webnovel

Kesedihan Amy.

Amy duduk dekat sebuah meja rias air matanya terjatuh , bukan karena dia sedang sakit atau putus cinta melainkan harus kehilangan Adelia nantinya. Kenangan demi kenangan dia lewati bersama Adelia bahkan Adelia adalah adik penurut , setiap kali dia pulang berkerja Adelia menyiapkan makan dan mengasuh Amelia dengan baik.

Adelia banyak berubah semenjak kematian Asih ibu angkat mereka yang dulunya dengan setia menemani mereka. Bahkan Asih begitu banyak berkorban buat mereka bertiga hingga ditinggalkan suaminya karena rasa belas kasih sayang Asih pada mereka terutama Adelia. Penyakit Asih disebab kan kanker rahim dan sulit memiliki keturunan akhirnya tak berdaya , akhirnya penyakit itu mengerogoti seluruh tubuh Asih hingga menjelang ajalnya dia berpesan pada Amy agar selalu menjaga adik adiknya.

Amy bersedih air matanya terjatuh beban yang dia pikul begitu berat , menghidupi kedua adiknya bukanlah perkara mudah . Tubuhnya kurus dan sering jarang makan hanya demi membeli susu Amelia dan memberi makan Adelia meskipun hanya nasi bungkus. Tapi Adelia begitu mengenal Amy dia tidak mau kenyang sementara kakaknya kelaparan , dengan tanganya yang gemetar akibat seharian tak makan dia menyuapi Amy penuh kasih sayang.

Kisah kesedihan hidup mereka sangat memprihatinkan , beruntung ketika Amelia sudah bisa berjalan nasib baik mereka dengan penuh kesabaran kehidupan tiga dara itu membaik. Kurus dan terlihat apa adanya yaitu Amy dengan rambut sebahu .

Sebenarnya Amy itu cantik bila di poles sedikit , tapi kesedehanaanya mampu membuat orang nyaman disampingnya. Kini kesedihan Amy semakin terlihat ketika Adelia membuka pintu dengan menatap mata sayu kakaknya.

"Kak Amy.. kenapa diam .. aku terus memanggil mu tapi kau tak datang juga kak! kenapa..apakah kau tak mendegarnya." kata Adelia dan memeluk kakanya dari belakang.

"Aku hanya sedikit lelah dan merasa sepi jika tidak ada dirimu nantinya" jawab Amy dalam lamunanya.

"Kak Amy... jangan membuatku bersedih, kakak adalah orang yang aku sayang, kakak bagaikan malaikat untuku kak.. oh iya mana Amelia" tanya Adelia pada Amy.

"Sepertinya Amelia tadi pergi praktek katanya tadi di rumah sakit, mungkin dia besok datang " sahut Amy.

"Kalau begitu aku harus mengusir wanita tua itu dari rumah kita" ucap Adelia dengan licik.

"Jangan Del, biarkan saja dia disini, aku tidak mau kuliah Amelia tergangu oleh ibu. Apalagi kalau ibu pergi kasian Amel.. dia terlalu menyayanginya" kata Amy dengan lembut.

"Sebab karena dia hubungan ku dengan Amel jadi tidak baik" keluh Adeliah pada Amy .

"Sudahlah.. kalian hanya berbeda pendapat saja.. Del.. sebentar lagi kamu menikah, ayolah jangan mendendam.. adiku kamu adalah berharga bagi ku" kata Amy menenangkan Adelia.

"Kak Amy ijin kan aku tidur disamping mu kak" Adelia berkata dengan manja.

"Tentu saja, sebentar lagi kamu kan menikah otomatis kita tak seperti dulu lagi" jawab Amy dengan senyum terpaksanya.

Adelia mulai menutup matanya , sedangkan Amy hanya meneteskan air mata entah rasanya begitu berat melepaskan Adelia untuk jauh darinya. Tapi Amy tidak mau menjadi kakak yang egois melarang semua kehendak Adelia termasuk masadepan Adelia.

Dengkuran halus terdengar dimulut Adelia yang tertidur pulas, sementara Amy membuka sebuah album foto lawas yang terlihat kusut dan terlihat foto Adelia mengendong Amelia yang berusia 5 bulan. Disisi kiri Amy tersenyum dan sisi kanan Asih sambil memeluk Adelia.

