"Mending enggak usah cerita tentang itu, enggak menarik sama sekali."tolak Kalila tidak ingin menceritakan masalahnya itu. Kalila tidak ingin mengingat sesuatu yang menyakitkan baginya itu, meskipun sudah lama berlalu tapi sepertinya Kalila masih belum melupakan tentang itu.
"Sepertinya benar-benar menyakitkan."gumam Rizel yang tidak didengar oleh siapapun.
"Ayo dong, cerita Kal, kan juga udah lama banget kan. Jangan bilang kalau kamu masih menyukai mantan kamu itu."ucap Risa kepada Kalila. Rizel menoleh kepada Kalila, tentu saja ia memperhatikan ekspresi Kalila saat ini dan Kalila berhasil menyembunyikannya karena Rizel tidak menemukan jawaban dari ekspresi itu.
"Makanya itu, karena udah lama banget, aku sampai lupa."jawab Kalila yang masih tidak ingin menceritakan masa lalunya.
"Terus kamu gimana kalau ketemu sama dia, kalian sering nongkrong bareng berarti?"tanya Risa lagi,
"Ya gitu, jadi canggung, tapi untungnya ada yang lain, jadi tidak terlalu masalah. Jadi canggung kalau udah berduaan doang."jawab Kalila.
"Aku pikir kamu harus menemukan orang baru biar bisa melupakannya."saran Risa kepada Kalila. Risa sudah mengambil kesimpulannya sendiri, ia yakin bahwa Kalila belum move on dari mantannya itu dan masih memiliki perasaan kepadanya.
"Aku lagi enggak mau pacaran saat ini. Udah merasa nyaman sendiri."jawab Kalila menolak tawaran Risa itu.
"Apa nama sosial medianya?"tanya Risa lagi. Ia mengambil ponselnya dan menyodorkannya kepada Kalila agar Kalila mengetiknya.
"Kenapa? Kamu ingin mendekati mantannya Kalila?"tanya Rizel kepada Risa.
"Ya enggak gitu, aku mau kepoin dia. Aku akan bantuin kamu biar bisa balikan lagi sama dia."ucap Risa dengan percaya diri, ia yakin ia bisa membuat Kalila dan mantannya bersama lagi.
"Enggak lah, ngapain? Aku juga enggak mau balikan sama dia."tolak Kalila sembari menepis tangan Risa.
Rizel yang melihat itu lagi-lagi dibuat terkejut dengan jalan pemikiran Risa itu, Rizel bisa saja menerima itu jika Risa tengah bercanda dan hanya ingin menggoda Kalila, tapi Rizel tidak melihat Risa bercanda sama sekali, jelas ia terlihat serius. Risa terus memaksa Kalila untuk memberitahukan sosial media mantannya itu, tapi Kalila juga bersikeras untuk menolak. Kalila masih bisa menolak niat Risa dengan baik meskipun sebenarnya ia terlihat tidak nyaman dengan permintaan Risa itu.