webnovel

Memperhatikan

Kubo menutup pintu dengan cepat, ia berdiri kaku dibalik pintu. Jantungnya berdebar kencang, bibirnya tak dapat menahan senyum. Ia suka, suka melihat perempuan itu secara langsung.

"Naya, aku suka dia" Ucap Kubo saat panggilannnya tersambung ke Naya.

Kubo masih tersenyum saat membuka pintunya perlahan, dipandanginya dari sana pintu Naomi yang sudah tertutup. Hanya kepalanya yang keluar, jaga jaga jika Naomi keluar ia akan segera masuk kembali. Kubo tersenyum melihat pintu itu, ia membayangkan ada Naomi disana. Didepan matanya.

"Hanya ingin mengatakan itu?" Keluh Naya diujung telpon.

"Ya" Jawab Kubo singkat.

Kubo Kemudian menutup telponnya, setelahnya laki laki itu masuk kedalam apartemen setelah puas memandangi pintu apartemen yang kosong. Ia langsung masuk kedalam kamar mandi dan membasuh wajahnya, tak lama terdengar suara pintu apartemen terbuka dari luar. Kubo langsung berlari keluar dan melihat Naomi sedang berjalan keluar apartemen. Hari sudah malam saat Kubo mengikuti Naomi kemanapun perempuan itu melangkah.

Naomi tidak menyadarinya. Laki laki itu terus memperhatikan gerak gerik Naomi, dan sesekali tersenyum. Beberapa kali Naomi mencepatkan langkahnya, karena khawatir seseorang akan berbuat tidak baik.

"Berhenti mengikutiku" Pinta Naomi saat dikeramaian.

Kubo diam tak bergerak, ia mematung saat Naomi tau bahwa ia tertangkap basah. Naomi berbalik dan melihat Kubo disana. Ia sedikit terkejut lalu kemudian menundukkan kepalanya, memberi salam.

"Maaf, kurasa ada seseorang yang mengikutiku. Aku tidak bermaksud mengatakan itu pada anda" Ucap Naomi saat melihat Wajah Kubo terkejut.

Kubo tersenyum, ia kemudian mengangguk canggung.

"Saya sedang lewat, dan kebetulan menemukan kamu. Saya ingin menyapa, tapi ragu dan mengikuti kamu" Jelas Kubo berbohong.

"Naomi, namaku Naomi" Perempuan itu menyodorkan tangannya, namun kembali menariknya dan merunduk.

"Mau makan malam bersama?" Ajak Kubo.

Naomi mengangguk, lalu mengikuti jejak langkah Kubo. Mereka duduk dibawah tenda kedai, kedai itu dibuat menyatu dengan mobil. Tempat makan itu menyajikan banyak makanan bakar, termasuk berbagai jenis daging yang bisa dibakar. Ada satu menu yang membuat Naomi hampir gila karena sangat menyukainya, dimsum.

Ia memilih milih makanan yang sesuai dengan kantongnya, namun tak lama dua botol sake datang ke meja mereka. Dengan dua gelas es batu yang mulai mencair. Suasana malam itu dingin, membuat Naomi bergidik.

"Mari minum, untuk menyambut kedatangan mu ke Jepang" Ucap Kubo.

Ia menyodorkan gelas kecil yang sudah berisi sake, dan disambut ragu oleh Naomi. Ini pertama kalinya ia meminum alkohol, meski ragu tapi hal itu tidak bisa ditolak Naomi. Perempuan itu hanya ingin menjaga sikapnya, ia menerima segelas sake dengan kedua tangan dan menenggaknya sekaligus. Tiba tiba rasa pahit menjelajah mulutnya dengan cepat. Ekspresi Naomi berubah seketika, namun ia masih tetap berusaha tersenyum dan sedikit merunduk untuk mengucapkan terima kasih.

"Kalau ada apa apa, kabari saya saja" Jelas Kubo.

Malam itu mereka pulang hampir tengah malam setelah bercerita soal berbagai macam pengalaman. Antara nyaman dan tidak nyaman. Mereka pulang dengan berjalan kaki untuk sampai ke apartemen, malam yang ramai dengan suara lalu lalang kota yang terasa tidak pernah mati.

"Terima kasih malam ini" salam Naomi.

Ia kemudian masuk kedalam apartemennya, meninggalkan Kubo yang masih berdiri disana. Laki laki itu masih merasa tidak puas meski telah berjam jam bersama Naomi. Ia senang bahwa Naomi masih terlihat sama dimatanya meski bertahun tahun telah berlalu. Bahkan cara Naomi menyebut namanya sendiri. Dibalik pintu apartemen Naomi, Perempuan itu mengkritik dirinya sendiri karena lupa menanyakan nama Kubo. Ia hanya sibuk memperkenalkan dirinya sendiri. Ia ingin kembali keluar untuk menanyakan nama laki laki itu, tapi ia ragu dan hanya bisa menggerutu karena kebodohannya.

Sampai pagi hari Naomi terbangun diatas sofa. Sudah kebiasaannya tertidur diatas sofa, ia tidak suka tidur dikamar. Kamar itu terasa pengap dan kecil, dan Naomi tidak suka. Ruangan kecil dan gelap kembali membangunkan kenangan masa lalunya. Terkadang kepalanya masih sakit, meski tidak terluka. Kejadian dimasa lalu tidak meninggalkan trauma mendalam, namun meninggalkan rasa sakit yang masih terus terasa. Meski dokter menyatakan bahwa ia baik baik saja, berada dalam ruangan kecil dan tertutup masih menyisakan kenangan tersendiri bagi Naomi dan terasa tidak nyaman.

