Hidup Rega pagi itu terasa tidak tenang. Pikirannya benar-benar kacau. Ia bingung harus bagaimana sekarang. Disatu sisi ia ingin sekali mendatangi Angel dan bertanya bagaimana kondisi gadis itu sekarang. Tapi, disisi lain dia juga ingin menghampiri Aini dan memperbaiki semua nya. Ia rasa bahwa kini hubungan nya memang sedang tidak baik-baik saja.
Rega mengambil ponsel, mencoba memberi pesan pada Aini, seenggaknya wanita itu membacanya walau tidak membalas.
'Semalam gue telfonin lu berkali-kali tapi gak lu angkat, seenggaknya baca pesan gue Ai, walaupun gue tahu mungkin lo masih kesel sama gue?'
Setidaknya pesan itu Rega kirim agar Aini mengetahui kabarnya sekarang. Dimana ia benar-benar khawatir pada Aini sekalipun gadis itu mencampakkan nya.
"Kamu mau kemana, nak?" tiba-tiba Yuni datang dari bilik kamar Rega dengan tatapan bingung.
"Mau kerumah Aini Mah, Rega gak tenang kalo Aini masih marah gak jelas gini."
"Gak jelas gimana? bukannya kemarin udah mama bilang alesan Aini marah sama kamu apa?" tanya Yuni.
Hal itu justru membuat Rega kembali berfikir. Apa mungkin jika memang alasan Aini marah padanya adalah karena ia cemburu melihat Rega dengan Angel?
"Yaudah Rega pergi dulu ya, mau mastiin dulu sebenernya apa alasan dia marah. Rega sendiri gak mau berharap terlalu tinggi." jawab Rega.
"Yaudah kalo itu terserah kamu aja, mama balik masak lagi. Oh ya jangan lupa nanti Aini nya ajak kesini buat makan bareng, ya?" pinta Yuni yang hanya mendapat deheman dari Rega. Tidak berniat menjawab atau apa, hanya takut ia tak bisa menepatinya.
"Iya mah, doain ya biar Aini maafin Rega." ujar Rega terdengar dramatis.
Yuni tertawa, "apasih kamu, pake acara minta doa segala."
"Ya abisnya Rega takut kalo Aini beneran marah dan gak mau maafin Rega lagi. Nanti hidup Rega kesepian."
Ucapan Rega tersebut membuat Yuni tersenyum penuh arti. Dia tidak mau terlalu jauh ikut campur pada masalah percintaan putranya itu. Tugasnya hanya memberi tahu jalan yang benar dan salah. Dan Yuni rasa apa yang dilakukan Rega sekarang atau nanti tidak salah.
*****
Rega mengeluarkan motornya dari garasi. Sudah lama motor ini tidak dipakai karena memang motor ini khusus dipakai jika ia ingin bertemu atau membonceng Aini. Tidak ada satupun cewek lain.
Tapi tak lama, sosok Angel keluar dari rumahnya. Tentu membuat Rega kaget akan kehadiran nya.
"Angel?"
"Hai, selamat pagi. Kamu mau pergi main ya? apa aku boleh ikut?" tanya Angel pada Rega.
Jika seperti ini Rega jadi bingung sendiri. Bingung harus menolak atau menerima, karena disatu sisi ia kasian juga pada Angel yang sepertinya butuh teman. Ketimbang Aini, tentu saja perempuan itu memiliki banyak teman.
"Ehm, boleh kok. Bentar ya, motor nya gue panasin dulu. Udah lama gak dipake jadi gini," ucap Rega lalu mendapat anggukan dari Angel.
"Oh ya, lu mau nya main kemana?" tanya Rega basa-basi. Karena tidak mungkin jika ia mengajak Angel bermain bersama teman-temannya lamanya itu, yang ada ia bisa diejek habis-habisan karena tidak berbicara pada mereka.
"Kamu gak ada rencana?" Angel justru bertanya balik.
Rega menggeleng. Tapi tak lama ada hal yang terlintas dipikirannya. Ia berpikir ingin mengajak Angel makan dipinggir jalan lagi, agar wanita itu seneng seperti kemarin lagi. Dan kebetulan warung pinggir jalan ini adalah favorit dirinya dan Aini sewaktu SMA dulu.
"Gimana....kalo, makan pinggir jalan?" tanya Rega pelan, takut Angel nantinya menolak.
"Boleh, aku mau banget. Emangnya pagi gini udah ada yang buka?"
"Udah kok tenang, di daerah demokrat biasanya buka pagi buat anak sekolahan. Gue sering dulu kesitu bareng Aini."
Angel terdiam ketika nama Aini tersebut. Jadi dia ingin membawa Angel ketempat favorit Rega dan Aini. apa-apaan ini? mengapa kesannya merendahkan.
"Apa gak ada tempat makan lain?" Angel langsung berubah fikiran dan bertanya pada Rega, karena males ketempat ini.
