"Gimana kemarin?"tanya Risa saat mereka berada di kantin, mereka baru saja keluar dari kelas dan masih ada kelas lain yang akan mereka hadiri. Saat ini hanya ada mereka bertiga tanpa Rizel yang saat ini ntah pergi ke mana.
"Apanya yang gimana, enggak gimana-gimana kok,"jawab Kalila berusaha untuk terlihat cuek. Jelas kemarin jantungnya bekerja dengan sangat keras dari pada biasanya, jelas ia terasa sangat kaku ketika duduk di sebelah Irfan.
"Masak sih enggak gimana-gimana, cerita dong."ucap Sekar yang penasaran dengan kejadian semalam.
"Apanya yang mau diceritain, enggak ada cerita sama sekali."tolak Kalila, memang tidak ada yang spesial yang terjadi kemarin malam, hanya dirinya saja yang merasa tidak tenang.
"Padahal kamu punya teman setampan Irfan, kenapa kamu enggak jadian sama Irfan aja?"celetuk Sekar kemudian. Risa memberikan tatapan peringatan kepada Sekar, tapi Sekar tidak melihatnya sama sekali.
"Memangnya kamu kenal Irfan, orang kamu aja enggak melihat dia kemarin."gerutu Kalila.
"Aku dengar dari Risa dan Rizel, terus aku liat fotonya."jawab Sekar yang terlihat santai, berbeda dengan Risa yang gugup jika Sekar keceplosan.
"Tau nih kenapa kamu enggak jadian sama dia aja."ucap Risa menimpali ucapan Sekar tadi.
"Kenapa aku harus jadian sama dia, kalau kalian suka, ya udah sana jadian aja sama dia."ucap Kalila yang terlihat kesal. Kalila tidak menyukai jika teman-temannya ini membahas tentang Irfan itu. Kalila selalu mudah marah dan kesal jika berbicara tentang Irfan, dengan teman-teman lainnya pun begitu.
"Ye kok malah marah, tenang kita enggak bakal ngambil dia dari kamu kok."goda Sekar.
"Siapa yang marah, memang akunya yang bicara seperti ini."jawab Kalila kembali normal.
"Bisa aje ngelesnya mbak."jawab Risa kemudian.
Setelah menyelesaikan makanan yang mereka pesan, mereka pun lanjut menuju ke kelas terakhir untuk hari ini. Tidak butuh waktu lama, kelas ini hanya akan berakhir dalam dua jam ke depan, mereka sudah mulai terbiasa dengan kehidupan sebagai mahasiswi, di mana mereka memiliki jadwal yang tidak sama setiap harinya.
Sekar dan Risa memilih untuk keluar kelas terlebih dahulu, mereka hanya masuk di jam pertama saja. Katanya mereka memiliki jadwal dengan pasangan mereka masing-masing kebetulan saat ini orang yang dekat dengan Sekar adalah teman dari pacarnya Risa. Ntah sudah keberapa kalinya Sekar ganti gebetan, mereka juga tidak tahu, ia selalu datang dengan orang yang berbeda.
Setelah kelas selesai, Kalila pun keluar dari kelas bersama teman yang lainnya. Tapi tentu saja mereka berpisah di depan kelas untuk menuju jadwal yang berbeda, Kalila sendiri tidak memiliki jadwal apapun lagi.
"Apa kamu udah mau pulang?"tanya seorang laki-laki yang suaranya sangat familiar di telinga Kalila. Kalila pun menoleh ke sumber suara dan mendapati Irfan sudah berada di dekatnya. Kalila sedikit bingung kenapa Irfan ada di sini, kemudian setelah beberapa detik ia baru menyadari bahwa Irfan bisa saja menanyakan kelas dan jadwalnya kepada Risa.
"Ngapain kamu di sini?"tanya Kalila tidak menghentikan langkahnya,
"Memangnya siapa lagi yang bisa aku temui di sini?"tanya Irfan,
"Aku tidak mengenal siapapun di sini kecuali kamu dan teman-teman kamu itu."ucap Irfan menjelaskan lagi.
"Jadi apa yang akan kamu lakukan saat ini?"tanya Irfan, ia masih berjalan di samping Kalila.
"Aku udah ada janji, kalau-kalau kamu ngajakin aku."Kalila langsung menolak sebelum Irfan mengatakan sesuatu.
"Dengan Siapa?"tanya Irfan, saat mereka sampai di dekat parkiran. Kalila hendak berjalan menuju tempat pejalan kaki alih-alih menuju ke tempat parkiran. Irfan kemudian menarik Kalila menuju ke tempat di mana mobilnya diparkir.
