webnovel

#13# Rahasia

Hari ini adalah hari kedua aku sekelas dengan Ara dan berhadapan langsung dengan Ara. Aku ingin mendekatinya seperti teman-teman yang lain. Tapi aku mempunyai ketakutan yang sangat luar biasa jika bertatap mata dengannya. Takut pertanyaan itu keluar dari bibirnya.

'Kenapa kamu menghilang?'

'Kemana saja selama ini? bertahun-tahun aku mencarimu'

Tuhaaann...Apa yang harus kulakukan dengannya jika pertanyaan itu keluar dari bibir manisnya? Apakah aku harus mengatakan yang sebenarnya terjadi bahwa aku terkena Amnesia bertahun-tahun?

Jiwon memegang dan menepuk bahuku menguatkanku. Aku melihat Jiwon dengan anggukan tanda memang persahabatan kami  benar-benar alami dari kecil.

***

"Jiwon Oppa?"

Ara memanggil Jiwon disaat Ara melihat Jiwon menuju kearah kantin. Senyum manis Ara membuat Jiwon menjadi salah tingkah.

"Ooh Ara-ya..."

Jiwon membalas senyum Ara yang mengalihkan perhatian Jiwon pada apapun yang ada sekitarnya. Senyuman Ara membuat eye smilenya terlihat yang disukai banyak pria terutama Jiwon.

"Oppa Mau ke kantin?"

"Iya....Mau makan bareng? Yuuk?"

"Aniyo Oppa"

Ara menatap Jiwon seperti ingin mengetahui sesuatu.

"Waeyo Ara-ya? Kok ngeliatin aku gitu banget!"

"Haru Oppa nggak ikut?"

"Sebentar lagi dia nyusul kok. Yuk kekantin duluan nyari tempat duduk?"

"Oppa? Ara mau tanya sesuatu sama Oppa sebelum Oppa Haru menyusul kita!"

"Waeyo? sepertinya ada rahasia antara kamu sama Haru nih"

Jiwon menggoda Ara yang terlihat serius untuk menanyakan sesuatu padanya dibelakang Haru.

"Oppa ingat teman masa kecil oppa nggak? dia juga teman dekat Ara. Ingat kan Oppa?"

Jiwon menghentikan langkahnya dan menjadi salah tingkah harus menjawab apa tentang teman masa kecil mereka yang itu adalah Haru. 

"Kok tiba-tiba nanyain tentang dia?"

"Oppa ngrasa nggak kalau dia mirip Haru Oppa?"

"Mwoo....!!"

Seketika Jiwon terkejut tiba-tiba saja Ara mengingat teman lamanya yang mirip Haru. Jiwon harus merahasiakan semua ini dari Ara. Jiwon juga merasa bersalah pada Ara karena telah membohongi Ara tentang Haru. Jiwon merasa lebih baik diam dan pura-pura lupa dengan keberadaan teman masa kecil yang ditanyakan Ara.

"Oppa ingat kan?"

"Ara-ya...!! Oppa udah lupa sama dia, lagian dia sekarang juga berada di luar negeri, Mana mungkin dia mirip Haru?"

"Tapi oppa, wajahnya benar-benar tidak asing bagiku. Benar-benar mirip sama Haru Oppa. Oppa ingat namanya kan? Ara lupa namanya. Dulu dia juga sempat sekelas sama Oppa kan waktu di Sd?"

Ternyata Haru sudah ada dibelakang memperhatikan Jiwon dan Ara. Haru tidak mendengar apa yang mereka bicarakan dari awal namun Haru penasaran kenapa Ara dan Jiwon bisa bersama dan saling dekat tidak seperti biasanya.

"Ara-yaa...Tidak ada temanku yang mirip Ha...Haru.."

Jiwon melihat Haru yang ada dibelakangnya sambil menyebutkan nama Haru, Haru yang mengetahuinya langsung menyuruh Jiwon untuk diam dengan menempelkan telunjuknya kebibir agar Jiwon diam.

"Coba deh Oppa ingat-ingat lagi?"

Ara melihat Jiwon dengan memohon agar Jiwon mengingat temannya yang mirip dengan Haru. Jiwon tidak bisa berkutik karena memang orang itu adalah Haru.

"Ra...Aku lupa, lagian aku sama dia sudah tidak saling menghubungi lagi. Lupakan saja dia. Dia juga sudah lupa sama kita"

"Memangnya Oppa tahu kalau dia melupakan kita? Oppa!!! Dia berjanji padaku untuk menemuiku saat dia kembali nanti. Kita berdua juga punya janji yang hanya aku dan dia yang tahu, jadi Oppa jangan menyuruhku untuk melupakannya!"

"Kamu menunggunya hanya sia-sia Ra, Iya kalau dia memang ingat janji denganmu? kalau tidak?"

"Ara yakin jika dia akan datang menemui Ara. Gomawo Oppa...!!!"