"Kenapa? lu gak mau makan dipinggir jalan?" tanya Rega tiba-tiba merasa kaget dengan ucapan Angel
"Engh, bukan gitu. Cuma—yaudah deh gapapa. Kalo gitu aku rapih dulu ya, tunggu sebentar doang sekalian aku izin sama Papa." ucapan Angel tersebut membuat Rega mengangguk tersenyum.
Nyatanya Rega lupa tujuan awalnya untuk mengeluarkan motor ini, hanya karena Angel mengajaknya keluar. Rega berfikir masih banyak waktu untuk memperbaiki hubungannya dengan Aini nanti, tapi jika jalan dengan Angel rasa nya tidak sesering ini.
*****
Aini sedang ditempat tongkrongan nya seperti biasanya. Dan ya sebenernya ia menunggu kehadiran seorang Rega, tapi sepertinya nihil karena lelaki itu sedari tadi tidak kelihatan.
Dan akhirnya Aini memutuskan untuk pergi bersama teman barunya yang bernama Rama itu. Sekaligus murid baru juga disekolah ini.
"Ai, ke warsun biasa yuk? laper nih gue." ucap Daniel mengeluh pada Aini karena wanita itu terlihat seperti wanita.
Warsun atau Warung Sunda adalah tempat favorit Aini dengan Rega waktu lelaki itu masih satu sekolah dengan nya. Warungnya memang terletak dipinggir jalan, namun soal rasa tak perlu diragukan. Warsun sendiri menjadi tempat makan favorit untuk Aini dan Rega, tentunya.
"Boleh, gue juga laper sih. Tapi traktir ya?" pungkas Aini membuat Daniel tersenyum masam.
"Iya udah, apa sih yang enggak buat ratu."
*****
"Kalo gue sih ya, ini makanan favorit gue nih. Cumi balado sama tumis toge. Rasanya mantep banget. Mau cobain juga?"
sedari tadi Rega terlihat aktif menawarkan makanan dan mengenalkan beberapa makanan pada Angel, karena mungkin gadis itu tidak mengetahui apa yang harus ia makan.
"Aku bingung sih, takutnya rasanya kurang aku suka," jawab Angel.
"Soal rasa gak usah diragukan lagi. Ini tuh tempat fav gue banget. Aini aja nih bisa nambah kalo makan disini saking enaknya."
Aini. Ketika nama itu terucap lagi, Angel langsung merasa sedikit kesal. Bukan karena tak suka, hanya saja ia merasa Rega terlalu memperkenalkan siapa itu Aini pada Angel yang tidak ingin mengetahui nya.
"Hm, sesering itu ya kamu sama Aini berdua?"
Rega mengernyitkan keningnya.
"Eh maksud aku, kamu kayanya sering banget gitu jalan berdua sama Aini, makan main atau nongkrong bareng dia. Maksud aku gitu," Angel langsung refleks menutup mulutnya.
"Ya pasti sering sih, gue sama dia sahabatan dari kelas 10. Udah gitu dulu kita tetanggaan juga. Gimana gak deket coba, bayangin aja gue sama dia kalo main tinggal beberapa langkah. Berangkat sekolah pun dulu tuh ya bareng terus. Tapi semenjak pindah ke rumah sekarang kita jadi jarang main."
Apa sepenting itu Rega untuk menceritakan kisahnya dengan Aini didepan Angel? sekarang Angel benar-benar merasa tidak dihargai. Ia tahu ia baru dikehidupan Rega ,tapi seharusnya lelaki itu mengerti.
"Tapi kan kamu punya temen juga sekarang dirumah baru kamu," ucap Angel.
Rega bingung, "Siapa?"
"Loh aku? kamu gak nganggep aku temen?" Angel panik, apa setidak mau itukah Rega menjadi kan nya teman.
"Eh bukan gitu, gue lupa Ngel. Sorry ya gue lagi banyak pikiran banget." Seketika Rega merasa tidak enak pada gadis itu.
"Kamu lagi ada masalah?" tanya Angel mencoba mengerti keadaan Rega. Tidak terlalu mengurusi hal tadi yang tidak penting.
"Soal Aini, ya seperti gue bilang tadi. Gue sama dia deket banget, tapi semenjak pindah rumah gue jadi jarang main. Soalnya kan disini juga ada temen gue, yaitu Lo. Tapi karena itu juga dia kesel, karena salah paham ngeliat gue waktu boncengin Lo, Ngel."
Mendengar itu membuat Angel merasa tak enak hati pada Rega. Walau ia kesal dengan Aini, tapi ia juga tak ingin merusak hubungan persahabatan seseorang yang sudah terjalin cukup lama.
"Jadi gara-gara aku ya?" Angel merasa bersalah.
"Eh enggak bukan, gak usah ngerasa bersalah gitu. Karena ini bukan salah Lo, Tapi—" Rega menghentikan bicaranya.
"Aini?" nama itu tersebut begitu saja dari mulut Rega ketika melihat sosok cewe baru saja tiba dihadapannya. melihat itupun membuat Angel berasa awkward.