webnovel

Ch.14 CERMIN TANPA BAYANGAN

CHAPTER 14

( Rumah Rangga )

"Hmm... (mematikan panggilan telepon) tit....,"

"Gak penting, Ah rasanya mengantuk saja" ucap Rangga yang menolak panggilan tersebut.

Namun tak selang beberapa lama setelah itu, kemudian hpnya berdering lagi.

"Tut...Tut...., "

"Apa sih ini ? siapa sih dia, ah aku ingin tenang aja masih ada yang ganggu di siang bolong,"

Rangga yang sudah kesal dengan seseorang yang tidak di ketahui selalu menelponnya membuat Rangga terpaksa mengakat panggilan tersebut.

"tit..... Halo ? siapa ini ? ada keperluan apa ?" ucap Rangga yang mulai kesal.

"Ini aku Cinta. Ada tugas untukmu dan kita berdua satu kelompok, jadi aku akan ke rumahmu entar sore" ucap Cinta dengan kebohongan belaka nya.

Rangga yang mendengar hal tersebut membuatnya semakin kesal dan frustasi.

"Ada apa ini. Aku kan di skors, kenapa malah di beri tugas. Argh pake kelompok segala lagi" ucap Rangga di dalam hati.

"Ah ? tugas ? sejak kapan ? aku kan di skors ? eh terus kamu mau kerumah ? ah ? eh ? tunggu !, "

"Iya, kata ibu meski kamu di skors, itu tidak berpengaruh dengan sebuah nilai yang di kejar. Absenmu mungkin alpa tapi tugas tetap berjalan,"

"Begitu ya, (berpikir keras) hmm.... jangan di rumahku, di toko aja" ucap Rangga yang bimbang dengan keputusan gurunya.

Kemudian Rangga memberi lokasi pada Cinta melalui pesan.

"Eh itu tokomu ?,"

"Iya, hmm... kenapa kamu yang harus satu kelompok ? dan kenapa hanya kita berdua ?"

" Aku tidak tahu, itu keputusan ibu. Semua siswa pun menyetujuinya" ucap Cinta yang memainkan perannya untuk membohongi Rangga.

Namun, Rangga yang mendengarkan hal tersebut hanya bisa pasrah dan memperingati agar tidak memaksakan diri untuk datang.

"Entar sore kamu ke tokoku, tapi kalo kamu lelah mending kita kerja lewat komukasi aja. Lagian itu tidak terlalu menyulitkan" ucap Rangga.

Cinta yang mendengarkan perkataan tersebut seketika riang kesenangan.

"Tidak ! kita akan kerja di tokomu saja. Mana mungkin aku lelah" ucap Cinta yang memasang senyum yang membahagiakan.

Rangga tidak merespon hal tersebut dan mengatakan bahwa semuanya sudah selesai.

"Yaudah, aku matikan" ucap Rangga yang kemudian menekan tombol merah tersebut.

"Tit.....tit...."

"Guru fisika memang meresahkan, pasti ibu Sri yang menyarankan hal ini" ucap Rangga bergumam dengan kekesalannya karena hal tersebut.

Sementara itu...

( Sekolah Langit Biru )

"Argh....cih, Rangga sialan. Dia nelpon siapa sih" ucap Rani kesal akan panggilan lain dari telepon Baron.

"Mungkin ia menelpon ayahnya, jangan negatif thingking lah Ran" ucap Baron yang percaya hal tersebut.

Rani yang sudah menantikan panggilan tersebut membuatnya lapar dan pergi meninggalkan Baron sendirian.

"Arhg... sudahlah. Aku harus bersabar" ucap Rani yang kemudian beranjak menuju kantin.

Baron yang melihat hal tersebut lega, ia mempunyai kesempatan untuk ke kantin karena dari tadi perutnya sudah berbunyi keroncongan.

"Akhirnya ! aku terbebas dari jeratan wanita itu. Hmm.... Rangga nelpon siapa yah ? apa benar dia menelpon ayahnya ? mengingat Kontak Rangga tidak ada satupun wanita" ucap Baron yang bergumam sambil berjalan menuju kantin.

Namun di tengah dia bergumam, tiba-tiba ia lagi-lagi dihadang.

" Woi Baron ! " ucap Olivia berteriak sambil berlari menghampiri.

"Astaga ya tuhan. Apalagi sekarang ? apa dosaku tuhan, aku hanya ingin hidup tenang" ucap Baron.

Olivia yang kini menghampiri Baron dengan wajahnya yang kesal membuat Baron mati kutu dan tidak bisa berbuat apa-apa, ia tidak bisa lari dari situasi tersebut.

"Kenapa Olivia ?, kenapa kamu berlari seolah di kejar utang?" ucap Baron.

