"Sah!"
Seru beberapa saksi yang di undang untuk menyaksikan pernikahan mereka.
"Alhamdulillah"
Semua orang di dalam bangsal saling memanjatkan syukur.
Saat itulah Maya membimbing Alina keluar dari balkon menuju ke bangsal.
Di sana sudah ada beberapa orang yang menyesaki tempat tersebut.
Alina dapat melihat tatapan bahagia neneknya yang bahkan mata tuanya tampak berkaca-kaca karena terharu.
Hal yang sama juga terjadi pada Irsyad, kakeknya Zayyad yang tampak sangat puas dan bahagia melihat cucunya yang akhirnya menikah.
Beberapa orang yang di undang sebagai saksi pernikahan pun segera undur diri. Karena ini rumah sakit, mereka tidak mungkin berlama-lama.
Meminta izin saja untuk ijab kabul di tempat ini saja sangat susah. Jadi karena pihak rumah sakit sudah memberi izin, mereka tentunya tidak boleh membuat masalah.
Zayyad tampak menakjubkan dalam balutan jas putihnya, yang menonjol kan sepasang bahunya yang kokoh dan mempertegas dadanya yang bidang.
Alina ragu untuk melangkah mendekati pria itu.
Seorang yang sangat membenci pria seperti dirinya, apa yang bisa ia lakukan di situasi seperti ini?
"Alina, ayo cium tangan suami mu sayang"
Tutur neneknya lembut.
Alina seketika menjadi kaku. Maya yang berada di sampingnya dapat melihat hal itu dengan jelas.
Tiba-tiba di ruangan yang hening, ponsel Zayyad berbunyi.
"Baik!"
"Saya akan segera kesana"
Zayyad mengakhiri panggilan, terus berjalan cepat membuka pintu.
Irsyad yang tampak tidak puas dengan tindakan cucunya segera menyuruhnya berhenti.
"Zayyad berhenti!"
Zayyad mau tidak mau berhenti.
"Iya kek?"
"Mau kemana kamu?"
"Maaf kek! Ada urusan penting yang harus segera ku tangani"
Setelahnya Zayyad berlari tanpa berbalik lagi.
Detik itu ketegangan yang di rasakan Alina sirna.
Ia menghela nafas lega, merasa senang karena Zayyad memilih pergi begitu saja.
Dengan begitu ia tidak perlu melakukan apa yang di suruh neneknya.
Diam-diam Alina tertawa bahagia dalam hati.
"Anak itu!" Ketus Irsyad yang terlihat kesal.
"Jangan begitu! Mungkin memang ada urusan penting yang harus ia selesaikan"
Erina berusaha untuk berpikir positif. Walau ia sedikit mengerti apa masalah nya.
"Urusan penting apa? Ini adalah hari pernikahannya, ia seharusnya sudah memiliki beberapa hari cuti"
"Sudah tidak perlu di persoalkan"
Kata Erina lagi yang masih berusaha menenangkan Irsyad.
"Oh, bagaimana dengan cincin pernikahan?"
Maya bertanya dengan polosnya.
"Sudah!"
Alina yang masih sangat puas dengan apa yang terjadi, memamerkan jari manisnya dengan mood yang baik.
"Wah itu berlian kah?"
Maya tidak mampu menyembunyikan kekagumannya ketika melihat batu bening semerah darah yang tersemat di jari Alina.
Alina mengangguk kan kepalanya.
"Kapan Zayyad memakai kan nya padamu nak?" Tanya Irsyad penasaran.
Padahal sejak di mulainya ijab kabul, Alina terus menunggu proses tersebut di balkon. Dan setelah ijab kabul, Zayyad pergi begitu saja.
Kapan Zayyad memiliki waktu untuk memakai kan nya di jari Alina?
"Oh ini aku yang memakainya sendiri"
Jawab Alina santai.
Dalam hati ia merasa jauh lebih baik. Awalnya ia mengira hari ini akan sangat melelahkan. Meski pernikahan mereka di adakan sangat sederhana di bangsal rumah sakit. Ia tak akan mengira itu akan berakhir begitu cepat.
Ini sungguh pernikahan kilat.
___
"Kerja bagus!"
Kata Zayyad yang saat ini sedang berkomunikasi dengan Bakri melalui earphone bluetooth nya.
Sedangkan kedua tangannya fokus menyetir.
"Apa!"
"Kakek menyuruh mu untuk mengatur perpindahan mereka di vila ku?"
"Kenapa kakek tidak mengatakan hal ini padaku lebih dulu"
"Baiklah! Dilantai bawah ada dua kamar tamu yang kosong. Atur itu untuk mereka"
Dan sambungan telepon terputus.
Zayyad dengan kesal memukul setang setirnya.
Sebenarnya beberapa hari yang lalu ia sudah menugaskan Bakri untuk merancang rencana bagaimana caranya ia nanti menikah, tanpa terhubung sedikit pun dengan mempelai wanita.
Dan cincin yang berukuran sangat pas dan terkunci di jari setelah Alina memakainya, ternyata itu juga adalah bagian dari rencana Bakri.
Dengan begitu ia tidak perlu memakaikan cincin tersebut setelah prosesi ijab kabul.
Setelahnya Bakri sudah mengatur pertemuan bisnisnya tepat setelah proses ijab kabul selesai.
Karenanya ia dapat meloloskan diri sekarang.
Sejauh ini ia merasa sangat puas dengan kinerja asisten pribadinya yang merangkap sekretaris nya itu.
Tapi entah kenapa ia merasa sedikit tidak bahagia.
Karena pada akhirnya Bakri gagal menghentikan rencana kakeknya yang membawa dua wanita asing itu pindah ke vila nya.
