webnovel

Berubah

Jam sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam, namun Rio masih didepan laptopnya dengan lampu ruangan yang masih menyala. Di ruangan berukuran sedang yang terletak disudut gedung lantai tiga, hanya suara ketikan laptop Rio saja yang masih terdengar. Sedangkan karyawan yang lain sudah pulang sejak pukul delapan malam. Rio masih asik, meski satu jam lalu Naya sudah melambaikan tangannya untuk pamit pulang juga.

Ia sedang tidak ingin pulang ke kost Naomi, bukan karena tak ingin bertemu Naomi namun karena ia merasa tak enak pada Naomi. Beberapa kali mereka harus bertengkar karena persoalan Rio yang sulit tidur dan terus bekerja.

Biasanya, Rio tak merasa takut jika harus sendirian diruangan. Namun, entah kenapa malam ini berbeda. Ia merasa hawa dingin menembus kulitnya sampai ia harus memakai jaket didalam ruangan. Terkadang fokusnyapun buyar dan harus menenggak segelas air putih untuk mengembalikan fokusnya. Yang menyebalkan adalah, jika ia harus bertemu setan diruangan sekecil itu ia tidak tau jenis setan seperti apa yang akan ia lihat. Karena tentu akan berbeda dengan jenis jenis mahluk halus yang ia pernah lihat di tv Indonesia.

Samar samar, terdengar suara langkah kaki menuju ruangannya. Pelan, namun konstan. Rio sedikit memundurkan kursinya ke sudut ruangan. Ia sedikit takut, terlebih ia juga tak mendengar suara pintu lift terbuka. 

Suara langkah kaki itu semakin terdengar jelas membuat Rio segera membereskan laptop dan buku bukunya. 

"Ri..." 

"arggghhhh" teriak Rio terkejut.

Diikuti dengan teriakan perempuan itu yang juga terkejut.

"Naya,ngagetin" Gerutu Rio namun sedikit lega.

Naya terkekeh geli melihat wajah Rio pucat pasi, dengan keringat didahinya. Sedangkan Rio setelahnya memasang wajah kesal. Matanya melotot, seolah ingin memarahi perempuan itu.

"Lagian, udah disuruh pulang daritadi, masih aja disini" Tegur Naya.

Naya melangkah masuk kedalam ruangan, ia menuju kabinet kecil dan mengambil sebuah kunci dikantong celananya. Tak lama, ia menarik sebuah kabel pengisi baterai yang masih terpasang.

"Lupa,takut meledak" Ucap Naya.

"Ya bisa besok kali" Gerutu Rio.

"Kalau meledaknya nanti subuh gimana? kan ga ada yang tau" ledek Naya.

"Iya kalii" Balas Rio.

Rio memandang aneh Naya dari atas kepalanya sampai kaki, perempuan itu dengan percaya diri menggunakan bando berwarna biru disertai tanduk Stitch seolah memaksa agar terlihat lucu, ditambah kaos kebesaran dan celana training, serta tas gendong mungil yang menempel di punggungnya, tak lupa sendal jepit yang membuat penampilannya terkesan acak acakan.

"Kenapa? Lucu ya?" Tanya Naya sembari memamerkan bando miliknya.

"Lucu dari Hongkong, urak urakan tau ngga. Aneh" Ledek Rio.

Naya memasang wajah tak suka, ia kemudian berbalik dan berjalan pelan menuju Rio.

"Ri, kamu tau ngga?" Bisik Naya.

"Tau apa?" Tanya Rio penasaran.

"Disini, ada mitos yang beredar dikalangan karyawan" Lanjut Naya dengan nada pelan.

"Biasanya, orang orang Jepang akan suka kerja dan pulang lebih malam. Tapi karyawan disini, di lantai ini enggak" Tambah Naya lagi.

Rio mendengarkan secara serius, ia mulai bergidik mendengar Naya menakut nakutinya.

"Aku ikut pulang" Potong Rio sembari menutup laptopnya.

Naya berusaha menahan tawanya setengah mati, ia lalu tersenyum licik. Mengeratkan pegangannya pada tali tas dan berlari menuju pintu keluar.

"Pulang sendiri aja sana" Teriak Naya.

Perempuan itu terkekeh geli sembari berlari keluar ruangan, tak aneh bagi Naya untuk pulang selarut itu karena ia sudah terbiasa sejak dulu. Bahkan ia tak takut meski harus menggunakan tangga darurat.

