webnovel

Layla Aca Salsabila

Berbeda dengan Lea, Kelvin nampak uring-uringan di atas tempat tidur nya. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam namun tak ada tanda-tanda kalau Lea akan memberikan dirinya kabar. Padahal tadi ia sudah mengatakan untuk Lea memberikan kabar jika sudah sampai rumah.

Ia benar-benar sangat menyesal sekali karena tidak mengantarkan Lea. Jika ada sesuatu yang terjadi pada wanita itu ia benar-benar tak tahu harus bagaimana nantinya.

"Bodoh banget sih Lo, Lo ini sebenarnya laki atau bukan sih Huh?" Sinis Kelvin pada dirinya sendiri yang tak bisa untuk bersikap tegas pada hubungannya ini.

Bertepatan dengan itu ponsel miliknya berbunyi tanda panggilan masuk dari wanita yang kini sudah menjadi mantan nya itu.

Ia menghela napas panjang ketika membaca nama Layla. Entah sampai kapan ia akan terus saja di desak seperti ini dengan Layla. Sampai kapan lagi ia dan wanita itu akan terus berhubungan seperti ini? Ia juga ingin bahagia, apakah itu adalah sebuah permintaan yang sulit untuk Tuhan kabulkan?

Dengan rasa malas dan juga bercampur dengan kesal ia menekan tombol hijau untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Ada apa?" Sinis Kelvin.

"Selamat malam sayang," sapa wanita yang bernama Layla itu.

"Nggak usah panggil gue sayang, gue dan Lo itu udah putus Ca!" Jawab Kelvin cepat.

Namanya Layla Aca Salsabila, wanita yang harus dengan Segera ia singkirkan dari hidupnya, namun menyingkirkan Layla sama saja dengan membunuh dirinya sendiri.

Wanita yang sempat bertahta di hatinya selama kurang lebih enam bulan itu, harus ia putuskan dengan sangat tragis waktu itu ketika Layla sedang bersama dengan laki-laki lain di kamar hotel.

Sakit? Ah, jangan di tanya lagi bagaimana rasa sakit akibat kelakuan Layla tersebut. Padahal saat itu ia begitu mencintai Layla, Wanita yang akrab di panggil dengan Aca itu.

Tapi sudahlah, tentang semua yang sudah berlalu tersebut harus menang di kubur dalam-dalam tanpa harus di ingat kembali karena akan menghambat pertumbuhan masa depan.

"CK! Nggak apa-apa dong, toh meskipun kita bukan lagi pacaran tapi dengan status kita seperti ini gue benar-benar merasa Lo masih pacar gue." Jawab Layla.

"Nggak usah ngada-ngada deh Ca! Apalagi Kali ini huh? Apa yang Lo mau?" Sinis Kelvin.

Menghadapi Layla benar-benar harus menggunakan kesinisan agar wanita itu tidak besar kepala.

Memang nya dirinya pikir dia itu siapa yang harus disanjung-sanjung? Dia bukan siapa-siapa setelah hari itu, jadi jangan mengharap sesuatu yang lebih dari semuanya ini karena itu tak akan pernah mungkin.

"Ngada-ngada Gimana maksud nya? Nggak ada yang ngada-ngada tau," jawab Layla.

"Udah ah, gue sibuk tau nggak, gue pengen belajar. Besok ada ulangan." Jawab Kelvin.

Sebenarnya ia memiliki IQ di atas rata-rata jadi untuk ulangan fisika besok jika ia tidak belajar pun Tidak masalah sama sekali. Tapi sengaja ia lakukan itu agar menghindari obrolan dengan Layla ini.

"Nggak mau berani Lo matiin telpon dari gue, maka Lo tau sendiri kan akibatnya apa sayang?" Ucap lembut Layla dari seberang sana.

Mendengar itu membuat tubuh Kelvin menegang dengan sempurna, sama sekali ia tak pantas untuk diKatakan sebagai laki-laki jika diancam seperti ini saja ia sudah luluh.

