webnovel

PENGHIANATAN DEWI ASMARA!

"Berhenti kau!!"

Teriakan Dewa Amora melengking dan membahana seantero kerajaan Negeri Atas Angin.

Tidak hanya teriakannya saja yang seolah meluluh lantakkan segalanya, tapi juga Dewa nomor 1 di kalangan para Dewa itu melontarkan serangan beruntun pada seseorang yang nekat menerobos ruang rahasia milik kerajaan atas angin.

Angin berputar seolah membentuk benteng pertahanan dan menghalangi gerakan seseorang yang sekujur tubuhnya tertutup oleh kain berwarna hitam.

Seseorang itu menggunakan cadar hitam pula, dan dari tinggi tubuhnya, Dewa Amora tahu, orang itu adalah wanita.

Tapi, mengapa seorang wanita nekat menerobos masuk ke ruang rahasia miliknya dan mencuri salah satu benda pusaka kerajaan terpenting milik Dewa Amora?

Angin kencang itu mengibarkan cadar seseorang itu hingga satu persatu kain yang menutupi kepala dan wajahnya terseret angin dan Dewa Amora bisa melihat wajah orang itu dengan jelas.

"Dewi Asmara? Apa yang sedang kau lakukan? Kau, melakukan semua ini, untuk membahayakan nyawaku?"

Tidak dapat menyembunyikan kekagetannya, Dewa Amora sampai nyaris berteriak ketika mengucapkan kalimat tersebut.

Sedangkan seseorang yang disebut oleh Dewa Amora dengan sebutan Dewi Asmara, hanya tersenyum tipis merasa tidak bisa lagi menyembunyikan identitasnya.

"Iya! Ini aku! Aku memang yang melakukan kekacauan ini padamu! Aku muak dengan alasan-alasanmu itu! Aku mencintaimu, tapi kau menolakku mentah-mentah, akulah yang paling pantas menjadi Dewi tertinggi dan bersanding denganmu, Amora!"

Wanita cantik berpakaian serba hitam itu bicara dengan lantang. Rambut panjangnya berkibar ditiup angin yang tadi dilontarkan oleh Dewa Amora.

"Kau tahu? Cinta itu tidak seperti ini! Tidak menyakiti, lantas kenapa kau bertindak seperti ini? Kau menyakiti orang lain, Asmara! Lihat! Banyak sekali prajurit kerajaan ini yang kau bunuh, dunia penuh cinta yang aku bangun akan hancur karena perbuatanmu! Bagaimana mungkin kau bicara tentang cinta pula? Kau sendiri tidak tahu apa arti cinta yang sebenarnya!"

"Cinta itu dua orang yang saling mencintai hidup bersama, terikat dalam sebuah pernikahan, bukan seperti rencanamu itu, membuat semua makhluk hidup saling mencintai, buat apa menyebarkan cinta? Manusia pun bisa saling membunuh meskipun mereka saling mencintai!!"

"Kau keterlaluan, serahkan batu bintang abadi itu padaku, kau tidak boleh memegangnya, apalagi mengendalikannya!"

Dewa Amora maju menghampiri wanita cantik di hadapannya, sembari mengulurkan kedua tangannya, meminta apa yang di genggam Dewi Asmara untuk diserahkan saja padanya.

Tapi, Dewi Asmara tidak peduli, wanita itu justru menyembunyikan batu bintang keabadian milik Dewa Amora ke dalam jubah hitam yang ia kenakan.

Meskipun disembunyikan, gemerlap sinarnya masih terlihat berpendar keluar menembus jubah yang ia kenakan, hingga sinarnya terlihat oleh mata Dewa Amora, dan itu membuat pria tersebut meradang.

"Bunuh Dewi Cinta untukku, atau kau akan kehilangan batu keabadian ini, untuk selamanya, Amora!"

Sembari bicara demikian, Dewi Asmara mundur sambil berusaha untuk mempertahankan posisinya agar tidak terseret angin yang diciptakan oleh Dewa Amora.

Beberapa pejabat kerajaan dan prajurit berdatangan, mereka membentuk perlindungan untuk Dewa Amora, karena terlihat sekali Dewi Asmara seperti menghimpun kekuatan untuk menyerang pimpinan mereka.

"Dewi Asmara! Sudahi kebencianmu padaku! Apa yang kau inginkan itu tidak beralasan, mengapa kau ingin aku dibunuh oleh Dewa Amora? Kau gila?"

Seorang wanita cantik yang juga memiliki rambut yang panjang, tiba-tiba berkelebat datang dan mengucapkan kalimat tersebut ketika sudah berdiri dengan benar di hadapan semua yang ada di situ.

