webnovel

Berpapasan

Pesawat sudah mengudara sejak dua jam lalu, Naomi baru tersadar dari tidurnya karena harus menghadapi mual saat pesawat mulai naik keatas. Beberapa kali ia berusaha menahan muntah sampai akhirnya tertidur.

Warna langit berubah menjadi gelap saat Naomi berada diatas karena mereka memutuskan untuk memilih penerbangan di sore hari. Naomi mendapat tempat duduk disamping jendela setelah berulang kali berdebat dengan Kubo. Sedangkan Kubo duduk tepat disampingnya. Berbalik dengan Naomi, ia tak bisa tidur karena beberapa orang terus bulak balik berjalan kaki dan membangunkannya yang hampir terlelap.

Naomi meraih tabletnya dari tas, ia kemudian memutar sebuah film dan memasang earphone ditelinganya. Mencoba untuk mengusir rasa jenuh didalam pesawat. Kubo pun melakukan hal yang sama, ia mencondongkan kepalanya kearah tablet Naomi penasaran dengan apa yang Naomi lihat.

"Kamu mau nonton juga?" Ucap Naomi kesal karena Kubo terus mengganggunya.

Laki laki itu mengangguk, dan mengambil sebelah earphone milik Naomi. Memasangkannya ditelinga.

"Kamu suka film film genre superhero gini?" Tanya Kubo.

Naomi menggelengkan kepalanya, "Bukan aku, pacarku" Jawab naomi.

Suasana hati Kubo berubah menjadi kesal, ia kemudian melempar earphone Naomi dan menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Mencoba untuk memejamkan matanya.

"Dulu dia melamarku, di bioskop saat setelah kami selesai menonton film" Lanjut Naomi.

Kubo mulai menutup telinganya dengan kedua tangan, berusaha agar ia tak bisa mendengar ocehan Naomi soal pacarnya sendiri.

"Ada banyak perbedaan antara kita, Seperti dia suka film film seperti ini, meski aku nggak suka. Tapi aku berusaha agar bisa menyukai hal yang sama dengannya. Agar ada sesuatu yang bisa kita bahas. Agar aku bisa mendukungnya untuk segala sesuatu yang dia suka" Lanjut Naomi lagi.

Kali ini Kubo sudah memindahkan posisi duduknya menjadi membelakangi Naomi, namun naomi tak kehilangan akal agar bisa menggoda Kubo. Ia mendekatkan tubuhnya kearah Kubo dan melanjutkan ucapannya.

"Terkadang dia tidak memahamiku, bahkan dia tidak tau makanan kesukaanku" Ucap Naomi lagi.

"Kalau kalian punya perbedaan, kenapa kalian tidak putus dan berpisah? akan lebih baik bukan? kenapa kamu harus berusaha keras untuk memahami dia?" Kali ini Kubo menyerang Naomi. Memaksakan pemikirannya pada Naomi.

Naomi menaikkan bahunya, sembari tersenyum senang karena Kubo mulai menanggapinya.

"Karena itu tujuan sebuah hubungan, kalau dua orang punya semua kesamaan yang dimilikinya. Tidak ada lagi yang spesial dalam hubungan" Jawab Naomi jelas.

"Kadang aku tidak menyukainya, terkadang dia menyebalkan, atau kadang dia membuatku menangis karena hal kecil, terkadang...."

"Ok, berhenti cerita sama aku. Karena aku ga suka" Potong Kubo.

"Kenapa? Kenapa ga suka?" iseng Naomi.

Kubo memilih untuk diam dan tak menghiraukan Naomi, dalam hatinya ia merasa tak suka. Tak suka jika Naomi membanggakan kekasihnya dihadapannya. Kubo mungkin berpikir bahwa Naomi berusaha untuk membuatnya melupakan perasaannya. Namun Kubo tidak ingin melepas perasaannya pada Naomi. Bahkan untuk membayangkan laki laki itu Kubo tak bisa. Kubo tau, mungkin dia akan kalah. Ia tak bisa melawan kenangan hubungan Naomi dan kekasihnya yang telah bertahun tahun itu, namun ia masih ingin menepis semua kenyataan itu. Ia masih ingin menang atas satu kenangan yang bahkan tidak bisa ia lupakan seumur hidupnya.

