Sudah sebulan berlalu semenjak mereka berada di kelompok yang sama, dan kini hubungan mereka juga sudah semakin dekat. Mereka sering hangout bersama, sering melakukan banyak hal bersama, dan tentu saja mereka juga sudah terbuka untuk beberapa hal.
"Aku ada beberapa misi penting untuk kalian semua."ucap Risa yang baru saja datang menghampiri Rizel dan Sekar.
"Kenapa sih, baru datang udah heboh sendiri."protes Rizel yang melihat Risa terlalu bersemangat saat ini.
"Jadi setelah sekian lama perjuangan aku, akhirnya aku menemukan cara untuk Kalila."ucap Risa merasa bangga kepada dirinya.
"Cara apa?"tanya Sekar yang tidak mengerti,
"Memangnya Kalila kenapa?"tanya Rizel yang juga tidak mengerti dengan maksud Risa itu. Risa menghela napas kasar karena ketidakpekaan kedua temannya itu.
"Kalian tahu kan kalau Kalila itu belum move on dari mantannya dulu, nah aku mau membuat mereka kembali bersama."ucap Risa yang merasa yakin dengan rencananya kali ini.
"Gimana caranya, memangnya si mantannya mau? Siapa tahu mantannya udah punya pasangan."ucap Sekar yang merasa tidak yakin dengan rencana Risa itu. Lagian menurut Sekar mereka juga tidak mengetahui siapa mantannya Kalila, karena memang Kalila tidak pernah mengatakannya, dan juga Kalila tidak pernah mengatakan bahwa ia belum move on, Sekar pikir itu hanya persepsi Risa saja.
"Ngapain harus melakukan hal seperti itu, itu kan urusan mereka berdua. Ntar Kalila tersinggung, aku enggak mau ah."jelas Rizel menolak hal itu. Menurut Rizel itu adalah masalah privasi yang hanya bisa diselesaikan oleh dua orang yang bersangkutan.
"Tau nih kamu, suka ngada-ngada."ucap Sekar yang juga tidak mau ikut campur dengan hal itu.
"Kalian kok gitu sih, kita itu harus bantuin Kalila biar bisa balikan sama mantannya lagi. Lagian udah lama banget dia sendiri, takutnya nanti dia malah jadi lebih nyaman lagi buat sendiri, kan ini jauh lebih berbahaya."ucap Risa masih meyakinkan Rizel dan Sekar.
"Kalau orang yang nyaman sendiri itu bukan berarti ia tidak akan jatuh cinta lagi kan?"tanya Rizel kemudian,
"Orang-orang seperti itu hanya butuh diyakinkan dan diperjuangkan, mereka hanya butuh bertemu dengan orang yang membuat mereka percaya dan nyaman."ucap Rizel masih menolak rencana Risa itu.
"Mana ada cowok jaman sekarang yang mau berjuang, mereka kalau udah ditolak sekali, ya udah, mereka akan pergi ke gebetan yang lainnya."bantah Risa. Risa hanya berpikir Rizel tidak memiliki pengalaman dalam hubungan asmara makanya dia bisa mengatakan hal seperti itu. Rizel tidak mengetahui fakta yang sebenarnya.
"Berarti dia bukan orang yang tepat untuk kamu, jika cowoknya seperti itu, kan enggak perlu kita pertahankan, akan lebih baik kalau kita dijauhkan dari mereka yang seperti itu."ucap Rizel lagi.
"Sepertinya kamu harus belajar lebih banyak lagi deh, Zel,"ucap Sekar yang tidak setuju dengan pemikiran Rizel itu.
"Makanya, kalau kamu seperti itu, yang ada kamu akan jomblo seumur hidup."ucap Risa lagi.
Rizel tidak setuju dengan apa yang dipikirkan Risa itu. Tentu saja tidak ada salahnya untuk mendekati dua cewek sekaligus, yang sering mereka bilang sebagai cadangan kalau ditolak sama yang satu, tapi bagi Rizel itu adalah tindakan yang tidak dewasa. Rizel hanya merasa harusnya ia bersyukur jika ia dijauhkan dari laki-laki yang seperti itu daripada merasa takut untuk jomblo seumur hidup seperti yang Risa katakan.
"Lagian kalau kita mau membantu Kalila untuk balikan sama mantannya, bagaimana caranya kan kita enggak kenal dan enggak tahu siapa orangnya."Sekar mulai tertarik dengan pembicaraan mereka.
"Kita juga enggak tahu teman-temannya Kalila kan."ucap Sekar yang merasa itu tidak mungkin sama sekali.