Melihat Dewi Cinta, wajah Dewi Asmara berubah menjadi kesal.

Sudah sejak lama ia benci dengan wanita itu. Setiap kali Dewa Amora memuji kepandaian Dewi Cinta dalam hal apapun, Dewi Asmara tidak suka mendengarnya.

Menurutnya, dirinyalah yang paling pantas mendapatkan pujian itu, karena ia sudah banyak melakukan hal untuk kemajuan Negeri Atas Angin.

Sedangkan Dewi Cinta, yang menurutnya hanya seorang gadis kemarin sore, tidak layak untuk mendapatkan predikat seorang Dewi lantaran wanita itu belum begitu lama tinggal di Negeri Atas Angin.

"Aku akan tetap membencimu sampai kapanpun, Dewi Cinta, kau tidak mau hidup dalam benci? Baiklah, lepaskan nyawamu sekarang di tanganku!"

"Berhenti!! Kau jangan banyak melanggar aturan, Asmara! Apa yang sudah kau lakukan itu sudah cukup membuat kau mendapatkan hukuman! Serahkan batu bintang keabadian itu padaku!"

Dewa Amora, lagi-lagi memberikan perintah, tapi perintah itu diabaikan oleh Dewi Asmara yang sudah terlanjur marah, cemburu bercampur dengan kesal.

Wanita itu mengibaskan selendang hitam yang sejak tadi melilit pinggangnya. Dari selendang itu menyambar kekuatan dahsyat hingga semua yang ada di situ terpental termasuk Dewi Cinta dan Dewa Amora.

Kesempatan itu digunakan oleh Dewi Asmara untuk melarikan diri dari kepungan, sambil membawa batu bintang keabadian yang dirampasnya dari ruang rahasia Dewa Amora.

"Bedebah! Mau lari ke mana kau, Asmara! Aku tidak akan membiarkan batu bintang itu kau bawa!"

Dewa Amora segera ingin mengejar Dewi Asmara, meskipun tadi sempat terjajar karena pukulan yang dilontarkan oleh Dewi Asmara.

Tapi, Dewi Cinta menahan gerakannya.

"Tahan Paduka, biarkan hamba yang mengejar Dewi Asmara dan merampas batu bintang itu untuk paduka."

"Tidak! Aku tidak bisa berdiam diri saja melihat dia membawa benda pusaka kerajaan kita, jika dia nekat membawa batu itu dan menguasainya, maka seluruh makhluk di negeri ini juga di bumi akan berada dalam kendalinya, itu tidak akan baik, jika kau mau membantuku, kita pergi bersama!"

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Dewa Amora berkelebat meninggalkan tempat itu, dan akhirnya diikuti oleh Dewi Cinta dan para prajurit kerajaan yang juga ingin membantu junjungan mereka untuk mengejar Dewi Asmara.

"Jangan dibunuh. Rampas batu bintang keabadian itu saja, biarkan Dewi Asmara akan aku hukum di pengadilan langit nantinya!" pesan Dewa Amora kepada semua yang berpencar untuk membantunya menangkap Dewi Asmara.

Dewi Asmara yang sadar ia dikejar berusaha untuk mempercepat gerakannya untuk berusaha melarikan diri.

Akan tetapi, itu tidak semudah yang ia kira, bagaimana tidak, di satu sisi ia dikejar oleh Dewa Amora yang punya kekuatan di atas rata-rata untuk berkelebat laksana angin, di sisi yang lain ada Dewi Cinta yang juga ikut dalam pengejaran.

Meskipun ia meremehkan wanita tersebut, tapi Dewi Asmara tahu, kekuatan Dewi Cinta juga bukan sebuah hal yang bisa dikalahkan begitu saja.

"Kau tidak bisa lari lagi, Asmara! Serahkan batu abadi itu sekarang juga!" seru Dewa Amora, dengan suara yang lantang.

Dewi Asmara mundur, sembari menyembunyikan tangannya yang menggenggam batu bintang keabadian.

"Jika kita buat perjanjian bagaimana? Aku akan menyerahkan batu bintang keabadian ini padamu, tapi syaratnya, kau harus membunuh Dewi Cinta di hadapanku sekarang juga! Jika itu tidak kau lakukan Dewa Amora, maka baru bintang keabadian ini akan aku hancurkan, dan akan aku buang ke bumi, agar manusia yang mengenai pecahan batu ini menjadi pengikutku untuk membuat kekacauan dan menentangmu!"

Note: Cinta tidak akan menyakiti karena cinta tercipta untuk melindungi.

(Bagaimana reaksi Dewa Amora mendengar apa yang dikatakan oleh Dewi Asmara?)