"Ah ? (mengela nafas) Baron ? apa ekpresiku biasa menebaknya ? kalo aku ingin tertawa sekarang atau tidak ? WOI ! (Berteriak) itu tidak lucu" ucap Olivia dengan amarah yang besar.

Baron yang mendengar hal tersebut gemetaran hingga tidak bisa berbuat apa-apa bahkan berkata sepatah katapun.

"Nomor Rangga ! kau harus memberiku nomor Rangga sekarang ! " ucap Olivia dengan wajah yang kesal.

"Hm.... tapi kan Rangga anak OSIS, kenapa tidak mencari nya di Grup aja" ucap Baron.

Olivia yang mendengar hal tersebut, membuat suasana menjadi panas.

(Menatap tajam) Oi ! kau bercanda ? apa kau melihatku seperti orang bodoh ? badjingan ? Rangga memberi ku nomor palsu ketika pertama kali masuk dan itu membuatku sangat kesal. Dan sekarang kau mengatakan hal yang sama ? wah " ucap Olivia yang kesal, kesal dan kesal hingga emosinya membuat para siswa yang lewat ketakutan.

Baron yang melihat tatapan itu, langsung memberinya nomor Rangga dan berencana pergi untuk menghindari ledakan tersebut.

"(gemetaran) ini " ucap Baron.

Setelah Olivia mendapatkan kontak Rangga dari Baron , ia beranjak pergi meninggalkan Baron sendiri.

"Makasih ! " ucap Rangga lekas pergi dari tempat tersebut.

Baron yang melihat hal tersebut, menghela nafas. Ia sangat ketakutan dengan tatapan dan gertakan dari Olivia.

"Hampir saja aku mati di tempat. Ada apa dengan dua wanita ini, Rangga ! kau benar-benar membuatku merepotkan. Tidak bukan merepotkan, tapi membuatku ingin terbunuh," ucap Baron yang menggumam dan kesal dengan ketidakhadiran Rangga.

"Semoga tidak ada lagi yang menganggu" ucap Baron yang kemudian berlari menuju kantin.

Di samping itu...

( Kantin )

Rani yang kini sampai di kantin bersama teman-temannya yang seperti biasa duduk sambil menggosipkan sesuatu.

Sementara itu, Rehan, Eko dan Rafli yang tengah berjalan membeli cemilan tiba-tiba melihat ke arah tempat di mana Rani dan teman-temannya makan.

"Hey Rehan, bukankah wanita yang di sana menolong mu waktu kejadian itu ? (menunjuk Rani ) " ucap Eko.

"Ah ? mana ? oh itu iya nampak nya dia ! " ucap Rafli yang melihat ke arah Rani.

Rehan yang ikut menoleh kemudian terkejut, ia hendak menghampiri Rani.

"Ah, halo ? bukan kah kamu anak PMR ? " ucap Rehan yang deg-degkan.

"Eh kak Rehan ? " ucap teman Rani yang duduk di sebelahnya.

Rani yang melihat Rehan, membuatnya semakin kesal akan ingatannya. Ia selalu dihantui dengan wajah Rangga.

"(Menghela nafas) mood ku tidak baik-baik sekarang. Apa yang ingin kau katakan cepat" ucap Rani.

Teman Rani dan Rehan serta Eko dengan Rafli yang mendengar perkataan tersebut seketika terkejut mati kutu.

" ( berbicara gagak ) A..k...u... i....ingin.. berterima kasih hm sudah menolong ku waktu kejadian itu" ucap Rehan keringatan.

Rani yang mendengar hal tersebut kemudian mengabaikannya dan pergi dari kantin.

"Eh ? apa aku salah ucap ? " ucap Rehan ya g bingung.

"Dia kenapa ? apa lagi datang bulan ? " ucap Eko sambil melihat Rani berjalan.

"Mungkin saja, tapi ekpresi nya benar-benar menakutkan. Aku jadi berhenti lapar ketika melihat itu" ucap Rafli yang seluruh tubuhnya gemetaran.

sementara itu, Baron yang hendak menuju Kantin tadi tiba-tiba di kagetkan dengan Rani.

" Eh ? dia nampak kesal sekali. Aduh mana menuju ke arah sini lagi" ucap Baron dalam hati

Baron yang melihat Rani sudah dekat di hadapannya, ia bergegas mencari celah untuk bersembunyi. Di samping itu, Olivia yang tengah berada di depan kelas 3-1 arah menuju kantin,membuat Baron semakin stress.

"Waduh di belakang ada si Olivia Juga. Mana perut udah keroncongan, adduh mau ke kantin ajah gini amat" ucap Baron yang bergumam karena lapar.

Setelah Rani dan Olivia berjalan dengan searah, mereka bertemu tepat di hadapan dimana tempat persembunyian Baron berada.

"Aduh perasaan gw gak enak" ucap Baron dalam hati.

(To be continued)