Air mata Amy terjatuh mengenai album itu , hatinya begitu rindu akan Asih . Tapi orang yang dirindukan sudah tiada dan kini Adelia akan pergi meninggalkan dia dan hanya Amelia disampingnya.

Kadang kadang Amy memang memikirkan masadepanya untuk menikah tapi Amelia masih membutuhkanya, dia tidak ingin ada yang melarang ini itu tentangnya, itulah sebabnya Amy tidak mau memikirkan pria dihatinya terlebih masalalu buruk tentang Amin ayahnya membuat Amy sangat tak peduli orang mendekatinya.

******

Pagi yang cerah selembut embun pagi menyapa , Amy bangun dan sepertinya dia memasak dan menyediakan semua sarapan untuk adik adiknya, Tapi kali ini matanya tak bisa berkedip melihat wanita tua tengah datang dan membantunya di dapur membereskan semua rumah, dengan berjalan tertatih tatih.

Amy terdiam dan hanya bisa memandang Surti memasak makanan rumahan dan diam tapi terlihat tenang, sesekali kaki Surti dia pijat akibat asam urat yang hinggap dikakinya. Dan Amy menjadi iba .

"Sebaiknya ibu di kamar istirahat, biar aku saja melanjutkan pekerjaan semua ini" kata Amy dengan pelan , tapi matanya enggan menatap mata Surti.

"Amy... anaku.. ibu masih kuat melakukan semua ini.. kau pasti kelelahan kemaren ! istirahatlah .." Surti berkata dengan lembut seakan menghangatkan hati Amy. Amy hanya diam dan tak mau bicara , seandainya ibunya dulu seperti ini mungkin dia dan Adelia tidak akan mungkin membencinya. Tapi benci Amy masih mengandung rasa iba berbeda dengan Adelia dia begitu benci bahkan menatap saja Adelia tidak sudi.

Ketika Amy tengah duduk sambil membersihkan gelas dengan tisu agar terlihat bersih , tiba tiba saja Adelia datang dang menghampiri Amy.

"Pagi kak.. makanan kakak buat kelihatan enak, tapi.... ada mak lampir disini.. eh mak lampir.. loe masuk saja ke kamar, jangan hilangkan selera makan goe... enek goe lihat muka loe" ucap Adelia dengan kasar. Surti hanya menganguk dan dengan sedihnya masuk ke kamar.

"Adel... kamu kok gitu sih.. ibu juga bantu aku disini " kata Amy seakan tak terima dengan kata kata kasar adiknya.

"Kok kak Amy belain dia sih ! kakak sama kayak Amel yang belain dia ... rupanya kedatanganya membawa pengaruh buruk bagi hubungan kita"sahut Adelia sambil mengunyah nasi goreng.

"Del...bukan itu.. kamu belajar berkata yang baik bukan seenaknya gitu, nanti kamu akan tinggal di keluarga kaya jadi jaga sikap" nasehat Amy pada Adelia.

"Iya kak.. hari ini masakan kakak enak sekali, memang kakak belajar resef darimana" kata Adelia mengunyah rendang ayam di mulutnya.

"Itu bukan aku yang masak Del.. tapi ibu" jawab Amy. Seketika Adelia memuntahkan semua makanan dipiringnya.

"Apa... jangan suruh dia masak kak... aku tidak sudi memakan masakanya! bahkan sampai kapan pun itu... aku takut dia menaruh racun dan membunuh ku" jawab Adelia lalu pergi.

Kata kata Adelia terdengar oleh Surti dan air mata terjatuh lagi membasahi pipi yang keriput itu. Sunguh karma yang dia raih saat ini adalah balasan atas perbuatanya dulu dimasalalu menyakit hati anak anaknya dan kemudian dibalas pula oleh anaknya sunguh Surti yang malang.

Kekejaman Surti pada Adelia begitu mendarah mendaging diseluruh kulit dan tubuhnya , hingga tidak ada maaf bagi Adelia, sebaik apa pun Surti dia begitu benci bahkan dia lebih baik melihat kotoran daripada melihat ibu kandungnya sendiri.

Semenjak peristiwa dia di jual ibunya, Adelia begitu benci dan bahkan dendam sangat dalam . Jika karena bukan Amelia yang membawanya mungkin Adelia akan membuang Surti ke panti jompo bahkan bila perlu meracuni Surti hingga mati.