webnovel

Pindah

Tokkk ! Tokkk ! Tokkkk ! Tokkkk !

Pintu kamar Rio terus diketuk dari luar dengan sikap tak sabar. Rio harus berteriak meminta seseorang diluar sana untuk bersabar sampai Rio bisa menyadarkan dirinya sendiri dari rasa kantuk.

"Buka buruan! Mau ke toilet, ga tahan nih" Teriak Seseorang yang suaranya Rio kenal.

Ternyata Iksan telah berdiri didepan kamarnya dengan kedua kaki yang rapat menahan diri untuk ke toilet. Laki laki itu melesat masuk ke kamar mandi Rio bahkan sebelum Rio mempersilahkannya masuk.

"Lama banget si, kalau gue ngompol dicelana gimana coba" Gerutu Iksan saat ia keluar dari kamar mandi.

Rio menaruh lagi kacamatanya di meja dan kembali meringkuk diatas kasur. Malas mendengarkan ucapan Iksan.

"Ga bisa ga bisa, Naya udah nungguin dibawah tuh. Bantuin gue ngangkat barang barangnya dari bawah" Pinta Iksan.

Rio mendengus kesal, ini hari minggu dan seharusnya dia menghabiskan hari minggunya seharian dikasur untuk beristirahat. Membantu Iksan hanya akan merusak hari minggunya yang sempurna. Ia duduk disamping kasur, lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Dengan rambut yang berantakan dan mata yang masih belum terbuka dengan benar.

"Lo kan orang kaya mas, CEO. Kenapa ga minta orang aja sih buat angkut semua barang barang Naya ke kamarnya? KENAPA HARUS GUE? KENAPA LO HARUS MERUSAK RITUAL HARI MINGGU GUE" Ucap Rio dengan penuh penekanan. Tangannya naik keatas diikuti kepalanya yang menengadah kelangit langit kamar seperti mempertanyakan ulah Iksan pada Tuhan.

Iksan tak mempedulikan keluhan Rio, ia menarik tangan laki laki itu dan menyeretnya keluar sebelum ia bisa lagi berbaring ke kasur.

Naya dan Hana sedikit tersenyum saat melihat Rio dan Iksan turun dari lantai atas. Terlebih saat melihat Rio turun dengan kaos oblong berwarna putih yang kebesaran, ditambah rambutnya yang acak acakan dan sendal jepit yang hanya dipakai dikaki kanannya. Tanpa kacamata, Rio tak bisa melihat banyak hal dengan jelas. Penampilannya saat itu berbanding terbalik dengan penampilan Naya pagi itu. Perempuan itu mengenakan rok pendek dan kemeja putih dengan rapi, disertai jaket berwarna biru dan rambut yang diikat rapi.

"Mba, lo harus bener bener ngajarin caranya mas Iksan buat minta tolong" Keluh Rio.

"Plus ngajarin dia caranya ngabisin duit" Tambah Rio.

Hana terkekeh geli, "Udah ah, penampilan lo aja pagi ini ga bener segala mau ngajarin gue" Ucap Hana.

Hana dan Naya pergi ke lantai atas dengan membawa beberapa barang milik Naya. Sedangkan Rio dan Iksan mendapat bagian barang barang yang besar dan berat. Seminggu yang lalu, Iksan mengabari bahwa Naya memutuskan untuk keluar dari rumah keluarganya di Jakarta dan bergabung dengan perusahaan Iksan. Tapi perempuan itu juga enggan untuk tinggal bersama Iksan dan Hana dirumah mereka. Dia tidak suka rumah yang hangat. Sampai akhirnya Iksan memaksa Rio untuk menerima Naya sebagai tetangga kamarnya di rumah kost tempatnya tinggal sekarang.

Awalnya Rio keberatan karena Naya adalah seorang perempuan, namun ia akhirnya bisa menerima hal itu karena merasa tak enak dengan permintaan Iksan agar juga bisa menjaga Naya. Iksan khawatir jika Naya harus tinggal ditempat lain di Bandung. Selain karena ini pertama kalinya Naya tinggal di bandung, juga karena Naya sudah tinggal bertahun tahun di Jepang sebelumnya. Tinggal di Kota yang aman membuat Naya tidak banyak curiga dan membuatnya kurang waspada pada suasana malam hari atau pada orang orang baru yang akan dikenalnya.

Hari sudah malam setelah mereka membereskan kamar kost Naya, sedangkan Naya dan Hana bertugas untuk membeli bahan makanan.

"Wahhh, ini bagus" Ucap Naya saat membuka pintu yang menuju ke atap rumah.

"Mba Han, sini bawa kompor dan makanan lain. Kita bisa makan disini" Tambah Naya saat melihat sebuah meja sedang dan ada kursi diatap rumah.

Mereka berempat kemudian pergi ke atas rumah, harum daging bakar mengudara. Malam ini Hana memutuskan untuk membuat barbeque diatas rumah kost mereka. Sambil menghirup udara segar kota Bandung dan kerlap kerlip lampu gedung.

Semilir angin kota Bandung hari ini lumayan kencang, rambut Naya dan Hana terus berkibaran tak berhenti. Membuat Iksan sesekali bergidik. Harum daging yang dipanggang membuat perut mereka terus berbunyi, namun butuh waktu sampai daging itu siap disantap.

Rio pergi sejenak ke kamarnya dan kembali sembari membawa kain dan minuman.

"Disini anginnya lumayan, takut kamu kedinginan" Ucap Rio sembari menyerahkan kain yang dibawanya pada Naya untuk menutupi kakinya karena rok yang dipakai Naya hari ini cukup pendek. Seketika wajah Naya menjadi merah karena malu.

"Nah ini kenapa kaka setuju kamu tinggal sebelahan sama Rio, ga mungkin dia sampe berani ngapa ngapain kamu" Terang Iksan.

"Awas aja lo berani ngapa ngapain adik gue" Tambah Iksan.

"Yeeee, males" Hindar Rio.

"Lagipula, Rio udah punya pacar Nay. Jadi kamu jangan naksir ke dia" Jelas Iksan lagi.

Naya hanya tersenyum, mukanya memerah tak dapat menahan malu. Dan kebersamaan itu berakhir sampai larut malam.