Bahkan ia sama sekali tak punya bayangan jika ia harus menyerah suatu saat nanti. Ia tak bisa melihat ujung perasaannya pada Nomi. Meski dengan sebuah cincin yang melingkar dijari manisnya. Cincin itu sama sekali tak punya harga bagi Kubo. Seluruh perasaannya kini hanya dipenuhi oleh Naomi dan rasa ingin memilikinya.

*****

Rio menyimpan ponselnya setelah berkali kali mencoba menghubungi Naomi, ia khawatir karena Naomi tak bisa dihubungi sejak kemarin. Terlebih ia juga belum memberitahu Naomi bahwa ia sedang pergi keluar kota untuk beberapa hari. Hubungan mereka tidak lagi sesering saat pertama kali Naomi pergi ke Jepang. Dulu, mereka hampir menelpon setiap hari, namun setelah lebih dari satu tahun berlalu ia dan Naomi mulai sibuk satu sama lain. Rio juga paham, bahwa Naomi sering bepergian keluar negeri bersama bosnya. Dan Rio juga harus mengerjakan beberapa projek penting bersama Iksan.

"Woyyy, Ri. Buruan sini" Teriak Iksan dari kejauhan.

Sudah dua hari sejak mereka tiba di Jakarta untuk bertemu klien mereka yang datang langsung dari Jepang. Tim Iksan sengaja datang dua hari lebih awal karena ada banyak yang harus mereka persiapkan. Bahkan mereka menyewa satu ruangan khusus dihotel untuk mematangkan projek yang sedang mereka lakukan. Rio begitu serius mengerjakan projek kali ini sampai membuatnya harus bekerja siang dan malam. Ia tak ingin mengecewakan Iksan untuk projek sebesar ini.

"Wah, target tinggal hari ini" Tambah Iksan mengingatkan.

Beberapa orang sudah masuk kedalam kamar hotel untuk beristirahat, sedangkan Rio memilih untuk merokok sebentar diluar hotel. Ia merasa gugup karena menurut Naya, malam ini kliennya akan tiba. Dan mereka akan mulai bekerja kembali sejak pagi hari. Biasanya saat merasa gugup seperti ini, Rio akan menghubungi Naomi dan mendengarkannya berbicara. Mendengar suara Naomi adalah hal terbaik untuk memperbaiki rasa tidak percaya dirinya. Ditatapnya langit yang penuh dengan bintang, ia terus mengingat Naomi. Memikirkan hal baik tentangnya.

"Kamu lagi apa sekarang?" Pikir Rio.

Setelah menghabiskan beberapa batang rokok, Rio memutuskan untuk masuk kedalam hotel dan beristirahat. Namun saat ia tiba dilobi hotel ia sedikit terkejut saat tak sengaja seperti melihat Naomi berada di lift dengan beberapa orang. Rio berlari secepat mungkin dan berusaha mengejarnya meski harus menabrak beberapa orang. Namun pintu lift tertutup sebelum Rio bisa memastikan bahwa yang dilihatnya adalah Naomi. Ia menatap pada layar kecil yang menunjukkan tempat lift tersebut berhenti. Setelah Lift berhenti, dan turun kembali. Rio langsung masuk dan menekan tombol lantai yang sama untuk mengejar bayangan Naomi.

Ia tidak mungkin salah, ia mengenal betul siluet Naomi meski dari kejauhan. Meski sudah lama tak bertemu dengannya, ia tak mungkin lupa wajah Naomi yang selalu ditatapinya dilayar ponsel setiap malam sebelum tidur. Pikiran Rio saat itu kacau dan tak bisa fokus. Saat pintu lift terbuka, Rio berusaha mencari kesetiap lorong namun tak dapat menemukan siapapun disana. Nafasnya tersenggal senggal setelah mencari kesetiap sudut lantai itu.

"Ri, ngapain?" Tanya Iksan saat ia keluar dari kamar hotelnya.

"Hah?" Jawab Rio bingung.

"Ngapain? Lo lupa nomor kamar lo?" Tanya Iksan lagi.

"Hah? Iyah, di lantai ini ya?" Tanya Rio balik.

"Iyalah, jangan salah masuk ya. Dua kamar diujung sana punya klien kita. Mereka udah datang barusan, tadi Naya ngabarin. Gue doang tadi yang sempet nyapa, yang lain udah pada tidur. Gue pikir lo juga udah tidur" Jelas Iksan lalu menutup pintu kamarnya.

Drrrrrtttt !

Ponsel Rio bergetar, ia langsung mengangkat panggilan telponnya saat melihat nama Naomi tertera disana.

