Aini mencoba menenangkan Rega dan membawa lelaki itu menjauh dari kelasnya supaya Rega tidak melanjutkan adegan perkelahiannya itu. Karena bagaimanapun juga Rega sekarang bukan siapa-siapa, jadi ia akan sangat salah jika membuat keributan disekolah orang lain.
"Diem disini. Gue-" Rega langsung menahan Aini yang baru saja ingin meninggalkan nya.
"Gue mau ambil obat Ga, itu luka Lo harus diobati biar gak infeksi. gak usah bandel, tunggu sini."
Rega tersenyum, jika sudah seperti ini rasanya ia dan Aini kembali seperti pertama kali mereka dekat dan kenal. Dan Rega benar benar melupakan masalahnya dengan Aini soal kesalah paham beberapa waktu lalu.
"Ai..." panggil Rega.
"Diem dulu, jangan gerak selagi gue obatin luka Lo ini. Lagian kenapa juga apa-apa langsung pukul orang, inget Lo itu bukan murid sini lagi. Yang ada nanti masalah makin runyam." ujar Aini membuat Rega termenung mendengarkannya.
"Gue gak bisa-"
"Diem Rega!"
"Ya lagian Lo kan nanya, masa gue gak jawab."
"Diem atau gue tinggalin Lo sendiri disini."
Rega mengalah, ia pun memilih untuk diam agar bisa berlama lama dengan Aini. tak peduli gimana sekolahnya sekarang, izin toilet nyatanya ia izin bolos ke sekolah lain.
Aini tersenyum ketika melihat Rega masih mau menuruti kemauannya. Ada rasa senang tersendiri melihatnya.
"Udah selesai. Sampai rumah nanti kalo bisa Lo ganti lagi, biar higienis. Supaya luka Lo cepet kering juga."
Aini langsung merapihkan alat-alat yang ia gunakan untuk mengobati luka di Rega itu. Tentu alat ini milik sekolahnya yang sudah disediakan.
"Gue gak bisa ganti sendiri," jawab Rega.
"Minta sama Tante Yuni lah."
"Mama gak dirumah, dia ada arisan sama temen-temennya. Paling pulangnya malam, jadi gue gak sempet ganti."
"Bilang aja kalo Lo mau gue yang gantiin. Yaudah kalo gitu nanti gue kerumah Lo. Tapi ingat cuma gantiin perban Lo doang. Gak lebih."
"Eh nanti bareng gue aja. Sekalian kan lebih enak?" tawar Rega sekaligus perintah agar Aini mau bersamanya.
tak lama Aini mengangguk sebagai jawaban bahwa ia setuju.
"Tadi, Daniel bilang Lo kangen gue?" Rega langsung mengatakan itu sekaligus memecahkan keheningan diantara keduanya.
Aini langsung syok melihat itu, "Nggak, enggak sama sekali. Dia emang iseng anaknya, jangan gampang percaya."
"Tapi kalo bener juga gpp. Soalnya gue juga kangen sama Lo, Ai."
saat itu juga Aini langsung menoleh dan betapa terkejutnya ia mendengar apa yang barusan saja Rega katakan.
Aini memilih untuk diam walau dalam hati kecilnya ia mengaku bahwa ia senang melihat Rega yang sepertinya masih sangat menyayangi nya seperti dahulu kala saat pertama kali mereka bersahabatan.
"Dan soal kesalah pahaman itu, gue mau minta maaf." ucap Rega.
"Lo bilang kesalah pahaman, kenapa minta maaf. Bukanya jelasin supaya gue gak salah paham lagi?"
Rega terdiam, benar benar tidak berfikir sampai kesana.
"Dia Angel, awal nya kita gak kenal sama sekali. Tapi karena mama gue ngajakin gue buat kerumah dia supaya akrab sama tetangga baru gitu, gue jadi kenal dia. Dia termasuk introvert karena gak pernah bergaul. Jadilah gue ngajakin dia buat temenan, dan sampai ini kita masih temenan. Soal kita bareng, itu karena tujuan awal gue mau buat dia seneng, soalnya akhir-akhir ini gue sering liat dia sedih."
Aini langsung membuang muka ke arah lain, bagaimana mungkin Rega begitu lancarnya mendeskripsikan bagaimana sosok bernama Angel itu didepannya? Apa ia tak menghargai perasaan Aini?
