webnovel

Bab 9

Aku semakin takut saat Mrs. Felton membuka pintu sebuah ruangan tanpa mengetuknya. Tapi kemudian aku bernapas lega saat pintu terbuka menampilkan sebuah ruangan yang aku tebak sebagai kantor tempat kerja Steve. Di sana tidak ada Steve. Ruangan itu kosong. Tidak ada siapa-siapa.

Yeah, aku lega meski aku tahu apa pun yang terjadi Mrs. Felton akan menemui Steve. Dan Steve juga akan berhadapan dengan ibunya. Lega ini hanya sementara, aku tahu itu.

Yang bisa aku lakukan, akan aku lakukan. Seperti berusaha membuat Mrs. Felton tidak memarahi Steve. Aku ingin membuatnya merasa lebih tenang.

Tapi ketika aku berniat melakukan itu, karena mengira Mrs. Felton akan menunggu Steve di ruangan ini, Mrs. Felton malah segera keluar dari ruangan.

Aku yang tidak ingin ketinggalan segera mengikutinya. Aku juga tidak berani bertanya kenapa beliau tidak menunggu Steve di sana. Aku jadi ragu kalau ruangan tadi adalah kantor Steve.

Mungkin saja kantor Steve berada di ruangan lain.

Kami kemudian sampai pada satu pintu ganda yang berukuran lebih besar. Aku hanya menonton Mrs. Felton membuka pintu itu yang tampaknya berat. Tapi Mrs. Felton terlihat biasa saja.

Lalu saat pintu terbuka sepenuhnya dan menampakkan isinya, aku membelalakkan mataku. Di sana aku melihat Steve. Dan dia tidak sendirian.

Ada belasan orang di dalam ruangan itu bersama Steve.

Aku seketika mengerti apa yang baru saja terjadi ketika mata mereka yang ada di dalam ruangan menatap ke arahku dan Mrs. Felton.

Aku mengerti Mrs. Felton ingin sekali bertemu putranya. Tapi aku tidak menyangka beliau sampai mengganggu kegiatan meeting yang sedang di hadiri putranya.

Aku tiba-tiba merasa ingin menghilang menjadi hembusan angin. Tapi aku tidak bisa melakukan itu dan hanya bisa menampilkan wajah menyesal yang kentara pada Steve.

Benar-benar kacau.

"Ada apa ini?" Pria paruh baya di sebelah kanan Steve bersuara mewakili yang lainnya.

"Mom?" Steve berhasil membuat Mrs. Felton dikenali.

Aku bisa mendengar mereka menyebut-nyebut Mrs. Felton.

"Mom mau bicara," kata Mrs. Felton seolah tidak terganggu dengan pandangan orang-orang.

Dan begitulah Steve membubarkan meeting nya. Aku mengambil peran menjadi patung saat orang-orang keluar dari ruangan, saat mereka melewatiku dengan mata yang penasaran.

"Apa yang ingin Mom bicarakan?" tanya Steve setelah melihatku sekilas.

Aku sampai ragu kalau dia sebenarnya tahu apa yang terjadi. Steve tampak tenang dengan kedatangan ibunya yang sudah pasti hanya karena rencana pembatalan pertunangan antara kami gagal. Steve seperti sudah menduga ini.

Atau sebaliknya dia mengira misiku berhasil dan ibunya akan memberi tahu langsung padanya. Tapi aku yakin sudah mengeluarkan ekspresi gelisah. Seharusnya dia sadar aku bukan menampakkan ekspresi yang baik. Yang berarti bukan sesuatu yang bagus telah dan akan terjadi.

"Katakan pada Mom, apa yang kau lakukan sampai Helen mau membatalkan pertunangan kalian. Padahal Mom sudah menetapkan tanggal acaranya."

Aku melebarkan mataku saat mengetahui fakta Mrs. Felton telah menetapkan tanggal pertunangan. Beliau tidak memberi tahu aku sebelumnya tentang ini.

Lalu aku melihat Steve yang terdiam.

"Mom," ucapanku terputus karena Mrs. Felton menghentikan ku dengan mengangkat telapak tangannya.

"Mom kecewa padamu Steve."

Meski samar, aku bisa melihat kegetiran di wajah Steve dari matanya.

Aku juga tidak mengira seperti ini cara Mrs. Felton memarahi Steve. Sebelumnya aku mengira beliau akan main tangan karena tampak marah sekali sampai-sampai aku tidak dihiraukannya selama berada di gedung ini.

Namun yang terjadi Mrs. Felton tidak membentak Steve sedikitpun.

Dan entah kenapa aku merasa itu tidak jauh lebih baik karena itu aku langsung berseru.

"Dave yang menyuruhku melakukan ini! Steve tidak ada hubungannya, Mom!"

