webnovel

Sahabat dan Cinta

"Sahabat dan Cinta, dua hal yang tidak beda jauh karna memiliki ikatan yang sangat murni didalam hati. Ketika seseorang mengajakmu bersahabat, siapa yang bisa menolaknya? Tidak ada, karena itu hal murni dan harus diambil sisi baiknya saja."

•••

Nadia hanya keheranan, sedangkan Fathir berusaha memaksimalkan tenaganya untuk bertanya tersebut.

Fathir kembali menatap Nadia sekilas dan mengalihkan wajahnya ke depan sana, untuk mengindari kontak mata secara langsung seperti barusan.

"Apa kau mau jadi sahabatku?" tanyanya tanpa menoleh pada Nadia

Nadia tersenyum, dia juga tidak bisa menolak karena hanya mereka yang Nadia bisa lihat pertama kali di daerah tersebut. Nadia akan menjawabnya tetapi dengan meminta Fathir memberikan tangannya.

"Harusnya kamu megulurkan tanganmu terlebih dahulu, masa seorang sahabat tidak mau ulurin tangannya," sahut Nadia lalu mengulurkan telapak tangannya.

Fathir menoleh lalu membalas uluran tersebut sembari tersenyum. "Sahabat!" ucap keduanya dengan senyuman manis terhadap satu sama lain.

Mereka sudah menjadi sahabat sekarang, mereka bahkan bercerita soal mereka masing-masing dan saat ini Fathir sudah banyak tau soal Nadia walaupun belum semua kehidupannya.

Fathir juga menanyakan perihal sekolah Nadia selanjutnya, Nadia hanya menjawab seadanya karna dia juga tidak bisa menjelaskan bagaimana selanjutnya.

Fathir menyarankan masuk ke sekolahnya saja, biar nanti mereka bisa berangkat bersama-sama. Karena mereka sudah kelas tiga SMP, Fathir juga menyarankan bahwa mereka akan masuk ke sekolah yang sama juga selanjutnya.

Cempaka Putih High School adalah sekolah menegah atas terfavorit di kota tersebut, sekolah dimana Abang Nathan mengenyam pendidikan.

Nadia cukup terkesan dengan cerita yang diberikan oleh Fathir dan sangat tertarik masuk ke dalam sekolahnya dan sekolah abang dari Fathir tersebut.

Setelah beberapa jam mereka mengobrol, merekapun memutuskan akan kembali ke dalam rumah karna mungkin kedua orangtua Nadia sudah selesai mengurus semuanya.

***

Nadia dan Fathir masuk ke dalam rumah dan menyusuri area ruang tamu dan sepertinya tidak ada siapapun disana lagi, sebab semuanya tampak sepi.

Nadia berpamitan untuk pulang saja, sedangkan Fathir mengiyakannya saja. "Aku pamit yah, see you Fathir!" ucap Nadia lalu pergi dari sana.

Nadia berjalan tanpa sadar di persimpangan pintu depan, dia malah menabrak seseorang disana. Mata Nadia memejam, sementara orang tersebut langsung menahan tangan Nadia agar tidak terjatuh dengannya.

Dia menatap wajah Nadia, lalu sadar bahwa yang dia lakukan itu adalah hal salah sehingga dia melepaskan pegangannya, Nadia membuka matanya kembali.

"Maaf!" ucapnya sambil menatap Nadia sekilas dan mengalihkannya.

"Eh, harusnya Nadia yang minta maaf ya, maafin Nadia yah, Bang. Nadia tadi emang nggak melihat kanan kiri dengan baik, jadi nggak tau ternyata Bang Nathan mau lewat juga," tutur Nadia begitu sopan dan menunduk.

Yah dia Nathan, Abang dari Fathir. Nadia memang belum mengenalnya, tetapi Fathir sudah membicarakan soal abangnya tadi dan dia hanya mengingat nama dan asal sekolah Nathan saja sedangkan lainnya dia lupa.

"Ouh iya, gak papa kok. Lagian, Abang juga salah karna nggak nyadar kalau ada yang mau lewat. Ouh iya, tau nama Abang dari mana?" balas Nathan yang malah heran karna Nadia mengenal namanya.

Belum sempat Nadia menjawab, Fathir lebih dulu datang dan berdiri tepat di samping kanan Nadia. Fathir menjelaskan semuanya sehingga Nathan langsung mengerti.

Nathan tersenyum, lalu mengiyakan penjelasan tersebut. Nadia berpamitan kepada mereka berdua, lalu pergi dari sana.

Nathan mengabaikan adiknya mengoceh soal Nadia, karna dia sangat lelah dan ingin membersihkan dirinya.