Memikirkan hidup dengan dua orang wanita di vila besarnya. Entah kenapa mood nya langsung buruk.
Zayyad pun pada akhirnya sampai ke perusahaan dan melakukan pertemuan bisnisnya.
Setelah itu ia langsung memutuskan untuk pergi ke sesuatu tempat.
Tapi sebelum itu ia diam-diam bertukar mobil dengan Bakri.
"Perlengkapan seperti biasa sudah kau atur?"
Tanya Zayyad yang sudah menyerahkan kunci mobilnya pada Bakri.
"Sudah pak!"
Zayyad pun akhirnya masuk kedalam mobil rental yang disiapkan Bakri pada situasi tertentu yang ia butuhkan.
Didalam sana Bakri sudah menyiapkan beberapa barang untuk penyamarannya.
Zayyad mengambil kumis palsu dan memakainya. Memasang rambut wig keriting dan mengenakan kacamata hitam.
Dengan begitu ia siap menyalakan mesin mobil dan pergi.
Mobil tersebut berhenti tepat di sebuah praktek kecil.
Zayyad pun keluar dan masuk kedalamnya.
Seorang pria paruh baya langsung menyambut kedatangan nya.
"Tuan Zayyad"
"Em!"
Keduanya berjabat tangan.
Pria paruh baya tersebut mempersilakan nya duduk di sofa. Biasanya ada asisten yang membantu nya di ruangan.
Tapi setelah mengetahui kunjungan Zayyad, ia sudah menyuruh asistennya itu pergi.
Sekarang di tempat praktek nya itu hanyalah dirinya dan Zayyad.
"Dokter Malazi sekarang aku sudah menikah"
Malazi adalah nama pria paruh baya itu. Ia merasakan psikiater biasa di kota Y tapi memperoleh kepercayaan besar dari seorang Zayyad yang merupakan salah satu orang besar di kota Y.
Tentu saja Malazi tidak lagi terkejut dengan pernyataan Zayyad.
Ia sudah mendengar kabar pernikahan nya yang biasa saja di rumah sakit di surat kabar.
"Jadi dok apa yang harus kulakukan? Sekarang aku akan tinggal bersama dua wanita asing di kediaman ku, yang satu istri ku dan yang lainnya adalah ibu mertuaku"
Sebenarnya rumor yang beredar tentang Zayyad tidak sepenuhnya salah.
Kabar ia seorang gay itu jelas sekali tidak benar.
Tapi rumor yang mengatakan nya memiliki sisi abnormal, yaitu ketakutan pada wanita. Itu benar adanya.
"Sudah saatnya anda membiasakan diri untuk berhubungan dengan wanita. Bagaimana pun anda tidak dapat terus menghindar di sepanjang kehidupan anda. Gynophobia adalah sebuah ketakutan yang membuat anda sedikit abnormal dari pria kebanyakan. Tapi bukan berarti anda akan selamanya hidup dengan ketakutan itu"
Zayyad jika bisa sangat ingin hidup menjadi pria normal seperti yang Malazi katakan.
Tapi apa daya? Ia sejauh ini sudah mencoba keras untuk mengusir ketakutannya. Tapi sayangnya ia tidak dapat melakukannya.
"Lalu apakah anda sudah mempunyai solusi terbaik untuk saya?"
Malazi sebagai psikiater biasa sebenarnya sangat kompeten. Apalagi itu di dukung dari semua pengalaman kerja nya bertahun-tahun.
Tapi ini adalah pertama kali ia menangani kasus seperti Zayyad. Dan ia dapat merasakan itu sedikit sulit untuk ia tangani.
Ia sudah menyuruh Zayyad untuk mencoba mencari psikiater lain. Tapi pria itu bersikeras menolak.
"Pembiasan. Mungkin ini sedikit sulit untuk anda lakukan tapi saya harap tuan Zayyad mau mencobanya"
"Apa itu?"
"Konsep nya sangat sederhana. Seseorang yang awalnya tidak pernah berjalan kaki tentunya sangat menghindari aktivitas tersebut, karena dalam pikirannya, ia tau betapa melelahkan nya berjalan kaki dan itu hanya akan membuat 'tulang kakinya seakan patah' dan pegal. Tapi setelah seseorang itu mencoba membiasakan diri terhadap itu, tentu pada awalnya ia merasakan seperti apa yang ia pikirkan sebelumnya.
"Tapi setelah ia terbiasa melakukan nya secara terus-menerus, tubuh nya perlahan akan membentuk adaptasi khusus terhadap 'jalan kaki' yang pada akhirnya ia tidak akan merasa mudah lelah dan pegal lagi serta perasaan 'tulang yang seakan patah' tidak akan muncul lagi dalam pikirannya"
"Jadi dalam diri anda ini menyimpan ketakutan terhadap wanita, karena anda sudah lama menjaga jarak anda dengan mereka dan mengklaim bahwa mereka semua itu buruk dalam pikiran anda. Tapi cobalah sekarang untuk melakukan beberapa interaksi ringan dengan wanita, tidak perlu terlalu langsung, anda dapat memulai nya dengan beberapa kontak mata dan bicara sepatah kata"
"Mungkin awalnya anda akan merasa gelisah dan takut, tapi setelah anda membiasakan diri dengan itu. Tubuh, kesadaran dan pikiran anda akan ikut beradaptasi dengan kebiasaan anda, secara perlahan ini akan menghapus segala pikiran buruk anda terhadap wanita dan anda akan semakin membiasakan diri terhadap mereka"
"Tapi dok saya masih tidak mampu menyingkirkan pengalaman buruk itu dari ingatan saya"
___