webnovel

Perkara Tugas!

"Zel, jadi berangkat sama-sama?"isi pesan dari Kalila.

"Iya, ini aku baru selesai mandi."Rizel membalas pesan Kalila tersebut. Rizel berbohong, ia masih berbaring di tempat tidurnya.

"Ok, kabarin aja kalau udah siap dan mau berangkat, biar sama-sama otw kita."balas Kalila. Kadang-kadang Kalila dan Rizel memang berangkat ke kampus bersama, mereka akan bertemu di parkiran yang sama-sama mereka lalui.

Biasanya Risa mengajak Kalila untuk berangkat bersama, karena kos-kosan mereka searah. Nantinya mereka akan bertemu dengan Rizel di parkiran, agar mereka bisa ke kelas bersama. Jika Risa tidak memiliki jadwal yang sama dengan Kalila maka Kalila akan berangkat sendiri. Kalila tidak pernah meminta pacarnya untuk menjemput atau mengantarnya ke kampus. Kalila tidak ingin merepotkan, lagian kos pacarnya juga sedikit jauh dari kos dan kampus Kalila.

Rizel beranjak dari kasurnya, meski ia enggan namun ia tetap harus berangkat hari ini. Hari ini sangat penting, jadi ia tidak bisa untuk tidak berangkat. Biasanya jika ia benar-benar sedang malas, maka ia akan membolos atau berpura-pura belum bangun, sehingga teman-temannya akan menandatangani absennya dengan sendirinya.

Rizel dan Kalila sama-sama tengah bersiap-siap di tempatnya masing-masing. Satu jam lagi sebelum mereka harus berada di kampus, sehingga mereka sedikit tergesa-gesa agar tidak terlambat.

Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk Rizel bersiap-siap, ini jauh lebih cepat dari biasanya. Rizel memang tidak memerlukan waktu yang banyak untuk bersiap-siap, tapi terkadang ia sering menghabiskan waktunya sembari melakukan hal lain yang membuatnya jadi lambat.

Rizel sampai di tempat parkir yang telah mereka janjikan. Ia sudah melihat Kalila seorang diri di sana, hanya berdiri tanpa melakukan apa-apa.

"Udah lama ya,"tanya Rizel berbasa-basi.

"Nggak juga, baru sampai juga kok."jawab Kalila tidak berbohong. Kalila memang baru sampai saat Rizel menghampirinya, hanya hitungan detik ia menunggu Rizel.

"Apa Sekar ngehubungin kamu kemarin?"tanya Kalila sembari mereka berjalan meninggalkan parkiran menuju ke gedung di mana kelas mereka berada saat ini.

"Iya, dia cuma bilang maaf tanpa ada penjelasan kenapa dia enggak jadi datang. Aku juga malas nanya, takutnya ntar aku dibilang kepo sama masalah dia."jawab Rizel menjelaskan. Sekar memang hanya mengirimkan pesan permintaan maaf tanpa memberikan penjelasan. Rizel tidak menanyakan apa-apa, lagian ia juga tidak bisa marah tanpa alasan, toh, pekerjaan mereka juga sudah selesai, jadi apa gunanya marah.

"Kamu juga dihubungin dia kan?"Rizel bertanya balik. Kalila mengangguk.

"Sama seperti kamu dia tidak memberikan penjelasan, justru kita hanya ngobrolin hal-hal random yang nggak penting."jawab Kalila.

"Sebenarnya aku sedikit kesal saat aku sadar dia tidak datang, tapi gara-gara kemarin lagi fokus jadi lupa kalau mau marah."ucap Rizel jujur. Otaknya tidak bisa memikirkan dua hal sekaligus ketika ia tengah fokus, saat itu yang ada dipikiran Rizel hanya segera menyelesaikan tugas mereka itu.

"Aku sih nggak masalah itu, tapi sedikit terganggu aja, karena dia hanya minta maaf. Memang sih kemarin dia nanyain tugas itu, tapi aku melihatnya seperti sekedar basa-basi saja. Dia tidak benar-benar khawatir tentang tugas itu, atau aku yang memang lagi sensitif."ucap Kalila jujur dengan apa yang ia rasakan. Awalnya Kalila hanya ingin menyimpan ini untuk dirinya sendiri, tapi karena Rizel udah jujur, maka Kalila juga ingin melepaskan kekecewaannya itu. Rasanya tidak nyaman jika memendam hal ini sendirian, sudah banya hal yang Kalila pendam sendirian tentang teman-temannya itu, baru kali ini ia jujur.

