webnovel

DIKEJAR GANGSTER

"Kau, tidak apa-apa?" tanya salah satu orang yang menolong Tian, pada Tian.

"Ah, tidak apa-apa, hanya sedikit nyeri saja."

"Apa benar? Tadi, kau begitu dahsyat terlempar, setidaknya ada tulang igamu yang patah?" kata orang itu pada Tian.

"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit nyeri."

"Kau kuat juga, padahal jika orang biasa, pasti akan patah tulang dapat pukulan semacam tadi."

"Sudahlah! Dia ini, stuntman, wajar jika dia kuat!"

Salah satu yang lain ikut bicara, dan mereka akhirnya meninggalkan Tian yang masih bertanya-tanya, ada apa sebenarnya yang terjadi pada Aries? Tidak mungkin pemuda itu bisa sekuat tadi, jika memang dia hanya manusia biasa.

Tian meraba dadanya yang berdenyut. Benar, apa kata orang-orang yang tadi menolongnya, jika tidak karena kekuatan bintang yang ada di dalam tubuhnya, tentu saja sekarang ada tulang iganya yang patah.

Sekarang, Tian hanya merasakan dadanya nyeri saja, Tian yakin kekuatan bintang tadi sudah melindungi dirinya hingga ia tidak terluka parah saat dilemparkan oleh Aries tadi.

Secepatnya, Tian naik ke lantai atas, untuk melaporkan pada Pak Ronald, bahwa ia gagal mengejar sang anak.

Kegagalan Tian dalam mengejar Aries cukup membuat Pak Ronald sedikit kesal. Tapi, mau bagaimana? Ia saja tidak bisa menahan jika putranya itu menentang dirinya, apalagi orang lain?

Aries tumbuh menjadi pemuda yang suka memberontak jika ada hal yang tidak sejalan dengannya.

***

Caroline baru saja keluar dari rumahnya dan menunggu taxi online ketika sebuah motor melintas di hadapannya, dan mencipratkan air di kubangan yang ada di hadapannya hingga pakaian gadis itu kotor.

Caroline yang ingin berangkat bekerja geram bukan main ketika pemilik motor itu tidak berhenti sama sekali, untuk sekedar melihat keadaannya, bahkan semakin mempercepat laju motornya, hingga perempuan itu menghadang seseorang yang mengendarai sepeda, dan tanpa berpikir panjang, wanita itu segera merampas sepeda itu untuk mengejar motor yang tadi membuat separuh pakaiannya kotor terkena air comberan yang sedikit berlumpur.

"BERHENTI!!!!" teriaknya dengan penuh kekuatan.

Suara Caroline seolah membuat orang di kiri kanan jalan terdiam untuk sesaat dari segenap aktivitas yang mereka kerjakan.

Seperti mengandung hipnotis, dan membuat Caroline sendiri tidak mengerti, kenapa kekuatannya jadi bertambah dua kali lipat hingga ia bisa mengejar motor yang dikendarai serampangan oleh pemuda yang tadi tidak peduli sudah membuat pakaiannya kotor.

Suara bunyi ban berdecit keras di atas aspal terdengar, ketika Caroline nekat menghadang motor itu dengan sepeda yang digunakannya.

Membuat pengendara motor itu membuka kaca helm yang ia pakai. Seorang pemuda tampan, dengan sorot mata kesal memandang Caroline dengan tatapan mata sangat terusik.

"Heh!! Tidak tahu etika? Kau mencipratkan air kotor ke pakaianku, tapi kau tidak berhenti, jangankan meminta maaf, menoleh saja tidak!!"

Caroline bicara sambil menunjuk pakaiannya sendiri, yang kotor akibat ulah si pengendara motor tersebut.

"Salahmu sendiri! Berdiri di pinggir jalan, memangnya jalan itu milik nenekmu! Aku sedang terburu-buru, tidak ada waktu untuk meladenimu!"

Pria yang tidak lain adalah Leonard Lian, yang sedang melarikan diri dari kejaran orang-orang yang menyekapnya itu bergegas ingin menurunkan kembali kaca helm yang ia pakai, tapi Caroline tidak mau peduli.

Baginya, seseorang yang sudah membuat ia kesal harus menerima resiko dari kemarahannya hingga gerakan Lian yang ingin mengendarai motornya kembali urung, karena gadis itu terus saja menghalanginya.

"Mau lari? Tidak mau minta maaf, kurang ajar memang kau! Turun dari motormu, biar aku ajari cara minta maaf yang benar!!"

Sambil bicara demikian, Caroline melempar sepeda yang ia gunakan untuk mengejar pengendara motor tersebut.

