webnovel

Istri Simpanan

Warning: 21+ Mohon bijak dalam memilih konten bacaan. Menikah dengan orang yang tidak kita cintai terasa hidup seperti di neraka. Terlebih lagi mengetahui ternyata sang suami ternyata sudah mempunyai istri. Soo Yin sangat membenci Dae Hyun karena telah membohongi dirinya. Ia mengira Dae Hyun belum memiliki istri sehingga ia mau menikah dengan pria itu. Ikuti terus kelanjutan kisah Soo Yin dengan Dae Hyun. Mohon beri dukungannya, agar Author semangat nulisnya...

Nayya_Phrustazies · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
628 Chs

Bab 38 - Bertemu Mertua

Soo Yin tidak bertanya kemana pulang yang di maksud oleh Dae Hyun. Ia berpikir mungkin pulang ke villa Pyeongchang-dong. Soo Yin mengerutkan keningnya saat mereka justru sudah berada di UN Village, tempat tinggal Dae Hyun dan Aeri.

"Untuk apa kau membawaku kemari?" tanya Soo Yin.

"Orang tuaku pulang ke Korea, sehingga Aeri menyuruhku untuk makan siang di rumah," ujar Dae Hyun yang masih di belakang kemudi.

"Lalu kenapa kau mengajakku?" Soo Yin menautkan kedua alisnya. Tidak mungkin membawanya ke kediamannya untuk mengumumkan hubungan mereka.

"Kau tidak bermaksud mengumumkan hubungan kita kan?" Soo Yin belum siap jika semua orang tahu. Mentalnya masih terlalu lemah. Konon mental istri kedua itu harus sekuat baja karena akan banyak orang yang mencibirnya.

"Tidak perlu khawatir. Aku ingin kau berkenalan dengan mereka," ujar Dae Hyun sembari membelai pipi Soo Yin dengan lembut.

"Untuk apa? aku belum ingin bertemu dengan orang tuamu. Lagi pula apa Aeri tidak akan curiga jika aku ikut bersamamu?" ujar Soo Yin.

"Tidak apa, aku akan memperkenalkanmu sebagai sekretaris pribadiku. Untuk masalah Aeri curiga atau tidak, aku tidak peduli." Dae Hyun langsung ke luar dari mobil tanpa mendengarkan jawaban Soo Yin yang menolak.

Dengan paksaan Dae Hyun agar ikut masuk ke dalam rumah itu, Soo Yin akhirnya turun dari mobil. Saat di pintu masuk ada beberapa pelayan yang menyambut mereka.

Soo Yin mengikuti langkah Dae Hyun di belakangnya, tidak berani jalan beriringan terlalu dekat. Dae Hyun membawanya ke ruang makan yang luas dan mewah. Terdapat lampu kristal di atas meja makan yang berwarna keemasan.

Ternyata semua orang telah berkumpul di ruang makan. Ada Park Ji Hoon beserta istrinya yang tidak lain adalah kedua orang tua Dae Hyun. Ada juga Aeri yang langsung menyambut kedatangan suaminya.

Soo Yin memalingkan wajahnya ke arah lain. Tidak sanggup melihat saat Aeri menyapa Dae Hyun dengan penuh manja. Tanpa sadar mengepalkan jemarinya dengan kuat hingga kukunya menancap di telapak tangan. Sungguh dirinya seperti orang asing saat berdiri di antara mereka.

Dae Hyun juga menyapa dan memeluk secara bergantian kedua orang tuanya. Langsung duduk berseberangan dengan Park Ji Hoon.

"Siapa dia?" tanya Ny. Park saat melihat ada Soo Yin yang masih berdiri di belakang kursi.

"Ternyata kau bersama dengan sekretarismu." Belum sempat Dae Hyun menjawab pertanyaan ibunya, Aeri sudah menyerobot.

"Kenalkan, dia Soo Yin. Sekretaris baruku yang menggantikan Eun Bee," ujar Dae Hyun.

Soo Yin membungkukan badanya dengan sopan sembari tersenyum simpul.

"Kenapa kalian bisa bersama?" tanya Park Ji Hoon.

"Kami baru saja dari bandara mengantarkan Mr. Peter Anderson saat Aeri menghubungiku. Sehingga aku membawanya kemari," ujar Dae Hyun menjelaskan.

"Kalau begitu mari makan siang di sini bersama kami," ujar Ny. Park dengan ramah.

"Terima kasih, tapi ...." ucap Soo Yin ragu. Tidak menyangka ternyata ibu mertuanya sangat ramah. Padahal tadi sempat berpikir kalau ibunya itu bakalan cuek.

"Ayo, silahkan duduk." Ny. Park mempersilahkan Soo Yin agar duduk di samping Jo Yeon Ho. Bersebarangan dengannya.

Soo Yin akhirnya menurut karena perutnya juga terasa sudah lapar. Pagi tadi tidak sempat untuk makan.

"Kakak, senang bertemu kembali denganmu," ujar Jo Yeon Ho dengan tersenyum ramah.

"Aku mendengar dari ayahmu kau semalam demam. Apa sekarang sudah sembuh?" tanya Soo Yin basa-basi. Meski tidak terlalu menyukai Jo Yeon Ho namun dirinya tetap bersikap ramah padanya.

