webnovel

IKAN YANG BERBICARA?

"Apa? Tato?"

Lian meraba lehernya sendiri, dan merasakan permukaan kulit lehernya panas seperti terbakar.

"Apa di sini ada tato?" tanyanya pada sang penjaga.

"Tidak usah berpura-pura! Kau memang keluar diam-diam untuk men- tato lehermu, bukan!!" bentak penjaga itu dengan wajah kesal.

BRAKK!!!

Satu tangan Lian, menggebrak terali besi yang mengurungnya, dan alangkah terkejutnya, terali besi itu bengkok seketika!

Ini membuat penjaga ruang pengap itu mundur.

"A-apa yang kau lakukan? Mengapa kau bisa sekuat itu?" tanyanya pada Lian.

Sementara Lian sendiri mengangkat tangannya yang tadi menggebrak terali besi hingga terali besi itu sampai bengkok.

Seolah tidak percaya, itu tadi dirinyalah yang melakukan.

"Hei! Aku tanya padamu, kau punya kekuatan apa? Mengapa kau bisa merusak terali ini?"

BRAKK!!!

Sekali lagi, Lian menggebrak terali besi itu dan kali ini sesuatu yang sama kembali terjadi, terali besi itu bengkok, dan bukan itu saja, seolah tidak percaya dirinya bisa melakukan hal itu, Lian menarik terali itu dan sekonyong-konyong, terali itu patah berantakan seperti ranting kayu yang rapuh.

Melihat apa yang dilakukan tawanannya, dua penjaga ruang itu mundur, mereka mengacungkan senjata berlaras panjang ke arah Lian, dan meminta Lian untuk tetap diam di tempat.

Akan tetapi, Lian bukannya menuruti apa yang diucapkan oleh dua penjaga itu, pemuda bertubuh tinggi tersebut justru nekat keluar dari ruang pengap yang beberapa hari ini sudah mengurungnya.

Karena Lian tidak mengindahkan peringatan, dua penjaga itu nekat menembak salah satu kaki Lian, agar pemuda itu tidak lari ke manapun.

Keduanya tertawa, membayangkan timah panas itu akan membuat Lian jadi menurut pada mereka, tapi alangkah terkejutnya mereka, karena tiba-tiba saja, timah panas itu tidak mampu menembus kaki Lian yang saat itu hanya memakai celana pendek selutut ketika ditangkap oleh dua orang penjaga terali besi tersebut.

Jangankan menembus kulit, ketika mendekati kaki pemuda itu saja, timah itu seperti dihadang oleh sesuatu yang membuat timah tersebut langsung jatuh ke lantai.

Tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, salah satu penjaga itu lagi-lagi melakukan hal serupa.

Menembak kembali kaki Lian, kali ini dua tembakan dilepaskan, hingga tempat itu sangat riuh dengan perbuatan keduanya.

Dan sekali lagi, hal yang sama terjadi. Timah itu tidak bisa menyentuh kulit kaki Lian, hingga Lian menatap mereka satu persatu dengan jarak yang dekat.

"Aku harus pergi! Katakan pada orang yang meminta kalian untuk menangkapku, jika ingin sesuatu dariku, datang sendiri menangkapku, tidak perlu meminta kalian yang melakukannya!"

Habis bicara demikian, Lian berlalu dari hadapan kedua penjaga ruang pengap itu. Hanya melangkah sedikit saja, pemuda itu seperti berkelebat cepat, dan dalam sekejap tubuhnya lenyap dari pandangan!

"Ada apa ini? Dia itu memakai ilmu sihir, kah? Dia tidak bisa disentuh timah panas!"

"Kita harus bagaimana? Dia sekarang melarikan diri, bos pasti marah!"

"Kita minta bos, untuk melihat apa yang sudah dia lakukan pada terali itu, jika manusia biasa, tidak mungkin ia bisa membengkokkan terali besi itu dengan sangat mudah, dia pasti belajar ilmu sihir!!"

Temannya yang satu mengiyakan, ia juga berpikir tidak mungkin jika manusia biasa tanpa ilmu sihir bisa melakukan apa yang tadi dilakukan oleh Lian.

Bagaimana caranya mereka menghadapi kemarahan bos mereka jika tahu, Leonard Lian yang mereka kurung ternyata sekarang sudah pergi tanpa bisa mereka cegah?

"Goblok!! Hanya menjaga satu orang pemuda ingusan saja, kalian yang tua tidak berdaya!!"