Lian yang kesal karena dihambat, terpaksa menepikan motornya, dan turun dari motornya sembari membuka helm yang ia pakai.

Sialan, kenapa ganteng banget, sih? Coba jelek aja gitu mukanya, kalo gini, kan jadi enggak tega mau gebuk dia....

Caroline berkata demikian di dalam hati, sembari mencoba untuk tetap bersikap seangkuh tadi, agar ia tidak disepelekan oleh pria tinggi di hadapannya.

"Cepat! Lakukan saja cara minta maaf yang benar! Aku tidak punya waktu!" tegas Lian, dengan wajah dinginnya.

Caroline mendongakkan kepalanya, menatap wajah pria di hadapannya, yang terlihat sadis tapi menarik.

"Ulurkan tanganmu!" katanya dengan suara sebesar tadi.

"Suaramu itu sangat besar, padahal kau bertubuh kecil, menyebalkan sekali!"

"Jangan mengataiku! Kau bukannya minta maaf, tapi kau justru menambah perasaan kesalku sekarang!"

"Aku juga sekarang sedang kesal, jadi jangan memancing kemarahanku!"

"Ulurkan tanganmu!"

"Untuk apa? Kau ingin mengajakku berkenalan, sorry, aku tidak tertarik dengan wanita bertubuh kecil seperti dirimu!!"

"Kurang ajar! Kau benar-benar mubazir saja ada di dunia ini! Mulutmu buruk sekali! Percuma Tuhan memberikan wajah setampan itu, jika hatimu saja busuk!"

"Setidaknya, kau sudah mengakui, kalau aku tampan, apalagi?"

"Memang benar-benar ingin dihajar!!"

Caroline ingin menyerang pria tinggi di hadapannya dengan beberapa jurus bela diri yang ia miliki, meskipun tidak seberapa tapi wanita itu yakin, bisa sedikit membungkam mulut pemuda di hadapannya ini agar pria tersebut paham, ia sudah marah atas perlakuannya.

Akan tetapi, niatnya terhenti ketika tiba-tiba saja, beberapa motor besar datang dari arah belakang mereka.

Motor itu langsung mengepung keduanya hingga, Caroline bingung dengan apa yang sudah terjadi.

"Ada apa ini? Kau buronan?" tanya Caroline pada pemuda yang dihadangnya tersebut, sembari menatap semua pengendara motor besar itu dengan tatapan kebingungan.

Sial, tahu begini, aku tidak mau mengejar pria ini, ternyata dia sedang terlibat masalah, hingga ada gangster seperti orang-orang butek ini mengejarnya!

Caroline membatin, ia sebenarnya ingin melarikan diri saja, daripada harus berurusan dengan orang-orang bermasalah dengan pria yang dikejarnya itu, akan tetapi bagaimana ia bisa lari? Sekarang saja, mereka sudah dikepung, sepertinya jika tidak melawan, mereka tidak akan bisa lolos begitu saja.

"Kau sudah melakukan apa, hingga orang-orang ini bisa mengepung dan mengejarmu? Manusia penuh masalah!"

Caroline bicara kembali sembari mencoba untuk bersikap siaga, karena tidak mau dirinya celaka di tangan orang yang tidak ia tahu ada masalah apa dengan pria yang sudah membuat masalah dengan dirinya.

"Memangnya kalo dikejar, pasti aku yang salah? Enak saja! Mereka yang membuat masalah denganku!" sahut Lian, sambil mengedarkan pandangannya ke orang-orang yang sudah mengepungnya tersebut.

"Kau memang pembuat masalah, denganku saja kau membuat masalah bagaimana dengan orang-orang ini? Kau membuat onar di markas mereka?"

"Apa yang kau ketahui dari mereka? Kau ternyata tidak sepolos wajahmu, tahu segala hal tentang orang-orang ini?"

"Tutup mulutmu! Siapa saja bisa melihat mereka orang seperti apa, lihat saja, tampang mereka tidak nyaman dilihat, sama seperti tampangmu!"

Lian ingin menjawab perkataan sinis Caroline, tapi niatnya terhenti ketika salah satu orang-orang itu bersuara!

"Menyerah saja kau, Lian! Kau lari hanya untuk menemui perempuan murahan ini? Begini seleramu memilih wanita? Benar-benar tidak punya selera yang bagus, di markas, tuan besar lebih bisa memilihkan wanita yang segar untukmu, tidak kotor seperti wanita di sampingmu itu!"

Note: Jika Tuhan sudah berkehendak, takdir tetap akan terjadi sesuai jalannya.

(Apakah keduanya bisa meloloskan diri?)