webnovel

7. Pertemuan yang kebetulan

Sehari setelah menunggu surat balasan dari informannya Isvora sudah tidak sabar untuk melihat hasil penyelidikan One tentang Violet. Ia saat ini berada di toko kue terkenal di tengah kota untuk mengambil suratnya. Violet yang berjalan di sampingnya hanya bisa menatap diam penuh arti akan kue-kue yang terbaris rapi sebagai pajangan di pintu masuk.

"Apa kau ingin mencobanya?" tanya Isvora yang berhenti berjalan.

"Kalau begitu aku ingin strawberry tart, montblanc, dan rollcake." kata Violet yang menunjuk kue-kue itu dengan nada yang bijaksana yang dibuat-buat.

"Aku akan memesannya untukmu." jawab Isvora tersenyum melihat perilaku Violet.

"Benarkah? Terima kasih! " seru Violet dengan semangat.

"Haha, aku kira kau akan memesan semua kue yang ada di toko..." kata Isvora yang sedikit tertawa sambil menutupi tawanya.

"Aku bisa gemuk jika memakan semuanya..." jawab Violet lirih yang menyadari tawa Isvora.

"Apa kau sudah pernah melakukannya?" tanya Isvora yang penasaran.

"Benar...." jawab Violet kaku.

"Hahaha" Isvora tertawa karena Violet dengan mudah mengakuinya.

".....Kau selesai bertanya, kan? Ayo masuk!" kata Violet yang tiba-tiba berjalan.

Mereka kemudian kembali berjalan, tapi tiba-tiba....

"Astaga! Tuan Muda Gustaf!" seru seorang yang tiba-tiba muncul dari pintu masuk.

Isvora dan Violet langsung melihat asal suara itu, terlihat Arieta yang dengan anggun berjalan ke arah mereka.

"Apakah Tuan Gustaf juga ingin mencoba kue eksklusif hari ini?"

"Benar."

"Kebetulan sekali! Aku juga ingin mencobanya! Aku sudah memesan ruangan, bagaimana jika kita menikmatinya bersama?"

"Baiklah."

Percakapan mereka terasa aneh, Arieta berbicara dengan bahagia dan berusaha menghidupkan percakapan, tetapi Isvora hanya menjawab singkat dan dingin seperti tidak ingin berbicara tapi selalu menjawab pertanyaan Arieta.

"Apa kau bersungguh-sungguh menerima ajakannya!?" tanya Violet kaget yang khawatir akan nasib kue-kue yang dijanjikan Isvora.

"...." Isvora hanya bisa diam karena hanya ia yang bisa mendengar Violet.

"Kalau begitu, ayo kita ke ruangan yang aku pesan!" seru Arieta bahagia.

"Tu-tunggu sebentar!" kata Violet tiba-tiba muncul dihadapan Arieta.

"Oh! Puteri Violet!!! Ada apa?" tanya Arieta bertambah senang melihat kehadiran Violet.

"Kau tidak terkejut melihatku?" tanya Violet.

"Tentu saja aku terkejut dan senang bisa bertemu Puteri Violet seperti ini!!!"

"Aku ingin strawberry tart, montblanc, dan rollcake!"

"....." Isvora hanya diam menyaksikan Violet."Baiklah! Hehe" jawab Arieta.

Mereka kemudian berada di sebuah ruangan pribadi.

'Kebetulan yah?' kata Isvora dalam hati melihat tiga kursi yang sudah disiapkan.

Isvora yang masih ada waktu sebelum janjinya dengan One hanya bersantai sejenak. Ia ingin sedikit mengobrol dengan Arieta. Lalu ia duduk di salah satu kursi, Arieta dan Violet segera duduk juga.

Kue-kue segera datang dan diletakan di atas meja. Melihat ini membuat mood Violet naik.

"Kau tahu bahwa kue tart ini sangatlah terkenal!" kata Arieta antusias meletakan sepiring kue di hadapan Violet.

"Benarkah?" tanya Violet riang.

