webnovel
#ACTION
#COMEDY

Kisah Putri SANG KIAI

Season 1. Muhammad Barrak, pergi dari rumah karena merasa malu, sebagai putra Kiai dia tidak berguna dan hanya membuat kedua orang tuanya malu. Dia pergi dari rumah dengan dua tujuan, satu memperbaiki diri, dua supaya perjodohannya gagal. Apakah rencananya berhasil? Season 2. Chafiya Afrin Zahraya, adalah putri dari Barrak dengan istrinya tercinta, nama yang memiliki arti orang yang diperhatikan serta ramah, berani dan memiliki karakter yang kokoh. Gadis bercadar ini adalah motivator para pencari Tuhan juga penulis novel Religi. Suatu ketika dia terpesona oleh pemuda bernama Adib, yang tidak lain adalah santri dari Abah yang sudah menjadi Ustadz. Selain itu, editor Faris Hamzah juga sangat ambisius untuk mendapatnya. Namun, pemuda yang memikatnya adalah santri dari sang Abah. Gadis bercadar ini harus meredam perasaannya dalam-dalam, karena sang Abah memilih putra sahabatnya, pemuda yang tidak lain adalah dokter muda, anak dari seorang dokter ternama di Jakarta. Putra dokter itu bernama Muhammad Alif Raffa, pemuda tampan namun juga terkenal sering keluar masuk penjara akibat narkotika, walaupun dia seorang dokter. 'Aku meredam perasaanku, karena Abah. Semoga Allah memberikan jalan terbaik ketika aku memantapkan hati dan bersedia menikah dengan Mas Alif, karena aku ingat kisah cinta Abah dan Umi.' Bagaimana kisah putri Kiai ini? Apakah dia bisa jatuh cinta kepada Alif, yang memiliki kebiasaan buruk? Semoga menikmati cerita ini. Hanya di Kisah Putri Sang Kiai.

Ririnby · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
228 Chs
#ACTION
#COMEDY

Mimpi Seakan Nyata

Saat berada di tengah jalan Sofil merasa kesakitan. Dia menepi dan memegang dadanya.

"Mas ... semakin parah, mari kita ke Rumah Sakit," ajak Ainun. Sofil yang tertunduk hanya menggelengkan kepala.

"Aku ini tidak sakit. Aku yakin pasti ada hal buruk." Suara Sofil meninggi. "Aku yakin ada yang dirahasiakan dariku," jelasnya mantab.

"Jika mereka merahasiakan sesuatu pasti ada tujuannya. Tapi percuma juga jika Mas terus memikirkan tanpa menemukan jawaban. Biar aku saja yang nyetir," kata Ainun turun dan naik.

"Kamu yakin bisa?"

"Seratus persen." Ainun memegang setir. Sofil mundur, dia menahan rasa nyeri dan terus berdzikir, dia menyandarkan di pundak Ainun.

"Bawa aku ke pondok saja, barangkali jika di pesantren aku lebih tenang dan bisa istirahat. Besok pamit ya kalau mau berangkat. Chat aku," pinta Sofil.

"Baik."

Sofil memejamkan mata dalam sandarannya. Dia terus memegang dada.

Chương bị khóa

Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com