webnovel

Paham Duluan

Udara segar di pagi hari berhembus begitu lembut membuat hati terasa tenang. Namanya Yanto, guru agama di SD Gadjah Agoeng. Ia adalah guru yang disiplin, tepat saat bel jam pertama berdering, ia sudah tiba di depan pintu kelas yang hendak diajarnya. Raut senyumnya perlahan terukir saat melihat muridnya duduk dengan rapi, tentu ini menandakan kalau pelajarannya siap dimulai.

"Anak - anakku yang dan pintar… tahukah kalian, bahwa sesungguhnya surga adalah sebaik - baiknya tempat. Disanalah tempat yang penuh dengan keabadian, kebebasan, kenikmatan. Tentu saja setiap keinginan kita pasti akan terkabul, dalam sekejap mata!" kata pak Yanto dengan nada yang unik namun berkesan.

"Woah…," tatapan mata para murid di kelas terlihat bersinar terang sebab terkagum - kagum akan penjelasan tentang surga.

"Nah… sekarang bapak penasaran, siapa disini yang ingin masuk surga?" tanya pak Yanto.

"Saya!" banyak sekali murid yang berteriak sambil mengangkat tangannya.

Pak Yanto menyadari ada seorang siswa yang duduknya berada di pojok kiri tengah, sedang asyik membaca buku paket agamanya. Sebisa mungkin pak Yanto berprasangka baik, karena tidak adanya PR yang pernah diberikannya, mungkin saja dia sedang fokus belajar sendiri agar bisa mendapat nilai sempurna. Pak Yanto lantas mengulang pertanyaannya sekali lagi, sama seperti sebelumnya hampir keseluruhan siswa antusias menjawab kecuali yang satu itu. Namanya Hilmi, bukan anak pintar juga bukan anak bodoh, nilainya tepat rata - rata, ia juga terbiasa menyendiri (memang tidak punya teman).

Namanya juga guru agama, ilmu tentang keagamaannya pasti sudah matang. Masalah kesabaran jangan ditanya, banyak kejadian lebih buruk yang pernah dialaminya. Langkah pertamanya adalah menarik nafas dalam - dalam untuk membantunya mengendalikan emosi, lalu perlahan mulai mendekati murid tersebut sembari menanyakan alasannya tidak mendengarkan guru yang sedang menjelaskan materi di depan. Sontak Hilmi menaruh bukunya lalu menjawab, "Sekalipun aku ikut berteriak dan mengangkat tangan seperti yang mereka lakukan, apa kita akan berangkat ke surga sekarang?"

Pak Yanto terdiam setelah mendengar kalimat seperti itu dari muridnya. Ia pun kembali melanjutkan perlajaran dengan hatinya yang riang gembira, sebab sudah ada seorang murid yang sepenuhnya paham tentang materi yang bahkan baru saja akan dibahas bersama hari ini. Ia sampai mengira kalau Hilmi pasti ikut les supaya bisa jadi murid terbaik. Padahal itu hanya kebetulan saja, sebab Hilmi mendapatkan ilmu tersebut dari pengajian di masjid dekat rumahnya pekan lalu.