webnovel

Laporan

Lima hari berlalu semenjak Watcher ditugaskan oleh Nikk sang Alpha untuk mencari keberadaan Lunanya. Ia perlu mencari dikit demi sedikit dan perlahan tentunya agar tak melewatkan informasi sekecil apa pun. Beruntungnya saat hari ke-lima ia berhasil menemukan gadis itu, gadis bernama Deana yang ternyata adalah cucu dari Nenek Cia. Ia pun tak menyangka akan brtemu dengannya lagi. Kini sudah waktunya ia untuk melapor pada Alpha dan juga Beta serta Gamma. Kenapa hanya mereka bertiga? Karena memang mereka bertigalah pemegang kekuasaan tertinggi saat itu.

Watcher memasuki wilayah kekuasaan Pack Mensis. Saat memasuki gerbang ia melihat puluhan Schout yang sedang dilatih oleh Galen, Gamma di sana. Tak begitu jauh dari Gamma, terlihat juga Cleon, sang Beta yang sedang membantu para Schout untuk menyempurnakan gerakan mereka. Saat dirinya terlihat oleh Cleon dan Galen, mereka berdua langsung menghampirinya dan mengikuti dari belakang. Sebelum meninggalkan anak didik, Galen mengistirahatkan mereka sejenak hingga ia kembali lagi nanti.

Cleon mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan khusus Nikk. Nikk melihat Galen juga bersama mereka. Nikk langsung turun dan berjalan mendekati mereka.

"Kau sudah menemukan Deana? Jadi, ini aromanya...." ujar Nikk sembari mengendusi tubuh Watcher dari jarak satu meter. Ia begitu menghayati aroma baru yang baru saja ia hirup itu.

"Betul, Alpha. Selain saya sudah menemukan Luna, saya juga ingin menyampaikan hal lain. Ternyata Luna anda adalah cucu dari Nenek Cia. Sepertinya akan sulit untuk menaklukkan hatinya."

Bagai tersambar petir, Nikk tak bisa berkata-kata. Dari sekian banyak mengapa harus berhububgan darah dengan Nenek Cia?

Cleon mendekat dan menepuk bahu Nikk perlahan. Ia ingin menguatkan pemimpinnya itu, namun sangat disayangkan hatinya sudah patah menjadi bahkan sebelum ia mencoba lebih jauh. Nikk memberi isyarat agar Watcher pergi dan melanjutkan laporannya kepada Cleon saja. Ia tak berniat mendengar lebih jauh lagi.

Galen menutup pintu dan kembali lagi mendekat ke arah Nikk. Dirinya ikut duduk di anak tangga terbawah di mana Nikk dan Cleon sudab duduk di sana. Ia tak bisa banyak membantu karena ia pun tak pandai menghibur. Mungkin Cleon akan lebih bisa diandalkan soal ini.

"Tenanglah, Nikk. Ini belum apa-apa. Apa kau mau menyerah bahkan sebelum kau memulai?" tanya Cleon hati-hati. Ia tak ingin membuat hati Nikk lebih hancur dari ini.

"Aku tak tahu, Cleon, Galen. Kau ingat peristiwa lalu saay Nenek Cia mendatangi kita? Kau ingat ucapan terakhirnya?"

"Sudahlah. Tak perlu diingat lagi. Kau harus berusaha sedikit lebih keras, Nikk. Sama sepertiku. Anggap saja kita senasib." timpal Cleon sembari tersenyum. Namun Nikk tampaknya masih putus asa.

"Betul, Nikk. Kau hanya perlu berusaha. Tunjukkan kalau kau itu tulus. Jangan memaksakan keinginanmu dan jangan kau tunjukkan keegoisanmu untuk memilikinya. Dekati dulu Nenek Cia, ambil hatinya, baru kau akan dapatkan cucunya dengan mudah."

Saran Galen lumayan juga. Untuk orang yang jarang sekali berbicara dan memberikan saran, ini sudah lebih dari cukup.

Cleon melirik Galen dan dengan santainya ia menepuk kuat punggungnya hingga berbunyi. "Bisa juga kau rupanya memberikan saran bagus."

"Itu saran umum, Cleon."

Nikk berpikir. Selagi Cleon dan Galen beradu argumen kecil, otaknya malah bekerja dengan baik. Ia merasa ucapan Galen ada benarnya juga. Ia hanya perlu mendapatkan hati si nenek, maka misinya akan lebih mudah. Ia sontak bangun dan mengejutkan Cleon serta Galen di sana.