"Tentu saja!"

"...." Isvora mengambil sepiring kue dark choco dengan tenang.

"..." Arieta hanya bisa diam melihat Isvora yang tiba-tiba memecahkan suasana bahagia mereka.

"Apa kau menyukainya?" tanya Violet menatap kasihan pada Isvora, ia tahu bahwa kue yang dipilih Isvora cukup pahit dan Isvora juga memesan kopi hitam tadi.

"Tentu." jawab Isvora singkat.

"Kau tahu, beberapa orang mempunyai selera yang unik... Dan Tuan Gustaf adalah salah satunya!" kata Arieta.

"Ini bukanlah keunikan tetapi sebuah hal aneh..." gerutu Violet.

"Apa kau menyebutku aneh, Violet?" tanya Isvora.

"Hahaha!" Violet hanya tertawa menyadari bahwa Isvora sedang kesal dengan Violet.

"Tuan Gustaf, apa hubungan kalian cukup dekat? Kalian memanggil dengan nama panggilan yang cukup akrab." tanya Arieta penasaran.

"Aku hanya menuruti kemauannya saja. Violet tidak suka jika aku memanggilnya Nona atau Puteri...."

"Benarkah?"

"Yup, yup! Aku tak terlalu mengerti tentang etika, tapi terdengar sangatlah merepotkan jadi aku hanya memanggilnya begitu. Ah, bagaimana jika aku memanggilmu Ari?" kata Violet kemudian.

"Tetapi, Puteri...."

"Dan kau harus memanggilku Vio!!!"

"Baiklah! Dengan senang hati! Ehehe"

"Kau bisa memanggilku Isvora juga, dan aku akan memanggilmu Arieta..." kata Isvora tiba-tiba.

"Waaah! Baiklah!!!" jawab Arieta senang.

"Tetapi, Ari... Ada apa denganmu? Kau tampak pucat? Apa ada masalah?" tanya Violet yang menyadari bahwa aura Arieta yang semakin suram.

"Itu.... Apakah aku terlihat pucat Isvora?"

"Kau terlihat sangat ceria hari ini, aku tak mengira bahwa...." jawab Isvora yang kemudian melirik ke arah Violet.

"Ari... Aku tahu bahwa kau berakting dan menggunakan sihir untuk membuat dirimu tampak sehat. Tetapi, auramu terlihat suram."

"Kau menyadarinya?" tanya Arieta kaget.

"Tentu, apa kau lupa? Sejak kau tahu siapa aku." kata Violet.

"....." Isvora yang terbiasa dengan wajah palsu para bangsawan hanya bisa diam karena ia tahu bahwa penyamaran seperti itu tidaklah bukan karena alasan. Mereka hanya bisa memasang wajah baik-baik saja seberapa besarpun kekhawatiran mereka. Dan Violet yang dengan santai memulai percakapan yang tidak biasa ini hanya berniat baik. Isvora tahu itu.

"Sebenarnya, kemarin Ibunda yang sakit parah dan hanya bisa terbaring lemah telah sembuh." kata Arieta yang memulai bercerita.

"Bukankah hal ini adalah hal yang membahagiakan?" tanya Violet.

"Aku dengar bahwa penyakit yang diderita Nyonya Sovian sangatlah langka, jika ia bisa sembuh maka ini akan menjadi kabar gembira bagi orang-orang yang mengidap penyakit yang sama." kata Isvora.

"Ayah tahu bahwa aku menyembuhkannya menggunkan sihir. Sihir penyembuhan itu adalah salah satu sihir tingat dua, jika diketahui pihak kerajaan hal ini akan semakin rumit. Ia akan merahasiakannya sampai aku menikah, tapi jika aku belum juga bertunangan dalam tiga bulan ini.... Ia akan memberitahu publik dan memaksaku bertunangan." ungkap Arieta.

"Apa itu ancaman?" tanya Violet yang marah kepada Ayah Arieta.