Seperti yang diperkirakan, bos mereka, pemilik salah satu PH artis di mana Tian biasa bekerja, marah besar ketika dua orang suruhannya tidak bisa menjaga tawanan dengan baik.

"Dia lolos dengan cara mematahkan terali besi, Bos!"

"Omong kosong!! Tidak ada manusia yang bisa melakukan hal itu! Kalian hanya mengada-ada!!"

"Bos, lebih baik, Bos ikut kami untuk melihat apa yang tadi kami katakan, sebab, itulah kenyataannya, kami tidak berbohong!!"

"Berisik!! Kejar dia! Dapatkan dia sampai dapat, dan jangan kembali jika kalian belum mendapatkan dia!!"

Teriakan pria kaya raya tersebut membuat dua penjaga yang menjaga Lian, lari tunggang langgang. Mereka berdua sebenarnya tidak tahu, ke mana akan mencari Lian, tapi tidak mungkin juga mereka menolak permintaan bos mereka, itu sama saja mencari mati!

***

"Cessi! Ngapain, dari tadi kamu hanya menatapi ikan yang sudah aku masak untukmu? Tidak mau menghargai masakan ibu kamu sendiri?!"

Cessilia Casandra Pisces, seorang gadis yang punya darah bule darah dari sang ayah yang asli orang Inggris lalu menikah dengan ibunya yang asli berdarah Sunda, tersentak ketika mendengar suara ibunya bicara demikian.

Entah kenapa, pagi ini, ketika di meja makan ia melihat ikan yang digoreng ibunya tersaji, perut Cessie, begitu ia biasa disapa, mendadak mual!

Ikan-ikan itu seperti bicara padanya, bahwa mereka tidak ingin dimakan. Hal itu membuat Cessie yang sebenarnya sudah sangat telat untuk berangkat ke tempat kerja menjadi mengurungkan niatnya untuk makan.

Sudah jadi kebiasaan di dalam keluarganya, sarapan menggunakan nasi bukan roti atau yang lain seperti halnya keluarga yang punya ayah bule pada umumnya.

Ayahnya saja sudah terbiasa dengan makanan tersebut hingga tidak melancarkan aksi protes, jika sarapan menunya adalah nasi dengan lauk pauk.

Meskipun punya ayah berdarah bule, Cessie tidak hidup mewah seperti kebanyakan orang yang menikah dengan orang bule.

Tapi, Cessie bangga, ayahnya yang sebenarnya pernah hidup menjadi orang kaya, bisa hidup sederhana ketika menikah dengan ibunya.

Ayahnya sangat mencintai budaya Indonesia, segala budaya termasuk makanannya, sudah menjadi hal yang istimewa bagi sang ayah hingga demi menikah dengan ibunya, sang ayah rela hidup sederhana di rumah kontrakan seperti sekarang.

Hanya saja, terkadang ibunya yang lelah dengan ekonomi yang membelit keluarga mereka, hingga akhir-akhir ini perempuan itu sering marah-marah tidak jelas.

"Aku, berangkat bekerja dulu, ya, Bu. Sudah terlambat."

Cessie mencari alasan, agar ia tidak dipaksa makan ikan goreng yang sejak tadi seperti meminta tolong padanya meskipun sudah di atas piring seperti itu.

Sang ibu melangkah mendekati posisi Cessie. Mempermainkan rambut Cessie yang sedikit pirang. Pirang alami, bukan karena diwarnai.

Menatap anak gadisnya itu dengan tatapan mata tidak suka.

"Kamu tidak suka menu sarapan yang aku buat? Maunya roti atau pancake ala orang kaya? Kenapa kamu tidak memberikan uang pada ibu untuk bisa membelikan sarapan seperti yang kamu mau? Yah, ibu juga setuju, sarapan seperti ini, memang kampungan! Sudah dari dulu kita seperti ini, tidak ada yang berubah! Menyesal aku menikah dengan ayahmu itu, terlihat bulenya saja tapi ternyata tidak sekaya yang ibu kira!"

Baru saja ucapan itu terlontar dari mulut sang ibu, tiba-tiba saja, sang ayah keluar dari kamar mandi, dengan handuk di leher dan wajah yang sudah segar karena habis mandi, pria itu menatap ke arah Cessie dan istrinya, dan Cessie merasa was-was, apakah ayahnya mendengar apa yang diucapkan ibunya tadi?

Note: Kemewahan tanpa keharmonisan seperti sayur tanpa garam.

(Apakah Cessie wanita yang mendapatkan kekuatan bintang Pisces?)