"Lo tahu kan gue marah karena apa?" tanya Sini untuk memastikan apa Rega sadar akan kesalahannya atau tidak.
"Lo-cemburu?" dengan ragu Rega mengucapkan nya.
Aini tertawa ringan, lalu langsung menggeleng. "Gue kesel karena ada yang lebih deket sama Lo tapi orang itu bukan gue." to the point, itulah Aini tanpa basa-basi mengucapkan nya.
"Jadi itu alasannya?"
"Dan ternyata Lo gak sadar sama kesalahan Lo, udah gue duga juga sih."
"Bukan gitu, Ai. Gue cuma gak mikir sampai sana."
"Ya terus apa bedanya?" balas Aini kesal
"Sorry,"
"Udah gue mau balik ke kelas, mending Lo juga balik aja sana. Jangan sering-sering bolos. Ingat Lo masih anak baru, bersikap yang bener."
"Siap ibu negara! Berarti kita udah baikan?" tanya Rega tersenyum senang.
"Yang bilang marahan siapa? Lo aja kali, gue sih nganggepnya cuma hal sepele."
Singkat memang, namun perkataan itu membuat Rega terdiam dalam sesaat. Namun Aini memilih untuk segera pergi dari sana.
*****
Aini sudah merasa berkurang sedikit bebannya, ternyata benar ia memang sangat merindukan sosok Rega, buktinya ketika lelaki itu datang dan memperbaiki semuanya kondisi hati Aini kembali stabil. Ia tak cemas seperti awal-awal.
"Gimana, gak terima kasih sama gue nih?" tanya Daniel sekaligus meledek Aini yang tengah tersenyum bahagia.
Aini mendekat, membawa Daniel dalam pelukannya yang begitu erat, membuat lelaki itu sendiri jadi bingung.
"Makasih banget Niel! Lo emang ter debest banget pokoknya! thankyouu."
"Iya sama-sama. Pelukannya lepas dong, bikin gue hampir khilaf aja Lu,"
Aini langsung memukul pelan pinggang Daniel karena ucapannya barusan yang sangat mesum itu. Padahal ia ingin memeluk Daniel, murni untuk berterima kasih.
"Ye mesum Lo!"
Daniel cengengesan saja.
"Btw, kalo gue boleh tau Lo sama Rega emang berantem karena apasih? Gak biasanya Lo berdua begini anjir."
Daniel memang teman dekat Rega, dimana otomatis lelaki itu juga akan dekat dengan Aini. Ia tahu sikap keduanya seperti apa.
"Sebenernya cuma salah paham aja sih,"
"Salah paham aja? tapi hampir bikin Lo berdua berpisah, itu Lo bilang aja?" tanya Daniel tak habis pikir.
"Ya habisnya gimana, gue salah paham sama cewe yang jadi tetangga Rega sekarang. Lo pikir aja Rega sekarang deket banget sama dia, kalo misalkan Rega berpaling dari gue gimana? ya gak terima lah gue."
Daniel diam, mencoba menelaah permasalahan ini.
"Gak terima kenapa? Kan Lo berdua cuma sahabat?"
Aini terdiam, benar juga kata Daniel. Tapi baginya tetap saja Rega itu sudah sangat dekat dengannya. Tidak boleh ada yang merebut lelaki itu dari kuasanya.
"Ya tapi Lo pikir aja coba, kalo Rega berpaling ke cewe itu. Dia bakal lupain gue, atau bahkan Lo dan teman-temannya juga. Dia bakal lupain kita!"
Saat itu Aini sepertinya sangat kesal pada Daniel yang mencoba memancing emosinya untuk menanyakan hal yang sangat sensitif untuk Aini sendiri.
"Tapi Ai, itu cuma rasa takut Lo yang terlalu berlebih-lebihan. Kalo Rega nganggep Lo sahabat, dia bakal tau kok kemana dia harus pergi saat dia butuh sahabatnya."
"Diantara gue, dan teman cowo Rega yang lain. Cuma Lo yang paling deket sama dia. Dan gue rasa gak semudah itu Rega langsung akrab banget sama orang baru di rumah barunya."
Itu kata Daniel, tapi entah kenapa kata dari hati kecil Aini yang paling dalam mengatakan bahwa semua itu tidak benar. Ada hal benar benar membingungkan baginya.