"Sepertinya bukan karena kamu sensitif, aku juga merasakan hal itu. Malahan dia enggak mempertanyakan tentang tugas sama sekali. Aku pikir mungkin dia sudah mengetahuinya dari kamu."Rizel tidak bisa untuk tidak kesal dengan sikap Sekar yang seolah lepas dari tanggungjawab itu.

"Apa dia enggak khawatir tentang presentasi nanti, maksud aku setidaknya ia minta materinya sama kita. Buat dia belajar, atau berbasa-basi menawarkan apapun gitu, atau setidaknya minta kita menjelaskan materi itu, setidaknya jika dia bertanya, itu menunjukkan bahwa ia peduli dengan tugas kita."gerutu Rizel yang tiba-tiba merasa kesal. Padahal kemarin saat ngobrol via chat dengan Sekar ia sudah biasa saja, karena tak ingin mempermasalahkan sesuatu.

Rasanya Kalila juga ingin menceritakan kepada Rizel bagaimana pandangannya tentang Sekar. Bagaimana saat pembagian tugas, Sekar tidak pernah mengerjakannya, selalu Kalila yang mengerjakannya tanpa ada yang mengetahuinya.

Awalnya Kalila tidak mempermasalahkannya karena ia pikir mungkin Sekar memang sulit memahami materi itu. Tapi lama-lama ia kesal, karena Sekar bersikap seolah-olah ia yang mengerjakan itu di hadapan Risa dan Rizel, padahal di sana ada Kalila juga, tapi Sekar seakan kehilangan ingatannya tentang bantuan yang ia dapatkan dari Kalila.

Setiap mereka mendapatkan pembagian tugas atau tugas individu, Sekar akan mendatangi kos Kalila. Awalnya Sekar meminta Kalila untuk menjelaskan kepadanya, namun setelah Kalila jelaskan, Sekar mengatakan bahwa ia bingung, bagaimana harus memulai atau apa yang akan ia kerjakan. Pada akhirnya, ia meminta Kalila untuk mengawalinya dan berakhir Kalila yang mengerjakan semuanya, mungkin pengecualian untuk covernya.

Kalila benar-benar ingin menceritakan tentang hal itu. Tentu saja ia kesal dengan sikap tak tahu malu Sekar itu, bahkan ia tidak merasa bersalah sama sekali kepada Kalila saat seperti itu. Saat hanya ada mereka berdua ia berterima kasih kepada Kalila, ia mengakui bahwa itu pekerjaan Kalila, tapi saat mereka bersama yang lain, ia jadi hilang ingatan seketika.

Kalila berusaha menahan dirinya agar tidak menceritakan hal itu. Kalila tidak ingin dianggap menjelek-jelekan temannya sendiri, bagaimanapun mereka berteman. Kalila masih memikirkan Sekar tentang hal ini, ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu bukan masalah sama sekali, atau alasan-alasan lain kenapa Sekar bersikap seperti itu.

"Gimana? tugas kita udah selesai? minta aku filenya dong buat dipelajarin."pinta Risa saat Kalila dan Rizel baru saja sampai di depan kelas.

"Nanti aku kirim ke kalian filenya biar bisa dipelajari,"jawab Kalila. Rizel pun duduk di sebelah Sekar, karena saat ini hanya itu tempat yang kosong. Sedangkan Kalila masih berdiri.

"Nanti aku tanya-tanya kalian berdua ya, kalau ada yang tidak aku mengerti."ucap Risa menoleh kepada Kalila dan Rizel secara bergantian.

"Di grup aja, biar nggak ribet menjelaskannya."saran Sekar.

"Ok, nanti aku voice note penjelasan secara garis besarnya,"jawab Kalila. Rizel hanya mendengarkan, jika masalah menjelaskan seperti ini, ia akan menyerahkan kepada Kalila, karena Kalila orang yang sangat sabar. Sedangkan Rizel tidak akan bersabar dan juga sulit untuknya menjelaskan sesuatu kepada orang lain. Bukan karena ia tidak mau, tapi karena Rizel suka mempersempit sebuah penjelasan sehingga orang lain tidak akan mengerti, hanya Rizel yang akan paham dengan kata-katanya sendiri.