webnovel

Lakukan Saja

"Mas Iksan" Panggil Rio dari kejauhan.

Iksan menoleh dan tersenyum saat melihat Rio disebrang jalan. Tangannya melambai tanda ia mendengar. Tak lama mereka berdua pergi ke kafe disekitar kantor Iksan. Rio mengenal Iksan saat menghadiri acara pernikahan Hana, tak lama mereka jadi begitu akrab karena punya hobi yang sama. Iksan bekerja sebagai pengembang aplikasi permainan dan salah satu pengguna setianya adalah Rio. Tak jarang Rio membantu Iksan hanya untuk sekedar memberi saran sebagai pengguna.

"Kopi hitam dua" Pesan Iksan saat mereka tiba.

"Apa kabar Ri ?" Tanya Iksan sembari menarik kursi untuk duduk bersama.

"Ya gini gini aja" Jawab Rio. "Naomi ada dirumah ya mas?" Tanya Rio lagi.

"Iyah, dua hari yang lalu tiba tiba nyatronin rumah ga pake bilang bilang" Ucap Iksan sembari terkekeh geli.

"Udah dua hari dia gabisa dihubungi mas. Mangkannya gue kesini" Jelas Rio.

"Lagian sih lo, ngelamar pake acara didalem bioskop. Sok romantis" Ledek Iksan.

"Dih kan lo yang ngasih ide, lo bilang bakal bagus. Bakal diterima langsung. Taunya abis itu gue dia diemin sampe sekarang. Emang ga profesional lo" Gerutu Rio.

Iksan terkekeh geli, sembari meminum kopi yang baru diantar.

"Eh ngomong ngomong, gimana tawaran gue kemaren? gue ga boong, perlu banget gue karyawan yang jenisnya kayak lo dikantor Ri" Tanya Iksan mengalihkan pembicaraan.

"Gimana ya mas, gue gatau nih. Soalnya ribet juga kan kalau gue ikut kerja sama lo, harus pindah ke Bandung, urus ini itu. Males gue sama ribetnya itu"

"Ya ampun Ri, urusan males aja lo pelihara. Ini waktunya lo keluar tuh dari tempat lo kerja sekarang. Gue bisa kasih lo gaji yang lebih tinggi"

"Lagian, kenapa si lo maksa banget mas. Masih banyak kali lulusan universitas terkenal lain yang mau jadi karyawan kantor lo" Rio menolak lagi.

Iksan terdiam, "Sssshhh, ssshhhh. Pokoknya harus elo lah orangnya. Cocok deh cocok" Ucap Iksan tidak jelas.

"Kan, ga jelas. Firasat gue jelek nih, jangan jangan satu kantor lo isinya mahluk mahluk kaya lo doang kan?" Gerutu Rio, "Jangan bawa bawa gue ah, cukup lo aja satu manusia astral dihidup gue"

"Haha, ga gitu lah. Singkatnya sih, gue butuh orang yang kalau kasih pendapat ngga pandang bulu Ri, dan lo orangnya. Kritik yang lo kasih tiap ketemu sama gue, pedes sih. Tapi itu lebih ngebangun gue. Dan kalau bukan karena lo, platform game gue nggak akan sebesar ini" Jelas Iksan.

"Nah gitu dong, tapi tetep gue pikir pikir dulu ya Mas, takut gak sanggup gue tinggal di Bandung. Ceweknya cantik cantik" Canda Rio.

"Yah Ri, gue mah selalu yakin. Secantik apapun itu perempun yang godain lo, lo pasti bakal balik lagi ke Naomi. Naomi tu gak ada tandingannya"

"Hahahaha, lo tau aja mas. Ga ada yang segalak Naomi"

"Galak, atau karena lo masih belum dapetin dia?" Tanya Iksan.

"Kalau gue udah dapetin dia, gue ga akan pernah lepasin dia cuma demi perempuan lain. Sekalipun dia udah ga cantik, ga pinter, ataupun ada perempuan lain yang lebih dari dia. Gue udah terlanjur cinta sama dia" Ucap Rio sembari menghapus sedikit air mata dari ujung matanya.

"Oh iya, kemaren gue ada kirim draft musik musim baru di game buat gue minta review ke lo. udah terima?"

"Udah, tapi belum gue buka"

"Bagus, lu diemin aja sampe kiamat monyet" Ejek Iksan.

Mereka berdua menghabiskan waktu berjam jam didalam kafe, ditemani alunan musik jaman dulu yang diputar melalui radio dan menyebar keseluruh area kafe dengan tema alam bebas. Sejenak, Rio lupa tujuannya datang ke Bandung hari itu.

"Ri, pesen gue cuma satu. Jangan suruh Naomi pilih antara lo atau karirnya, karena lo pasti kalah. Dan yang harus lo lakuin, cukup untuk mastiin bahwa lo adalah bagian dari masa depannya. Meski lo harus nunggu, gue yakin hasil dari nunggu lo itu pasti akan layak kok. Sembari menunggu, lo juga harus terus memperbaiki diri dan ningkatin kualitas hidup lo. Supaya lo bisa minta dia berhenti berjuang untuk hidupnya yang susah" Jelas Iksan sembari menepuk bahu Rio. Ia bisa memahami perasaan Rio saat ini.

Ucapan Iksan sebelum mereka pulang menyadarkan Rio, bahwa ia tidak akan pernah menang melawan mimpi mimpi Naomi. Karena ia tau, sejak dulu menikah diusia muda bukanlah bagian dari mimpi Naomi. Dan meminta Naomi untuk memilihnya, hanyalah sesuatu yang sia sia. Sesuatu yang justru akan membuatnya kehilangan Naomi. Hari itu, sesuatu yang memenuhi perasaan Rio hanya rasa bersalah ketika mengingat perjuangan Naomi untuk sampai pada titik ini, dan menjadikan keinginannya sebagai penghalang besar mimpi mimpi Naomi.