"Aku setuju dengan Tuan Sovian, ia memberimu waktu untuk memilih sendiri pasangan tunanganmu. Jika pihak kerajaan tahu, mereka akan memaksamu menikahi keluarga kerajaan. Hal sepenting ini mustahil bisa dirahasiakan. Karena keberadaan pengguna sihir tingkat dua sangatlah langka, mereka ingin agar kau tetap berada dipihak Rekryde, juga karena kau dekat dengan Pangeran Juna dari kerajaan tetangga." kata Isvora tenang dengan meminum kopi hitamnya.

"....." Arieta agak kesal dengan kalimat terakhir Isvora.

"Oh.... Tak kusangka hal ini begitu rumit." kata Violet kagum dengan pernyataan Isvora.

"Aku bisa membantumu mengatasinya." kata Isvora tiba-tiba.

".....Be.... Benarkah!!!?" seru Arieta riang yang diawal kelihatan agak ragu.

"Tentu saja!" jawab Isvora.

"Waaah!!!!" Arieta kemudian berdiri karena senang.

"Tapi ada syaratnya." kata Isvora yang tiba-tiba menghancurkan kebahagiaan Arieta.

"...Uuuu...." Ia langsung terduduk lemas.

"Membantu? Apa kau akan menjadi tunangannya?" tanya Violet yang baru bisa bereaksi.

"Benar. Aku sudah lelah dengan perjodohan Ibunda." jawab Isvora singkat.

"Tidak! Jika itu kau, aku yakin kau bisa membuat alasan untuk membatalkan pertunangan sesuka hatimu! Ari adalah temanku! Tidak akan kubiarkan kau melakukan hal seperti itu pada Ari!" seru Violet tiba-tiba.

"Vio, aku tahu bahwa ini hanyalah kontrak. Tetapi, hal seperti ini adalah hal yang biasa bagi bangsawan. Jika Isvora bisa mengatur semua ini dengan baik, maka ini adalah sebuah kesempatan. Jadi Isvora, tolong katakan apa syaratnya..." jawab Arieta.

"...." Violet tak bisa mengubah keputusan Arieta. Ia tersadar bahwa dunia ini sangatlah rumit seketika. Ia lupa bahwa mereka hidup di dunia yang berbeda. Dan ia menyesal karena bertanya.

"Baiklah. Syaratnya akan aku katakan jika saatnya tiba. Aku hanya bisa bilang bahwa syarat ini tidaklah merugikanmu." jawab Isvora yang tersenyum melihat reaksi Violet.

'Ah, Violet.... Jika kau tahu bahwa Isvora sedang merencanakan sesuatu..... Hahaha....' Arieta hanya bisa tertawa monoton dalam hatinya. Ia menangis tanpa air mata dalam hati mulai menebak rencana Isvora.

"Baiklah kalau begitu. Sebenarnya aku ada janji dengan seseorang. Aku duluan." kata Isvora yang kemudian pergi terlihat tanpa mempedulikan Violet.

"Isvora! Tu-tunggu!!!" seru Violet melihat Isvora pergi tiba-tiba.

"....." terlihat bahwa aura disekitar Isvora melunak. Ia tanpa sadar tersenyum.

"....." Violet dan Arieta tidak menyangka bisa melihat senyuman itu yang entah mengapa terasa hangat.

"Ada apa?" tanya Isvora berhenti tiba-tiba yang raut wajahnya berubah seketika.

"Ari! Kau adalah temanku! Jangan lupakan hal itu!" seru Violet pada Arieta yang masih terduduk.

"....." Isvora dan Violet segera pergi.

Arieta yang masih terduduk tidak menyadari bahwa Isvora dan Violet pergi. Ia masih tak bereaksi dengan kata-kata mengejutkan Violet. Arieta yang mengatur pertemuan ini agar bisa dekat dengan Violet tertegun. Hal ini berakhir tidak terduga. Tidak gagal, hanya saja.... Ia sedikit menyesalinya.

"Teman....." kata Arieta yang tersenyum manis.