webnovel

Bab 17

"Badan Helen terlalu kurus. Jadi harus banyak makan." Ibu Steve menolak setuju dengan perkataan Dave yang mengatakan jika Helena akan gemuk dengan porsi makan seperti ini.

Helena tertawa canggung. "Benar, aku juga tidak akan langsung gemuk hanya karena satu kali makan."

Dave menarik satu sudut bibirnya. Tersenyum miring.

"Kau yakin ini tidak akan terulang? Kau akan mulai tinggal di sini kan untuk seterusnya?"

Pertanyaan Dave membuat Helena berpikir, jika satu kali ia memang tidak akan langsung gemuk.

Helena menatap porsi makannya di atas piringnya. Tapi Nyonya Steve kemungkinan besar akan memperlakukannya seperti ini terus bukan? Dan saat itu mungkin tubuhnya akan melebar.

Jangan salah jika mengira Helena takut gemuk karena peduli penampilan. Tapi sebenarnya ia sadar jika gemuk atau obesitas itu buruk untuk kesehatan di masa tua dan membawa banyak penyakit.

"Mom, lain kali tidak perlu mengambilkan makanan untuk Helen. Siapa tahu ada makanan yang kurang ia sukai tapi tidak bisa menolaknya karena Mom yang memberi." Steve ikut menyahut, sadar jika Helena mungkin tidak nyaman.

Ibu Steve cemberut saat anaknya juga ikut-ikutan. Ia memandang Helena. "Apa ada yang tidak kau sukai di piringmu, sayang?"

Helena baru akan menggelengkan kepalanya tapi tidak sempat karena Steve yang menjawab untuknya. Meski jawaban Steve itu sepenuhnya berbeda dengan keinginan Helena.

"Helen mungkin mengatakan tidak ada yang tidak ia sukai, tapi Mom tahu kan, seperti apa sifat Helen?"

Helena mengedipkan matanya. Maksudnya apa ya? Ia ingin bertanya pada Steve. Memangnya sifatnya seperti apa di mata Steve?

Ibu Steve menghela napas mendengar balasan dari anaknya. Ia memandang Helena lagi. Sepertinya hanya ia yang paham perkataan anaknya.

"Helen sayang, lain kali kamu boleh pilih makanan sendiri yang kamu suka, ya. Jangan malu-malu."

Helena tersenyum dan mengangguk sebagai balasan perkataan ibu Steve padanya. Ia akhirnya mengerti maksud Steve. Helena memiliki sifat menyenangkan orang lain tanpa memedulikan keinginannya sendiri.

Lalu acara makan bersama yang terdiri dari sepuluh orang itu berlanjut dan selesai setelah semuanya menghabiskan makanan di piring masing-masing.

*****

"Steve, Dave, kalian berdua tinggallah di sini juga," ucap ibu Steve kepada dua pria yang hendak pamit kembali ke apartemen masing-masing.

Steve berpandangan dengan Dave. Lalu keduanya kembali beralih memandang pada Nyonya Felton bersamaan.

"Mom, aku sudah terbiasa di apartemen jadi-" ucapan Steve terpotong oleh ibunya sendiri.

"Kalau Dave?" tanya ibu Steve yang mengabaikan anaknya.

Ia sudah menebak jawaban dari anaknya tapi tetap kecewa saat keinginannya ditolak. Kali ini ia berharap Dave mengabulkan keinginannya.

Dave yang ditanya malah memandang ke arah Helena yang berada di samping ibu Steve. Helena mengangkat sebelah alisnya.

Kenapa melihatku? tanya Helena tapi tidak ia ungkapkan.

Dave memandangnya tajam sebelum raut wajah kembali datar saat menatap ibu Steve.

"Baiklah. Aku akan mengambil barang-barangku dulu di apartemen."

Jawaban Dave membuat Steve terkejut dan ibu Steve tersenyum cerah. Sedangkan Helena tidak memiliki ekspresi berarti karena ia tidak memahami pria itu.

"Kau serius?" tanya Steve memandang Dave dengan tatapan tidak percaya.

Dave mengangguk dan menjawab, "Tidak ada alasan untuk menolak."

Sebenarnya Dave memiliki niat untuk mengawasi Helena. Ia tidak akan membiarkan wanita itu begitu saja. Entah apa yang akan dilakukan Helena selanjutnya di keluarga Felton. Karena itu, tawaran ibu Steve menjadi kesempatan untuk Dave.

"Oh, oke." Steve tidak bertanya lagi meski ia penasaran dengan tindakan Dave itu.

Mereka berdua akhirnya pergi setelah berpamitan.