"Hitung hitung olahraga" pikirnya saat itu.

Rio mendengus kesal saat tau ia dibohong bohongi oleh Naya,meski tau Naya bercanda namun tetap saja Rio merasa sedikit takut sehingga memutuskan untuk pulang saja ketimbang mati ketakutan diruangan itu. 

Terlebih, ia juga sudah sulit fokus sejak tadi. Saat berjalan keluar, langkahnya terhenti di lobi. Ia melihat Naya disana sedang duduk dikursi sembari memainkan ponselnya. Matanya sedikit berkaca kaca,namun tak menangis.

Rio berinisiatif untuk mendatangi perempuan itu, lalu duduk disebelahnya.

"Kenapa Nay? serius amat, abis liat setan di lift?"Tanya Rio.

Naya hanya diam, tak menjawab apapun. Tangannya sedikit bergetar sampai ahirnya ia menghela nafas dalam. Segaris senyuman muncul di wajahnya. Senyuman lega.

"Mama akhirnya bersikap baik padaku" Gumam Naya pelan.

Rio mengangguk, sedikit tersenyum getir. Ia akhirnya mengerti kenapa Naya bisa bernafas lega. 

"Tadi mama telpon, dan minta maaf" Lanjutnya.

Naya masih berbicara pelan, matanya menerawang jauh tanpa tujuan, air matanya kini mulai menetes satu persatu, nafasnya mulai tak karuan. Rio menggenggam tangan Naya yang tak berhenti bergetar, ia ikut senang mendengar ucapan Naya. 

Dikejauhan, Naomi berdiri tepat lurus berada diluar gedung yang dikelilingi kaca. Ia diam, menatap karena merasa yakin bahwa ia tak salah lihat. Ia tak mungkin salah lihat. Berkali kali ia menggelengkan kepala, untuk meyakinkan dirinya sendiri meski pikiran pikiran buruk terus menyergapnya. Kembali teringat dipikirannya soal Naya yang pergi berlibur dengan Rio, soal Naya yang berterus terang padanya, dan soal Rio yang akhir akhir ini berubah.

Tak ingin terus berkutat dalam pikiran buruknya, ia berjalan pergi menjauh. Menikmati malam malam dikeramain kota, bahkan ia mampir untuk sekedar membeli makanan dan cemilan. 

Lampu kamarnya tiba tiba menyala, membuat Naomi bangun dari tidurnya karena menyadari Rio baru saja pulang. Ditatapnya Rio yang sedang merapihkan meja kerja Naomi, ia menyusun laptop dan buku bukunya diatas meja. Menandakan bahwa ia masih akan terus lanjut bekerja.

"Kamu baru pulang dari Kantor?" Tanya Naomi.

Rio mengangguk.

"Semalam ini? Sama siapa aja?" Tanya Naomi lagi.

"Sendirian, aku mandi dulu ya" Ucap Rio sembari mengecup kening Naomi dan meninggalkannya ke kamar mandi.

"Bohong" pikir Naomi.

Naomi beranjak dari kasurnya, ia berusaha menghilangkan rasa kantuk dan pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam Rio.

"Ri" Gumam Naomi saat Rio kembali ke meja kerjanya.

"Hmm?" Jawab Rio.

Rio mengambil makanannya dan makan sembari melanjutkan pekerjaannya. Matanya lurus, tak terganggu sedikitpun meski Naomi terus memandanginya.

"Kamu akhir akhir ini berubah" Ucap Naomi.

"Berubah gimana?" Tanya Rio tanpa menoleh.

"Ya berubah, sekarang kamu sibuk" Jawab Naomi.

"Ya akukan kerja, sama kayak kamu" Timpal Rio.

"Iya tau sih, tapi sikap kamu juga ikutan berubah. Kayak ga peduli sama aku" Ucap Naomi lagi.

"Perasaan kamu aja kali" Bantah Rio.

Naomi mengangguk, ia kemudian membalikkan tubuhnya agar tak melihat Rio. Menutup kepalanya dengan bantal agar tak mendengar aktifitas yang Rio kerjakan.

"Iya,perasaan aku aja kali" Ucap Naomi.

Tak ada yang berbeda, malam ini juga sama. Rio bekerja sampai hampir pagi dan tertidur diatas kursi. Naomi tak bisa berbuat banyak selain menyapanya pelan setiap pagi, sembari memberikan sebuah ciuman manis sebelum pergi ke kantor.