"Terimakasih, Galen. Saranmu kuterima dengan baik."

"Oh, ya, sama-sama, Nikk."

"Kalau begitu lebih baik kau kembali mengajar para Schout, dan Cleon kau bisa temui Watcher itu lagi untuk membicarakan hal itu lebih lanjut dan juga minta saran darinya agar bisa mempertemukan Deana denganku secepatnya. Juga satu hal, jangan memancing keributan."

"Oke, Nikk. Ayo, Galen!"

Nikk melihat kedua petingginya pergi. Sekarang ia perlu merancang taktik agar Nenek Cia bisa menerimanya. Bisa saja Nikk langsung meminta posisi keberadaan Deana beserta sang nenek, namun tidak semudah itu. Nenek akan segera mengetahui identitas dirinya terlebih baru saja kemarin ia bertemu dengan Watcher. Akan semakin sulit untuk menyembunyikannya. Ia kembali berpikir. Mungkin ia memerlukan beberapa hari untuk memantau gerak-gerik Deana secara langsung sebelum pertemuan yang direncanakan itu matang.

Nikk berkacak pinggang di depan kaca. Ia mengusap dagunya dan memutuskan untuk mengambil pisau cukur guna membersihkan area dagunya dari rambut-rambut kecil yang tumbuh. Sekali lagi ia menatap cermin dan tersenyum. Dirinya tampak tampan dan gagah. Terlebih ia memiliki taring yang sedikit menyembul saat ia tersenyum. Lantas ia menepuk dahinya spontan.

"Kalau nenek lihat, bisa pupus seketika niatku."

Nikk berjalan modar-mandir di depan cermin besarnya. Sekarang masalah barunya adalah taringnya. Taring itu tak bisa ia sembunyikan. Masa iya dirinya harus mengikir taring kebanggaannya itu?

"Tidak. Itu bukan masalah. Aku hanya perlu menjadi diriku sendiri dan tunjukkan niat tulusku. Kalaupun Nenek Cia menolak, aku hanya perlu berusaha lebih keras saja, 'kan?"

Nikk bermonolog. Pertanyaannya retoris. Ia tahu betul jawabannya hanya terletak pada dirinya. Sampai batas mana ia mampu bertahan dan berjuang. Sama seperti Nenek Cia dulu. Perempuan itu tak kenal lelah dan tak kenal kata menyerah. Nikk harus menjadi sosok yang dipercayai Nenek Cia lebih dari siapa pun. Meski sulit, ia akan belajar untuk mencobanya.

Kembali ke Galen yang kini sudah kembali mengajar murid-muridnya agar menjadi warrior tangguh, Cleon juga sudah bertemu dengan Watcher di sebuah ruangan pribadi miliknya. Ia tampak berbicara empat mata dengannya. Meski segelas susu telah disediakan di hadapannya, Watcher itu tampak tenang, tak berniat menyentuhnya sama sekali.

"Minumlah. Kenapa kau tegang sekali bertemu denganku?" tanya Cleon dengan kepongahannya.

"Kau tak pernah berubah, Beta. Hentikan semua sikap diskriminasimu. Aku ini asisten Alpha, bukan seorang musuh."

Watcher memberi jarak dan batasannya. Ia tak suka melihat tingkah congkak yang ditunjukkan Beta kepadanya.

Beta terkekeh. Ia duduk santai di atas meja dan menatap Watcher itu dengan seringai khas miliknya. Taring keluar semakin panjang dan ia mendekatkan wajahnya, menyisakan beberapa inci saja dari Wacher.

"Alpha terlalu baik padamu, Watcher. Bagaimana pun juga aku tak akan pernah lupa bagaimana dulu kau pernah membantu Chris."

"Itu masalah lama. Aplha juga sudah tau kronologis ceritanya. Tapi kau yang batu memang terlalu susah untuk memercayai seseorang sepertiku. Tapi anehnya kau terjerat oleh Adoria."

"Jangan bawa-bawa Adoria." geram Cleon marah.

"Maka dari itu, bersikaplah tenang dan dewasalah sedikit. Di sini kau bertugas untuk mengatur pertemuan Alpha dan Luna. Kau membutuhkan informasiku, Beta."

Cleon menahan amarahnya. Ia mengepalkan tangannya kuat sekali. Kalau bukan karena perintah Nikk, dirinya tak akan mau bernegosiasi dengan pria di hadapannya itu.