Ia menarik napas dalam-dalam dan kemudian ia keluarkan pelan-pelan, ia melakukan hal itu berkali-kali sebelum akhirnya ia kembali bicara dengan Layla, kali ini nada bicaranya sedikit lembut dari yang tadi.

"Gini deh Ca, Besok gue ada ulangan Fisika, gue harus belajar dong. Lo tahu bukan kalau gue mau masuk ke universitas mana Setelah lulus ini? Jadi gue benar-benar berharap Lo ngertiin gue. Kalau emang Lo sayang gue, Lo pasti pengen kan liat gue berhasil, gue harus belajar Ca untuk bisa masuk universitas tersebut."

Lama terjadi keheningan diantara mereka, sepertinya Layla di seberang sana sedang mencoba untuk berpikir dengan keras.

"Baiklah jika seperti itu, tapi besok janjinya jemput gue ke sekolah."

"Kenapa gue harus jemput Lo? Lo kan punya supir Ca!"

"Gue nggak nyaman sama supir nya, jadi jemput gue ya."

"Gue bukan supir Lo Ca!"

"Nggak ada yang bilang lo itu supir gue Vin, Lo nya aja yang mikir yang nggak-nggak kayak gitu."

Kelvin mengelus dada nya mencoba untuk tetap bersabar menghadapi Layla yang seperti pengen minta dibunuh itu.

"Gini deh, gue nggak janji kalau besok gue akan jemput Lo atau nggak, gue takut nggak keburu Ca."

"Lah, kenapa? Bukannya Lo itu orang yang bangun pagian ya?"

"Iya, Tapi gue mau jemput Lea. Lo harus tahu diri juga dong, seenggaknya beri gue kesempatan sedikit aja untuk bersama Lea. Sadar diri dong Ca, Lo kayak gini sama aja Lo nyakitin gue dan juga nyakitin Lea yang merupakan pacar gue. Sampai kapan Lo akan menyiksa hubungan kami kayak gini?"

"Menang nya gue ngapain sih? Gue nggak ngapa-ngapain Vin, gue nggak melarang Lo punya pacar. Jadi salah gue sekarang itu di mana? Gue salah kalau gue nyuruh lo putusin Lea, tapi satu tahun berlalu Lo tetap aja masih sama dia kan? Itu tandanya apa? Tandanya gue nggak mempermasalahkan perihal ini. Lo nggak usah ngomong gitu dong, seolah-olah gue yang jahat disini." Jawab Layla yang tak terima dengan ucapan dari Kelvin tadi itu.

Ia benar-benar tak pernah sama sekali menyadari bahwa selama ini hubungan Kelvin itu Tidak pernah tenang karena dia yang selalu minta untuk di dahulukan daripada Lea.

"Dan apa Lo tahu bahwa satu tahun hubungan kami berjalan, bisa di hitung jari waktu kebersamaan kami dan semuanya itu karena Lo Ca! Kapan sih Lo sadarnya? Kapan Lo akan lepasin gue dari jerat Lo ini? Kalau boleh jujur, gue muak sama Lo, tapi gue juga nggak bisa melakukan apapun untuk melarikan diri dari jerat Lo ini."

"Entah, gue nggak mau mempedulikan tentang hubungan Lo dan juga Lea itu. Dan satu lagi, gue akan tetap seperti ini sampai Lo dan Lea putus." Ucap Layla, setelah mengatakan itu ia langsung saja memutuskan sambungan telpon secara sepihak.

Hal seperti ini selalu terjadi setiap malam dan benar-benar sangat memuakkan sekali bagi Kelvin. Terlalu banyak kata Andai yang selalu ia Katakan setiap kali merasa terancam dengan Layla.

Ponsel milik Kelvin berdering tanda ada pesan masuk, Kelvin bergegas membuka pesan tersebut takutnya itu adalah orang dari Lea.

Tapi harapan dari Kelvin itu pupus ketika melihat nama pengirim pesan tersebut.

From: Layla Aca Salsabila

Besok jangan lupa jemput gue! Jangan telat walau satu detik pun!