"Kamu ngapain sih,"jawab Kalila kesal.
"Setidaknya aku akan mengantarkan kamu kembali ke kos."jawab Irfan. Irfan telah membukakan pintu mobilnya untuk Kalila.
"Kamu enggak mau masuk?"tanya Irfan ketika melihat Kalila tengah menatapnya dengan tatapan kesal. Kalila pun masuk ke dalam mobil Irfan, dan Irfan tersenyum melihat Kalila dengan wajah yang ditekuknya itu.
"Jadi janji sama siapa?"tanya Irfan kepada Kalila.
"Kamu enggak perlu tahu."jawab Kalila singkat.
"Aku harus tahu, jika tidak, berarti aku anggap kamu sedang berbohong."ucap Irfan sekenanya. Kalila menatap Irfan dengan sudut matanya.
"Sama anak kos."jawab Kalila berbohong, tapi Irfan mengetahui kebiasaan Kalila kalau berbohong. Irfan pun tersenyum, ia memutar arah mobilnya bukan menuju ke tempat tinggal Kalila, tapi ke tempat lain.
"Mau kemana? Aku kan udah bilang kalau aku udah ada janji."ucap Kalila mengingatkan Irfan.
"Aku tahu kamu bohong."jawab Irfan santai, Kalila pun menghela napas pelan, sepertinya ia masih sama seperti dulu, ia tidak bisa membohongi Irfan sama sekali.
"Kenapa kamu diam?"tanya Irfan,
"Apa tebakanku benar?"tanyanya lagi dengan ekspresi penuh kemenangannya.
"Kita mau ke mana?"tanya Kalila mengabaikan Irfan yang menggodanya itu.
"Kamu lihat aja nanti."jawab Irfan. Sepanjang perjalanan Irfan mencoba untuk mendekati Kalila lagi dengan cara mengajak Kalila mengobrol tentang apa yang ia sukai, tapi sepertinya Kalila masih bersikap dingin kepadanya. Jadinya hanya percakapan satu arah yang terjadi selama perjalanan yang terasa jauh itu.
Kalila dan Irfan sampailah pada tempat yang dimaksud Irfan. Mereka pun keluar dari mobil setelah mobil terparkir sempurna. Kalila mengikuti Irfan yang kemudian masuk ke dalam tempat itu.
Kalila dibuat terkejut ketika melihat isi di dalam tempat ini, ini adalah apa yang selalu menjadi mimpinya. Kalila dibuat tersentuh ketika Irfan masih ingat dengan apa yang pernah ia katakan dulu, padahal saat itu Kalila hanya mengatakan hal itu karena foto yang ia temui di sosial media dan mengatakan ia ingin ke tempat ini. Saat itu Kalila tidak benar-benar serius mengatakannya, dan lagi Irfan tahu bagaimana cara membuat kalila jatuh cinta kepadanya.
Kalila memang menyukai bagaimana Irfan mengingat detail kecil dari pembicaraan mereka, karena inilah yang membuat Kalila merasa istimewa bagi Irfan, Kalila tidak bisa berbohong bahwa rasa yang ia miliki untuk Irfan sangat sulit untuk ia hilangkan. Sangat sulit untuk menggantikan posisi Irfan dengan orang lain dihatinya.
"Bukankah kamu mengatakan bahwa kamu ingin ke tempat ini?"tanya Irfan kepada Kalila.
"Aku enggak tahu kalau kamu masih mengingatnya."jawab Kalila, ini adalah wajah ramah yang ia perlihatkan kepada Irfan setelah hari di mana mereka putus saat itu.
"Tentu saja, ini kan salah satu janji aku membawa kamu ke sini. Aku pikir aku dipertemukan sama kamu di sini karena masih banyak janji-janji yang harus aku penuhi."ucap Irfan mencoba membuat Kalila tersentuh.
"Apaan, seperti kita enggak pernah bertemu aja sebelumnya. Kita masih sering bertemu kalau ngumpul bersama teman-teman."Kalila mengingatkan Irfan yang terlalu mendramatisir.
"Iya fisik kita bertemu, tapi hati kita enggak. Bahkan jika kita sering hangout bareng, kamu enggak pernah mau bicara sama aku."protes Irfan. Kalila memilih untuk tidak mendengarkan ucapan Irfan itu dan memilih untuk mengitari tempat ini, bukan sesuatu yang besar tapi terlihat istimewa baginya.