*****

Saat ini Steve tengah mengemudi dan di kursi sebelahnya di duduki oleh Dave. Rencananya Steve akan mengantarkan Dave ke apartemennya Dave sebelum ia pulang ke apartemennya sendiri.

Apartemen mereka memang berbeda alamat.

Steve berusaha untuk tidak memikirkan alasan Dave menerima tawaran dari ibunya. Tapi hal itu tidak berhenti menganggu pikirannya.

"Dave," panggil Steve.

Menghilangkan kesunyian di dalam mobil yang ada sejak mereka berdua masuk ke dalamnya.

"Hm," gumam Dave sebagai respon ia mendengar panggilan orang di sampingnya.

Tapi setelah mendapat balasan itu Steve malah diam. Ia seolah bingung bagaimana memulai pembicaraan dengan Dave. Hal yang jarang terjadi.

Dave yang menyadari hal itu mengangkat sebelah alisnya dan akhirnya bertanya, "Ada apa?"

Orang yang pandai berkomunikasi seperti Steve ternyata bisa seperti itu. Padahal Dave yang pendiam saja tidak pernah bingung bagaimana memulai pembicaraan.

Yah, mungkin karena Dave orangnya blak-blakan.

Steve tampak berpikir berkali-kali sebelum akhirnya menjawab, "Tentang permintaan Mom sebelumnya padamu, tidak seperti dirimu yang biasanya menolak. Ini bukan pertama kalinya Mom menawarkan itu, kau tahu maksudku kan? Apa ada alasan khusus?"

"Apa aneh kalau aku menerima permintaan ibumu?" Dave bertanya balik.

"Sangat aneh." Steve menjawab pasti.

Dave menarik salah satu sudut bibirnya, membuat Steve mengerutkan alis melihatnya. Apa lagi yang ingin dilakukan sepupunya ini?

"Kalau kau ingin tahu kenapa kau tidak ikut aku saja? Terima permintaan ibumu dan tinggal di kediamannya." Dave berkata masih dengan senyum khasnya. Ia tidak berniat memberitahu alasannya yang sebenarnya.

Steve terdiam dengan alis berkerut. Berpikir apa yang mungkin menjadi alasan Dave. Matanya yang menyipit melihat ke arah Dave. Ada satu hal yang ia curigai.

"Dave, jangan bilang ini berkaitan dengan Helena?" tanya Steve tepat sasaran. Ia menebaknya karena sebelumnya memang tidak ada Helena diantara mereka dan sejak Helena datang, Dave banyak bertindak seenaknya.

Dave hanya bergumam tidak jelas dan melihat lurus ke depan. Ia tidak membantah tapi tidak juga mengiyakan. Namun bagi Steve, balasan seperti itu sudah cukup. Ia sudah terbiasa dengan semua keanehan sepupunya itu.

"Memangnya ada apa dengannya?" tanya Steve lagi.

Dave tidak menjawab.

"Kau membencinya, ya?" tebak Steve.

"Tidak masalah aku membencinya atau tidak." Dave membalas dengan nada dingin.

Steve sudah terbiasa dengan sifat dingin Steve, ia bertanya lagi, "Lalu?"

"Tidak akan kuberitahu." Dave menjawab dan menutup kesempatan Steve untuk tahu jawabannya.

Steve yang mendengar itu kesal. "Dave," panggilnya memberi peringatan.

"Kalau aku bilang aku ingin mendominasi kasih sayang Mrs. Felton apa yang kau lakukan?"

Steve bengong, "Apa?"

Seperti Steve yang mengenal Dave dengan baik. Dave juga mengenal Steve dengan baik.

Ibunya adalah kelemahan Steve yang nyaris sempurna ini. Tidak akan ada yang menyangka seorang pria sempurna seperti Steve ternyata adalah anak yang manja pada ibunya.

"Kau tahu, Helena juga termasuk. Bibi memperlakukan kita dengan kasih sayang yang sama. Tapi kenapa ya, aku khawatir kasih sayang yang diberikan padaku dan padamu akan sepenuhnya diberikan pada Helena."

Dave tersenyum saat melihat ekspresi Steve yang terpengaruh oleh perkataannya. Satu kalimat lagi dan ia berhasil mengelabui Steve.

"Karena aku tidak mau kasih sayang milikku direbut jika aku tidak didekat bibi makannya aku menerima permintaannya."

*****

Terimakasih sudah membaca ceritaku ini juga jangan lupa untuk komentar ya wahai pembaca yang baik hatinya ;)

Dwi_Nacreators' thoughts