"Kalau masalah itu mah gampang, aku udah menemukan siapa orangnya." Risa sembari tersenyum bangga.
"Kamu udah tahu orangnya?"tanya Sekar yang takjub sekaligus tidak percaya dengan apa yang ia dengarkan itu. Risa mengangguk,
"Kamu bisa mengetahui hal itu darimana?"tanya Rizel yang juga penasaran dengan apa yang sebenarnya telah Risa lakukan.
"Kalian itu gimana sih, ini kan udah jamannya sosial media, kalian tinggal cari di sosial media aja."jawab Risa. Risa tertawa melihat ekspresi Sekar dan Rizel yang tampak menunggu jawabannya itu. Risa yakin kalau teman-temannya ini akan mengikuti rencananya ini.
"Aku menghubungi salah satu orang yang diikuti oleh Kalila, terus aku tanya apakah ia dekat sama Kalila atau enggak? Dari dia aku tanya mantannya Kalila yang mana."Risa menjelaskan, Sekar dan Rizel saling berpandangan, bukan karena takjub dengan cara Risa mencari informasi itu, tapi karena mereka sama-sama tidak menduga kalau Risa akan seberani itu.
"Bagaimana cara kamu menanyakannya?"tanya Sekar kemudian.
"Bukankah jika kamu menanyakan hal itu, nanti temannya yang kamu tanyai itu bisa berpikiran yang aneh-aneh tentang Kalila."ucap Rizel yang khawatir dengan pandangan teman-teman Kalila.
"Mereka bisa saja berpikiran kalau Kalila belum move on dan menceritakan tentang mantannya kepada kita, yang merupakan teman barunya. Padahal kan masa lalunya sudah lumayan lama."ucap Rizel menjelaskan, jika itu Rizel ia akan sangat marah kepada Risa saat ini. Bukankah ini secara tidak langsung akan mempermalukan Kalila di hadapan teman-temannya dan juga mantannya itu.
Rizel memang orang yang suka berpikiran jauh ke depan, ia berpikir kalau mantannya Kalila bisa saja merasa bangga karena hal itu dan mempermainkan Kalila karena mengetahui perasaan Kalila itu. Rizel memang selalu mempunyai pemikiran-pemikiran buruknya sendiri tentang apa yang belum tentu terjadi, anggap saja itu sebagai bentuk kewaspadaan Rizel dan cara ia melindungi dirinya sendiri.
"Wah, kalau Kalila tau sepertinya dia akan marah."ucap Sekar yang juga sedikit khawatir tentang hal itu.
"Lagian apa salahnya, kan memang benar kalau Kalila belum move on dari pacarnya."ucap Risa yang merasa benar dengan tindakannya saat ini.
"Tapi bisa saja ia akan marah karena aku menanyakan hal ini kepada temannya itu."ucap Risa setelah beberapa saat, ia juga mulai merasa khawatir karena tanggapan Rizel dan Sekar.
"Gimana dong, udah terlanjur nih."ucap Risa sedikit menyesali.
"Tapi sepertinya Kalila enggak bakalan marah sama kita, dia kan enggak pernah marah, dia kan sabar banget."ucap Sekar menenangkan Risa.
"Iya benar, jahat banget kalau dia marah padahal niat kita kan baik."ucap Risa merasa benar dengan apa yang dilakukannya itu.
"Kita kita, jangan ngajak-ngajak dong."protes Rizel yang masih tidak setuju dengan rencana Risa, menurutnya itu sudah keterlaluan.
"Ya udah biar amannya, kita harus membuat rencana yang seolah-olah itu kebetulan jadi bukan kita yang mempertemukan mereka."Sekar memberikan solusi.
"Tumben nih anak pintar."ucap Risa yang merasa bangga dengan ide Sekar itu.
"Iya lah, kan otaknya untuk dipakai bukan untuk disimpan."jawab Sekar dengan eskpresi bangganya.
"Dipakai kah, kok aku enggak tahu?"tanya Rizel, tentu saja ia tidak serius, Rizel hanya bercanda.
"Soalnya dipakainya baru hari ini."jawab Sekar menanggapi candaan Rizel. Sekar tidak marah karena ia juga sering mengatakan hal yang sama kepada Rizel.
"Ya udah kamu sebaiknya hubungin temannya lagi dan bilang kalau jangan bilang-bilang Kalila, nanti kalau temannya itu keceplosan kan gawat."ucap Sekar lagi.
"Aku benar-benar enggak ikut-ikutan ya."Rizel tetap menolak itu.
"Enggak asyik lu."ucap Sekar, namun Rizel hanya mengangkat bahu cuek, ia benar-benar tidak ingin terlibat dalam masalah ini.