Hati Rio sedikit terenyuh saat memikirkan Naomi yang pernah datang kepadanya sembari menangis tersedu sedu, bahkan ia tak berhenti menangis selama satu jam dengan kedua kaki yang bengkak karena berjalan berjam jam. Perempuan itu terlalu banyak menanggung beban sebagai seorang anak, lahir dari kedua orang tua yang hubungannya tak sempurna. Terlebih ayahnya terus meminta membayar hutang hutang masa lalu, ibunya pergi. Bahkan ia tak punya waktu luang saat berkuliah dulu karena ia juga harus bekerja. Pagi hingga tengah malam ia sibuk mencari uang untuk menghidupi diri dan orang tuanya. Tak ada satupun yang menyadari bahwa Naomi bisa saja terkena depresi, karena tak ada satu orangpun yang ada disisinya.

*****

Pagi hari, saat Naomi, Hana dan Iksan sedang menikmati sarapan didepan rumah tiba tiba sebuah motor parkir didepan rumah Hana. Terlihat dari sana ada Rio yang baru saja membuka helm. Naomi hanya menunduk tak ingin melihat Rio. Tak lama kemudian setelah Iksan berpamitan untuk bekerja, Hana meninggalkan Naomi dan Rio berdua. Hanya suara suara gemericik air yang tenang dan ikan ikan yang berenang kesana kemari dengan lincah setelah Naomi memberikan mereka makanan dipagi hari.

"Ini perasaanku aja, atau memang bener kamu cuma main main sama aku Nao" Tanya Rio memecah keheningan.

"Aku gak pernah main main sama kamu Ri"

"Ga usah bohong lagi Nao, aku tau kalau nikah bukan salah satu bagian dari mimpi yang selama ini kamu perjuangkan. Dan aku ga akan pernah menang kalau aku mau ngelawan semua itu"

Air mata Naomi kali ini menetes lagi, "Menikah muda emang bukan bagian dari mimpi aku Ri, tapi menikah dan ngejalanin sisa umur hidupku sama kamu sudah jadi bagian dari tujuan hidupku Ri"

"Dan aku nggak pernah ada sedikitpun niat untuk mainin perasaan kamu selama delapan tahun ini, apalagi nyakitin hati kamu Ri. Hidupku sudah terlalu sulit dan aku ga setega itu untuk bawa kamu ke kehidupan aku sekarang. Aku ga mau jadi beban hidup kamu" Tambah Naomi.

Kali ini Naomi menangis, kemudian Rio menariknya dalam pelukan yang hangat. Terselip rasa bersalah yang dalam saat melihat Naomi harus menangis karena dirinya.

"Maaf kalau keegoisan aku bikin kamu sakit hati, jangan nangis Nao, maafin aku" Ucap Rio.

"Aku juga takut kehilangan kamu Ri, aku nggak siap kalau harus kehilangan kamu. Tapi aku juga gabisa ngelepas semua ini" Ucap Naomi terisak.

Rio melepaskan pelukannya, diraihnya tangan Naomi dan dilepasnya cincin berwarna putih itu dari jari manis Naomi.

"Maafin aku Nao kalau semua ini malah jadi menambah beban kamu" Ucap Rio pelan.

"Aku gak mau jadi penghalang kamu Nao, lakuin apa yang kamu mau. Anggap aku nggak pernah ada selama ini. Raih apa yang selalu kamu impikan Nao" tambah Rio.

"Aku akan simpen cincin ini, sampai kamu bener bener siap untuk nikah sama aku" Lanjutnya.

"Ri" Lirih Naomi.

"Nao, aku harap perasaan kamu ke aku nggak akan berubah. Dengan ada atau ga ada cincin ini" Rio mengusap air matanya, "Ayo pulang kerumah Nao, kasian ayah dirumah, Kebingungan nyariin kamu" Ajak Rio.

Sore harinya, Naomi dan Rio pulang kerumah. Setelah itu hubungan Mereka terasa hambar, tidak lagi ada ucapan selamat malam dari Rio ataupun Naomi. Yang tersisa hanya perasaan bersalah Naomi dan perasaan putus asa Rio. Sesekali Naomi memandangi ponselnya menunggu pesan masuk dari Rio, tapi tidak ada satupun.

Bahkan, email yang sudah ia siapkan sejak tadi pagi sama sekali belum ia kirimkan karena masih merasa berat.

"Dear Naya San, terlampir dokumen yang dibutuhkan untuk proses perusahaan" Ketik Naomi.

Ditekannya tombol kirim, tak lama email berisi semua dokumen persiapannya untuk pergi sudah terkirim pada agensi nya di Jepang. Naomi menghela nafasnya, lalu meringkuk diatas kasur.

"Baik, lakukan saja" Teguh Naomi dalam hati.

"Semuanya akan baik baik saja" Tambahnya meyakinkan hatinya sendiri.

*****

Malam itu terasa sepi bagi Rio, sejak pulang dari Bandung tubuh dan perasaannya sama sekali tidak baik. Ia merasa lelah dan letih. Hanya bisa meringkuk diatas kasur sembari memandangi cincin yang baru saja ia ambil dari Naomi. Laki laki itu tidak mengerti kenapa cincin itu terlihat indah saat dipakai Naomi , entah karena tangan Naomi yang memang indah atau karena sudah lama ia mendambakan hal itu. Satu langkah maju untuk memiliki Naomi.

"Selamat malam Nao, selamat tidur. Mudah mudahan semesta mendukungmu"