Nathan tau jika Fathir sedang mengalami perubahan pada remaja pada umumnya, sehingga dia biasa aja dalam menanggapi hal tersebut.

Fathir hanya mendengus karna abangnya memang suka begitu, Fathir mengikuti Nathan dari belakang sampai kedalam kamar Nathan.

"Kenapa,adik abang Fathir?" tanya Nathan sambil meletakkan tasnya ke tempat biasa.

"Bang..."

Fathir menjelaskan semuanya bahwa dia dan Nadia sudah sepakat akan melanjutkan pendidikan di sekolah yang sama dengan Nathan.

Jadi Nathan harus membantu mereka untuk itu, Nathan hanya mengangguk faham dan berjanji akan mengabari mereka soal pendaftran nantinya.

Nathan mengatakan bahwa dia akan mandi, sehingga Fathir boleh keluar dari sana karna tidak ada gunanya berada disana. Dia sudah tau bagaimana adiknya, maka dari itu dia sangat malas jika dia disana.

Fathir pun keluar karna yang dikatakan abangnya memang benar dan hanya akan membuang waktu saja. Fathir keluar, lalu menuju kamarnya sendiri dan Nathan mulai membersihkan dirinya.

°°°

Setelah selesai mandi, Nathan keluar dengan pakaian yang sudah dia ganti agar tidak ada yang melihat bentuk tubuhnya yang cukup atletis walaupun masih remaja. Nathan duduk di kasurnya, dengan membayangkan kejadian barusan, yakni bertabrakan dengan Nadia.

"Kenapa aku malah merasa aneh disaat aku bertemu dengannya sih, padahal kan dia masih kecil sekali dibandingin denganku? Apakah aku menyukainya? Ah tidak mungkin, dia masih bocah dan kau lebih tua Nathan, kau seharusnya suka sama dengan gadis yang seumuran denganmu!" gumamnya di dalam hati sambil mengingatkan dirinya bahwa Nadia masih kecil baginya.

"Nathan, kamu tahu bukan, tidak boleh menaruh perasaan berlebihan sama lawan jenis kamu, sebelum kamu benar-benar udah siap menikahinya. Cukup, enggak Nathan enggak boleh, dia dan kamu masih punya masa depan yang panjang, gak harus berhubungan dengan cinta dulu, oke Nathan! Bismillah, maafkan aku Nadia, maafkan Abang!" lanjutnya dengan menepuk dadanya beberapa kali agar tersadar bahwa yang dia lakukan adalah hal salah.

Entah darimana kedewasaan itu muncul, tapi Nathan memang sudah berjanji pada dirinya sendiri agar tidak mencintai seseorang sebelum sah. Itu janjinya, tidak boleh diingkari sama sekali.

Jika memang Nadia adalah jodohnya, maka ia akan berusaha menutupi semua itu sampai dia menikahinya nanti. Bisa-bisanya Nathan memikirkan jodoh di umurnya yang sekarang, tapi itu tidak ada salahnya sama sekali, toh cinta datang tanpa diundang, jadi gak ada masalahnya selagi tidak mengambil jalan yang salah.

•••

Hari-hari berlalu begitu cepat, bahkan Nadia dan keluarganya sudah tinggal disana selama tiga bulan lebih. Nadia dan Fathir pun sudah lulus dari sekolah menengah pertamanya, kini mereka benar-benar menjadi sahabat bahkan Nathan sering membantu mereka jika merasa kesulitan dan sudah selesai mendaftar ke sekolah yang baru.

Mereka seperti sahabat saja sekarang, sementara Nathan semakin jatuh cinta pada Nadia dengan sikap yang ditunjukkan Nadia benar-benar kriteria idamannya, walaupun dia tau mungkin Fathir juga merasakan hal yang sama.

Nathan harus bisa menahan dirinya, karena mereka masih terlalu dini untuk mengenal hal tersebut, mereka harus pokus dengan pendidikan terlebih dahulu baru soal cinta. Cita-cita adalah nomor satu, sementara cinta akan lebih sempurna jika bertemu disaat waktu yang tepat.

"Ouh iya, nanti Abang disana akan menjadi senior kalian, maka dari itu Abang minta sama kalian berdua supaya bisa menjaga sikap kalian, karna senior biasanya sering mencari kesalahan junior bahkan sedikit saja." Nathan menjelaskan semuanya pada mereka.

Nadia bisa mendengarnya begitu baik sedangkan Fathir sama sekali tidak peduli dengan hal tersebut. Nadia benar-benar senang karna dipertemukan dengan sosok Nathan dan Fathir bersaman, walaupun dia tau mereka bersaudara.

#to be continued