"Nao, kamu dimana?" Tanya Rio sebelum Naomi sempat mengucapkan kata apapun.

Rio berharap bahwa ia tidak salah saat melihat Naomi tadi, dan berharap bahwa mungkin ia bisa bertemu langsung dengan Naomi ditempat itu.

"Aku baru sampe, maaf tadi hapeku habis baterai. Kenapa Ri?" Tanya Naomi balik.

Rio menghela nafas merasa kecewa dengan jawaban Naomi, kali ini ia benar benar merasa bahwa ia telah salah melihat dan mengejar seseorang. Rio tersenyum getir, dan masuk kedalam kamarnya.

"Aku lagi di Jakarta, ada klien datang besok. Untuk mulai ngerjain projek mas Iksan" Ucap Rio.

"Wah, gitu. Aku yakin kamu pasti bisa" Ucap Naomi berusaha menenangkan Rio.

"Tadi aku pikir aku liat kamu di hotel,aku sampai kejar dia ke lantai atas, tapi ternyata bukan" Gumam Rio.

"Aku? Salah orang pasti Ri"

"Iyaa" Gumam Rio kecewa.

*****

Setelah sampai di Hotel, Naomi terburu buru masuk kedalam kamar karena merasa lelah. Ia bahkan tak sempat bertemu dengan orang orang yang akan mengerjakan projek bersama Kubo. Hanya Kubo saat itu yang menemui mereka. Naomi berpikir bahwa esok pun ia akan bertemu mereka, dan masih banyak kesempatan untuk memperkenalkan dirinya esok. Lagipula, kehadiran Naomi disana hanya untuk mendampingi Kubo. Menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan Kubo dan menjadi penghubung antara Kubo dan seluruh karyawannya di Jepang. Bukan untuk membantu pekerjaan Kubo di Indonesia. Terlebih ia tau, projek yang sedang Kubo kerjakan adalah projek yang melibatkan tiga perusahaan besar, perusahaan milik Kubo, Takai, dan perusahaan yang sekarang Kubo temui.

Saat tiba dikamarnya, Naomi mencoba untuk menghubungi Rio karena khawatir padanya. Ia sudah tidak menghubungi Rio sejak kemarin karena sudah tak sabar memberinya kejutan. Jika ia terus menghubungi Rio, kedatangannya ke Jakarta mungkin akan ia bocorkan sebelum sampai ke Jakata. Dan ia tak menginginkan hal itu. Sembari menatap kerlap kerlip kota Jakarta dimalam hari. Naomi mencari nama Rio diponselnya dan mulai menelponnya.

"Nao, Kamu dimana ?" tanya Rio diujung telpon tanpa membiarkannya menyapa lebih dulu.

"Aku baru sampe, maaf tadi hapeku habis baterai. Kenapa Ri?" Jawab Naomi berbohong.

Naomi sedikit terkejut saat mendengar bahwa Rio ada di Jakarta saat ini, ia berusaha menahan senyumannya saat mendengar Rio bercerita. Ia pun berlari keluar kamar, dan tak melihat seorangpun diluar. Meski berharap bahwa mungkin Rio benar benar melihatnya, namun Naomi tau bahwa Jakarta adalah kota yang luas serta memiliki ratusan hotel. Dan jika mereka bertemu dihotel yang sama, mungkin itu adalah kebetulan yang harus Naomi syukuri.

Malam itu, Naomi melanjutkan obrolannya dengan Rio melalui telpon. Ia tau mungkin Rio gelisah, dan rasa tak percaya dirinya terus menyerang perasaan Rio sampai laki laki itu tak bisa tidur. Naomi menceritakan banyak hal sampai Rio akhirnya tertidur dan mengabaikan suaranya diujung telpon.

Tingggg !

Bel kamar hotelnya berbunyi, ia melihat Kubo berdiri didepan pintu kamar sembari membawa satu plastik hitam berisi makanan.

"Ayo makan, nasi goreng. Aku beli buat kamu?" Ucap Kubo sembari masuk kekamar Naomi.

"Kamu beli sendiri? Kok bisa?" tanya Naomi keheranan.

"Diajakin Naya" Jawab Kubo singkat.

"Naya? Dia ada disini ?" tanya Naomi sedikit terkejut.

"Udah ayo makan aja. Nanti aja aku besok cerita. Sekarang makan, setelah itu tidur"