webnovel

Rindu yang Meresahkan

Malam itu, Rio pulang dengan wajah letih, Ia masuk kedalam kamar tanpa suara sampai tidak ada satupun orang tau bahwa ia sudah pulang. Meski melihat ruangan yang gelap, Rio sama sekali tidak punya niat untuk mengganti lampu kamar yang sudah padam seminggu. Ia melempar tubuhnya yang kurus kekasur sampai terdengar suara hentakan. Disana, ia memandangi kegelapan seolah olah ia bisa melihat langit langit kamar. Dilirik ponsel miliknya, perbedaan waktu antara Indonesia dan Jepang membuatnya ragu untuk menghubungi Naomi. Sudah berminggu minggu ia tidak bertemu dengan Naomi, dan ia mulai ingin menemui perempuan itu. 

Rindu itu melelahkan, pikirnya.

Seharian tanpa jeda memikirkan dirinya yang merindu dan terus berlanjut sampai esok hari. Rindu itu terus menggerogoti pikiran sampai akhirnya tak ada lagi waktu untuk memikirkan hal lain selain mebayangkan wajah seseorang. Rio menghela nafasnya dalam, saat mulai terus melihat kembali koleksi fotonya dan Naomi di ponsel. Rindu itu hanya soal kenangan, Soal perasaannya yang ingin terus menerus mengulang kenangan kenangan itu bersama. Tanpa takut berpisah, tanpa khawatir akan kehabisan waktu.

Saat melihat foto Naomi, ada segaris senyuman diwajah Rio.

"Pasti hari harimu sedang berat sampai lupa memberi kabar" Pikir Rio.

Rindu itu meresahkan. Ia menciptakan pikiran pikiran kotor saat berada jauh dari seseorang yang dirindu. Tentang bagaimana hari harinya, dan siapa yang berada disampingnya saat mereka tak bersama. Sejenak Rio memejamkan matanya, memikirkan kembali Naomi yang bahkan tidak pernah hilang dari pikirannya. Ia terus bertanya tanya tentang apa yang sebenarnya Naomi inginkan dalam hidupnya. Bahkan Rio tidak dapat membaca semua maksud tindakan Naomi. Seberapa banyak ia mencoba, yang Rio temukan hanya Naomi yang penuh rahasia.

Dalam tatapan perempuan itu tampak kasih sayang, dan sekaligus sekilas kesedihan yang tak Rio mengerti. Yang menyejukkan dan penuh rahasia.

"ada apa disana" Pikir Rio saat mencoba menyelami tatapan Naomi yang dalam saat mereka bersama.

Malam itu, Rio tertidur dengan perasaan penuh kerinduan pada Naomi, sampai terdengar samar samar suara mobil terparkir didepan rumahnya. Tak lama, terdengar dari arah ruang tamu beberapa orang masuk. Dan Rio mengenal suara orang orang itu. Pintu kamarnya diketuk dari luar, sampai Rio harus segera beranjak membuka pintu. Suara decitan pintu kamar Rio membuatnya harus mengernyitkan dahi. Dengan celana pendek dan kaos oblong, Rio menghadang perempuan yang berusaha masuk ke kamarnya. Dengan sigap ia segera langsung menutup pintu kamarnya lagi.

"Mas Iksan sama mba Hana kok disini? Pagi pagi?" Tanya Rio sembari melempar senyum heran.

"Kamu ini, temenmu datang bukannya disapa dulu. Dikasih sarapan, malah ditanya tanya kenapa datang. namanya juga silaturahmi" Omel Ibu Rio.

Hana dan Iksan tertawa geli saat melihat Rio diomeli oleh ibunya, persahabatan mereka berjalan baik sampai Hana dan Iksan juga sudah begitu dikenal oleh keluarga Rio. Bahkan mereka dianggap saudara jauh, begitu pula sebaliknya. Hana dan Iksan sudah menganggap keluarga Rio adalah keluarga mereka.

"Jangan banyak banyak dikasih makan bu, nanti mereka sering sering kesini" Teriak Rio pada ibunya.

"Sembarangan" Ledek Hana.

"Gapapa ya bu? Makin sering kesini, ibu makin seneng" Sela Iksan.

"Iya, sering sering kesini" Jawab ibu Rio ramah.

Rio bergabung dengan mereka didepan televisi untuk menikmati sarapan, sembari menonton acara pagi itu. Tak lama, setelah menghabiskan sarapan mereka. Hana membantu ibu Rio untuk membersihkan rumah. Sedangkan Rio dan Iksan, berbaring dikamar sembari bermain permainan di ponsel.