Ia tidak tau siapa laki laki yang ia tolong waktu itu, ia hanya mendengar suaranya samar samar. Bahkan ketika ia mengucapkan namanya, ia dalam keadaan setengah sadar. Dan sama sekali tidak melihat wajah laki laki itu.

Saat pertama kali melihat Kubo, Naomi merasa seperti telah mengenal laki laki itu. Bahkan Naomi tau Kubo mengikutinya sejak keluar dari apartemen. Bukannya takut karena diikuti, Naomi malah merasa aman berada didekat Kubo. Saat mendengar Kubo menyapa Naomi untuk pertama kali, Naomi seperti pernah mendengar suaranya. Tapi ia tidak tau dimana.

Bangun pagi tidaklah berat bagi Naomi, dan hari keduanya bekerja adalah hari yang sama menyenangkannya dengan kemarin. Pagi ini suasana hati Naomi kembali penuh karena mendapat energi dari ciuman Rio melalui sambungan telpon. Hubungannya semakin membaik dari hari ke hari, meski hari harinya dipenuhi dengan keluhan Rio yang ingin bertemu. Namun hal itu tidak memberatkan Naomi, Naomi mengerti sepenuhnya tentang perasaan itu.

"Ahhh matahari" Teriak Naomi saat berada didepan gedung apartemen.

Pagi itu matahari sedikit terlihat, Naomi sengaja bangun lebih pagi karena ini hari pertamanya menggunakan fasilitas umum untuk pergi ke kantor. Ia penuh persiapan, bahkan ia sudah menghabiskan sarapan pagi dengan santai. Saat keluar dari apartemen, ia tidak melihat Kubo. Padahal ingin menyapanya pagi ini.

"Tuan Hiruto" Panggil Naomi.

Laki laki didalam mobil itu Hiruto, supir yang menjemput nya dari bandara. Supir yang sama juga, yang menjemputnya kemarin pergi ke kantor.

"Menunggu seseorang?" Tanya Naomi menghampiri.

Naomi sendiri tidak bermaksud untuk masuk kedalam mobil, karena dia sudah tau melalui Naya bahwa laki laki itu tidak akan lagi menjemputnya dan Naomi harus terbiasa dengan berangkat menggunakan transportasi umum.

"Naomi san, ya. saya sedang menunggu seseorang" Balas Hiruto.

Naomi tersenyum, lalu kemudian berpamitan setelah mengucapkan salam. Tak lama, Kubo keluar dari apartemen dan masuk kedalam mobil Hiruto. Setelah bersembunyi sebentar saat melihat Naomi menyapa Hiruto. Pagi itu lalu lintas tidak begitu ramai, bahkan Naomi bisa melihat mobil Hiruto dan seseorang didalam mobil. Perempuan itu terus berjalan, sembari bersenandung. Menikmati sinar matahari yang lembut.

*****

Datang sangat pagi adalah kebiasaan lama Naya, bahkan kebiasaan yang sepertinya telah mendarah daging itu sudah tidak bisa lagi ia rubah. Saat datang ke kantor, hal pertama yang akan Naya lakukan adalah sibuk membereskan meja Kubo. Namun pagi ini, ia menghentikan langkahnya saat melihat Meja miliknya telah berubah. Dan ia sadar, bahwa meja itu bukan lagi miliknya. Bahkan kali ini, mejanya sudah pindah keluar ruangan Kubo.

Tak mudah menghilangkan kebiasaan lama, saat memutuskan untuk berhenti Naya terus menerus memeriksa keadaan Kubo. Seperti apakah suasana hati laki laki itu sedang baik, atau apakah Naya sudah siap dengan keputusannya. Saat itu, Kubo memang berkali kali menolak permintaan Naya, namun ia juga tak menyangka bahwa Kubo akan secepat itu menemukan pengganti dirinya.

"Naomi harus mengikuti pelatihan Perusahaan selama seminggu" Ucap Naya saat melihat Kubo datang.

"Periksa semua laporan bulan lalu, jangan ganggu Naomi selama ia mengikuti pelatihan" Balas Kubo.

Naya mengikuti langkah kaki Kubo, ia mengambil laporan yang ada di meja Naomi dan membawanya keruangan Kubo.

"Jangan pergi dari ruangan ini sebelum aku memintanya, tempatmu masih disana. Dan belum tergantikan" Jelas Kubo.

Naya tersenyum kecil, ia sendiri tidak mengerti kenapa ia begitu menyukai Kubo. Meski hanya bekerja sebagai sekretaris Kubo, tapi Kubo selalu memperlakukannya dengan layak. Bahkan Kubo lebih seperti kakak baginya selama di Jepang. Saat Naya sakit, Kubolah yang paling pertama akan datang dan menanyakan apakah dia baik baik saja. Ia ingat, dulu sekali saat Naya baru pertama kali menjadi sekretaris laki laki itu. Kubolah yang justru memberitaunya apa yang harus ia lakukan. Bahkan Kubo mengganti menu makan siang menjadi menu makanan Indonesia untuk membantu mengurangi kerinduannya pada rumah.

Terkadang, Naya ingin berpikir bahwa Kubo mungkin menyukainya. Tapi Naya tidak pernah menganggap itu penting. Bahkan saat Takai, kekasih Kubo harus menamparnya dikamar mandi hanya karena ia diperlakukan spesial oleh Kubo dan Naya hanya bisa menunduk diam. Ia tau, Kubo tidak menyukainya. Yang sebenarnya terjadi adalah, Kubo membutuhkan Naya karena sebatas apa yang diperlukan oleh Kubo. Dan jika ada sesuatu yang diberikan oleh Kubo, maka Naya sudah mengerti bahwa ia harus merelakan sesuatu yang lain diambil darinya. Tidak lebih.