Ara meyakini jika teman masa kecilnya akan datang dan menemuinya kembali untuk menepati janjinya. Sementara Jiwon merasa bersalah telah membohongi Ara untuk menutupi keberadaan Haru.  Ara meninggalkan Jiwon dengan perasaan penuh emosi untuk Jiwon.

***

Tembok yang menjadi sandaranku sudah tidak terasa lagi di punggungku. Dunia seakan runtuh saat aku mendengar Ara mengatakan pernah ada janji dengan seseorang. Aku tidak berharap seseorang itu adalah aku. Jika memang aku adalah orang yang berjanji padanya betapa brengseknya aku mengingkari janji dan membuat Ara menunggu terlalu lama.

Dengan langkah yang sedikit lemah kupaksakan untuk mendekati Jiwon yang melihat kepergian Ara. Aku tahu jika Jiwon juga sebenarnya terpaksa membohongi Ara. Tapi ini hal yang terbaik supaya Ara tidak mengetahui jika aku adalah cowok brengsek yang dia tunggu dengan sia-sia.

"Jiwon-ssi...Gomawoyo!"

Jiwon menolehku dengan tatapan yang kurasa menahan emosi denganku. Aku mendengar semua percakapan mereka yang mungkin adalah rahasia mereka berdua.

"Haru, Sebaiknya kamu berterus terang pada Ara daripada kamu sembunyi seperti ini. Apakah kamu tidak berfikir panjang apa yang akan terjadi jika dia tahu kalau pria yang selama ini dia tunggu adalah kamu! pria yang setiap hari dia lihat ternyata pria yang meninggalkannya dan kembali tanpa menanyakan kabar!"

"Yyaaaa....Jiwon-ssi...!!! Aku baru tahu beberapa minggu lalu setelah mengenal Ara. Ternyata dia adalah gadis masa laluku! Apakah kamu juga tidak berfikir jika dia akan terluka karena sikapku yang angkuh padanya setelah dia tahu tentangku? Aku harap kamu tidak menyalahkanku dengan keadaan yang membuatku bingung seperti sekarang!"

Aku merasakan sakit hati yang sangat dalam karena sudah mengkhianati gadis yang polos. Kurasa Jiwon juga kecewa padaku, dia hanya menghela nafas panjang dan menepuk bahuku.

"Tentang janji itu aku akan mencari tahunya. Mianhe Haru-ya!"

"Ne...Gomawo Jiwon-ssi"

***

Dibawah pohon sakura yang berada di taman sekolah aku memikirkan tentang apa yang harus kulakukan pada Ara. Perkataan Jiwon memang ada benarnya. Setiap hari aku bertemu dengan Ara dikelas musik. Bagaimana jika tiba-tiba Ara mengenalku sebagai pria masa lalunya? Apa yang harus kukatakan padanya nanti.

Tidak sengaja aku melihat kearah jendela kelas. Ternyata Ara membuka jendela melihatku dengan memperlihatkan senyumnya yang sangat manis.

Kuharap jantungku tidak berhenti disini. Melihatnya tersenyum teringat saat dia bernyanyi menari bersama dengan orang-orang di kampungnya. Hanya bermodalkan wortel sebagai mic dan musik dari tipe recorder dia terlihat sangat bahagia.

Aku tahu apa yang harus kulakukan padanya. Tidak salah kan jika aku mendekatinya sebagai senior? bukan sebagai Haru dimasa lalu yang kembali untuk Ara, tapi Haru yang akan menaklukkan hati Ara dimasa depan.

***

"Haru Oppa suaranya merdu banget ya?"

"Besok aku akan memberinya kimchi. Jiwon Oppa juga dekat dengan Haru Oppa. Siapa tahu bisa membantuku"

"Heeeyyy....Tidak usah berharap lebih deh, Jiwon Oppa maupun Haru Oppa tidak akan melirik kalian"

Ara yang lebih memilih diam mulai frustasi mendengar celotehan Gadis-gadis dikelasnya yang membicaran Haru dan Jiwon, akhirnya dia tidak bisa menahan suaranya yang merdu untuk bernyanyi menahan emosinya.

Mereka semua melihat Ara dengan terkesima. Satu kelas terhipnotis oleh suara Ara yang terdengar sangat merdu. Hingga akhirnya teman-temannya mengikuti irama nada dari Ara untuk menggerakkan badan dan kepalanya.

Suara merdu Ara sampai terdengar di kelas lain dan membuat guru disebelah mendengarkan sayup-sayup suara merdu Ara. Untung saja yang berada di kelas sebelah adalah Pak Choi. Ara tidak membayangkan apa jadinya jika yang berada di sebelah kelasnya adalah pak Halim.

"Wuaaaa.....!!! Ara-ya.. suara kamu tidak kalah jauh sama Haru Oppa. Sangat merdu"

"Debut dong debut..!"

Ara hanya tersenyum mendengar teman-temannya menyuruhnya untuk debut. Sebenarnya Ara ingin sekali ikut audisi dan debut. Namun dia masih memikirkan neneknya yang ingin Ara masuk ke universitas dan belajar dengan rajin.