Aku menahan napas saat Steve dan ibunya melihatku dengan terkejut.

*****

"Aku tidak akan menghalangimu, tapi Mom tidak akan mudah mengubah keputusannya. Dan kemungkinan dia akan marah besar." Steve berkata dengan menatapku membuatku sejenak menjadi kaku karena tatapannya.

Aku berusaha membalas dengan baik, "Kalau menurutku, Mrs. Felton memang sulit untuk menghadapinya. Tapi entah kenapa aku yakin tidak akan dimarahi olehnya. Jujur aku malah khawatir kemarahannya hanya akan tertuju padamu."

"Kalau begitu, tinggal alihkan saja kemarahannya padaku." Dave mengambil perhatianku.

"Hah?" responku dan Steve.

"Tinggal katakan saja jika aku yang menyuruhmu untuk membatalkan pertunangan."

Aku menggeleng tidak habis pikir dengan saran Dave.

Dia melanjutkan entah karena setelah melihatku menggelengkan kepala atau melihat Steve yang muram, "Aku bukannya melakukan itu tanpa alasan. Lagi pula memang kenyataannya, aku memang sempat menyuruhmu."

"Yang pasti aku akan berusaha, ku usahakan agar berakhir dengan baik."

Aku sudah memutuskan untuk berusaha.

*****

Steve terkejut karena aku berseru tiba-tiba. Sedangkan Mrs. Felton terkejut karena selain aku yang mengeraskan suara, aku juga menyebut seseorang sebagai tersangka.

"Dave?" gumam Mrs. Felton.

Aku melihat kerutan di dahi Mrs. Felton.

"Apa yang kau katakan Helen?" Mrs. Felton akhirnya menghiraukanku. Tapi tentu saja itu bukan berarti masalah akan selesai. Justru aku harus menjelaskan perkataan ku tadi.

"Tidak Mum." Steve kembali mengambil perhatian Mrs. Felton.

Aku merasakan firasat buruk.

"Aku yang salah," lanjut Steve.

Aku tidak bisa merasa lebih frustrasi lagi. Aku sengaja menyebut Dave untuk membuat Steve tidak menjadi target ibunya. Tapi Steve membuat itu sia-sia.

Padahal aku juga butuh keberanian lebih untuk menyalahkan Dave. Yeah, aku tetap merasa tidak enak hati. Tentu saja aku bukan orang yang senang menyalahkan orang lain.

Namun aku akhirnya mengerti perasaan Steve. Padahal aku saja merasa tidak enak hati. Apa lagi Steve yang mungkin merasa dirinya jahat karena mengorbankan orang lain untuk dirinya sendiri.

Oh, Steve. Kau benar-benar pria baik. Dan lagi, jangan lupa Dave sendiri yang meminta ini.

"Jadi kau tahu Helen akan membatalkan pertunangan kalian?" tanya Mrs. Felton pada Steve.

Steve tidak langsung menjawab.

"Mom tidak tahu bagaimana Dave bisa terlibat. Tapi Mom merasa, kau tahu ini akan terjadi?"

Steve terdiam. Aku bisa merasakan kemarahan Mrs. Felton. Dan itu menakutkan. Apa lagi bungkamnya Steve justru menambah kemarahan Mrs. Felton.

Lebih lagi saat aku melihat telapak tangan Mrs. Felton terangkat. Aku membelalakkan mataku.

Dan sekejap aku sudah berpindah tempat.

Seketika rasa sakit mendera kepala dan sebelah kiri leherku.

"Helen, astaga!"

Aku memejamkan mataku. Tubuhku goyah tapi tidak sampai terjatuh.

"Apa yang kau lakukan?!" Seru Mrs. Felton.

Aku membuka mataku sedikit saat merasakan sepasang tangan yang menyentuhku. Ternyata itu tangan Mrs. Felton. Ekspresi nya campur aduk dan aku menebak apa yang beliau rasakan.

Mrs. Felton terkejut, khawatir dan gelisah. Jangan lupa dia juga merasa geram.

Aku belum menjawab pertanyaan Mrs. Felton dan hanya menahan rintihan. Sentuhan beliau sedikit membuatku lebih baik.

"Steve tinggalkan kami di sini." Mrs. Felton berkata tanpa melihat ke arah Steve. Beliau memusatkan perhatiannya padaku.

"Tapi.." sedetik kemudian Steve yang juga terkejut tidak melanjutkan ucapannya dan menuruti ibunya keluar dari ruangan atas kemauannya sendiri.

Lalu aku bisa merasakan pelukan di tubuhku. Ternyata Mrs. Felton memelukku.

Aku memproses kejadian yang baru saja terjadi.

*****

Kalau kalian suka dengan novel ini jangan lupa untuk komentar ya wahai pembaca yang baik hatinya :)

Dwi_Nacreators' thoughts