"Naomi sehat Ri?" Tanya Iksan.

"Sehat Mas, cuma dia sekarang sedikit sibuk. Maklum, baru mulai kerja" Jelas Rio.

"Sering sering di telpon Ri, takut lo ga bisa nahan rindu" Ledek Iksan.

"Iya mas, bener kata Dilan. Rindu itu berat" Tanggap Rio.

"Aduh, ga kuat si Rio mau jadi Dilan"

"Gak lah mas, gue gamau jadi Dilan. Nanti pisah sama Milea. Gue jadi gue aja,yang ditinggal Naomi ke Jepang tapi tetep nanti satu lagi sama Naomi"

"Aamiin aja kali ya Ri, tapi kalau dia tiba tiba suka sama cowo lain di Jepang gimana?" Goda Iksan lagi.

"Gapapa deh mas, selagi nanti nikahnya sama gue si gue ga masalah. Hahahaha"

Iksan ikut tertawa melihat Rio bisa tertawa lepas, sebenarnya Iksan sudah tamat soal perasaan Rio pada Naomi. Laki laki itu tidak peduli kemana Naomi mengembara pergi dari dirinya, asal Naomi kembali padanya suatu saat nanti.

"Ri, gimana tawaran gue?" Tanya Iksan tiba tiba.

Rio menoleh sejenak, ia kemudian menyunggingkan senyuman licik.

"Menurut lo gue harus ikut lo gitu?" Tanya Rio balik.

"Ini kesempatan loh Ri, saatnya keluar dari Zona nyaman lo. Selagi lo masih punya waktu sebelum Naomi balik ke Indo" Jelas Iksan.

"Gue gamau ah mas, dapet kerja dari refrensi orang. Kalau gue bikin malu lo disana gimana. Ga enak gue" Balas Rio mengungkapkan kekhawatirannya.

"Tenang, gue akan berusaha seprofesional mungkin kali Ri. Asal lo nya jangan menjilat gue" Goda Iksan.

"Idih Najis, daripada lo nungguin gue. Mending lo revisi tuh file musik yang lo kirim ke gue. Sakit kuping gue denger musik itu dipasang di game kayak gini" Bantah Rio.

"Eh,ngomong ngomong lo pada ngapain si kesini?" Tanya Rio penasaran.

"Adik gue Ri, mau balik dia bulan depan. Sekalian gue ada projek disini, jadi ya selagi nungguin adik gue balik dari Jepang, gue sama Hana mutusin buat tinggal sementara disini dulu. Biasalah, si Hana juga mau kumpul sama keluarga jauhnya disini" Jelas Iksan.

Rio hanya mengangguk anggukkan kepala tanda mengerti, meski ia tidak tau pasti siapa yang dimaksud Adik Iksan. Naomi dan Rio hanya tau keluarga Hana, mereka bahkan tidak tau sama sekali keluarga Iksan. Karena Iksan terbilang orang yang tertutup soal keluarganya, terlebih karena salah satu anggota keluarganya adalah orang terpandang di Bandung, tapi Iksan lebih suka untuk tidak membahasnya.

Diam diam, Rio memikirkan kembali perkataan Iksan sebelumnya, ia sedikit terganggu soal perasaan Naomi. Meski selama ini ia selalu percaya pada Naomi, beberapa saat ia sendiri seperti kehilangan kepercayaannya pada Naomi. Terlebih saat mereka terpisah jauh seperti ini. Tiba tiba rasa takut itu kembali datang, menghantuinya.

Buggg!

Sebuah bantal melayang kearah kepala Iksan yang baru saja terlelap tidur.

"Kesel gue sama lo" Gerutu Rio.

Iksan membulatkan matanya tanda tak mengerti, "Kenapa emang?" Tanya Iksan.

"Kesel aja sama lo" Jawab Rio.

"Ya kesel kenapa?"

"Ga tau, kesel aja gue tiba tiba"

"Idih Gajelas lo"

Rio pergi keluar dari kamarnya untuk menghindari pikiran buruk tentang Naomi yang terus berputar putar dikepalanya, ia tidak ingin mencurigai Naomi. Ia tidak ingin begitu saja mempercayai pikiran kotornya hingga akhirnya harus bertengkar dengan Naomi. Yang dia inginkan hanya satu, menjaga hubungan yang begitu jauh ini baik baik saja sampai mereka bisa kembali bersama.