"Sudah, aku hanya merindukan tidur bersama Ibu dan Ayah," jawab Jo Yeon Ho.

Soo Yin hanya tersenyum getir tanpa mengatakan apapun lagi. Menahan emosinya agar tidak cemburu.

Ada begitu banyak hidangan yang tersedia di meja. Mulai dari Kimchi, Kimbap, Bulgogi, Japchae, sup rumput laut atau Miyeok Guk. Ada juga minuman Soju.

Soo Yin hanya memandangi Aeri yang tengah mengambilkan makanan untuk Dae Hyun. Sesuatu yang mungkin tidak pernah dilakukannya selama ini kepada suaminya. Segera memandang ke arah lain saat kepergok Dae Hyun tengah mengamati mereka.

'Sabar, Soo Yin, suamimu hanya berpura-pura saja,' ~ batin Soo Yin berbicara dengan dirinya sendiri.

"Biarkan aku mengambil sendiri," ujar Dae Hyun sembari menarik piringnya. Merasa tidak enak hati saat melihat Soo Yin.

"Tidak apa-apa, bukankah wajar seorang istri melayani suaminya? iyakan, Bu?" ujar Aeri seraya memandang Ny. Park.

"Tentu saja," jawab Ny. Park yang juga tengah mengambilkan makanan untuk suaminya.

"Soo Yin, jika kelak kau menikah, kau juga harus melakukan seperti ini juga untuk suamimu," ujar Aeri sembari memandang Soo Yin.

Deg ...

Deg ...

"Hmmm." Soo Yin hanya pura-pura tersenyum sedikit.

Dae Hyun merasa heran dengan perilaku Aeri hari ini yang berbanding terbalik sangat jauh dari biasanya. Mungkin ada sesuatu yang dia rencanakan.

Soo Yin hanya diam memandang piringnya yang masih kosong. Tiba-tiba saja Jo Yeon Ho menaruh nasi di piringnya beserta dengan Kimchi. Soo Yin menoleh untuk melihat anak itu.

"Kakak, biarkan aku mengambilkan untukmu," ujar Jo Yeon Ho meski kesusahan meraih makanan namun anak itu tetap berusaha mengambilkan.

"Terima kasih, kau sungguh anak yang baik." Soo Yin mengusap rambut Jo Yeon Ho. Berusaha menerima keadaan yang tengah terjadi.

"Kalian saling kenal?" tanya Aeri.

"Iya, aku sering bertemu Kakak di hotel. Minggu lalu kami bahkan pergi jalan-jalan ke taman," jawab Jo Yeon Ho dengan logat khas anak-anak.

"Jalan-jalan?" tanya Aeri. Dae Hyun tidak pernah mengatakan apapun padanya.

"Iya, tanpa sengaja kami bertemu," ujar Dae Hyun untuk mencari alasan yang tepat agar mereka tidak mencurigainya. Bukan tidak ingin mengenalkanya si depan orang tua mereka namun Dae Hyun saat ini belum siap.

"Kami ke taman yang waktu dulu kita pernah ke sana," timpal Jo Yeon Ho dengan wajah sumringah. Nampak sekali kalau waktu itu sangat senang.

"Yeon Ho, makan dulu, nanti saja ceritanya." Dae Hyun mengalihkan pembicaraan agar putranya menghentikan ceritanya.

Jo Yeon Ho mengangguk patuh, mulai menghabiskan makanannya dengan lahap. Sedangkan Soo Yin hanya makan sedikit sembari mengacak-acak makanan yang ada di piringnya. Yang tadinya perutnya lapar sekarang tidak berselera makan.

Ditambah lagi saat Aeri tetap memaksa untuk menyuapi Dae Hyun meski pria itu berusaha keras untuk menolak. Membuat Soo Yin ragu apakah yang diceritakan Dae Hyun padanya, kalau tidak mencintai Aeri. Namun nyatanya semuanya sedikit berbanding terbalik dengan kenyataan.

Dae Hyun memang tidak bisa menunjukkan ketidaksukaannya pada Aeri bila di depan putranya. Apalagi ada orang tuanya saat ini yang membuatnya tidak berkutik.

"Aku sebaiknya kembali ke hotel," ujar Dae Hyun sembari memandang jam di tangannya yang sudah menunjukkan hampir pukul dua siang.

"Sebaiknya kau tidak usah kembali, biarkan saja bawahanmu yang melakukan pekerjaan lainnya," ucap Park Ji Hoon

"Tapi aku harus mengantarkan Soo Yin, Ayah," tolak Dae Hyun.

"Bukankah dia bisa kembali menggunakan taksi?" ujar Ny. Park

"Iya, aku bisa kembali naik taksi," ujar Soo Yin kemudian berdiri.

"Aku hanya mengantarnya sebentar," ujar Dae Hyun bersikeras untuk mengantarkan Soo Yin. Tidak tega jika membiarkan istrinya pulang sendirian.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri," tolak Soo Yin.

"Sudahlah, tidak apa-apa," ujar Dae Hyun

Setelah berpamitan kepada semua yang ada di ruang makan. Soo Yin dan Dae Hyun langsung pergi meninggalkan UN Village.

Selama dalam perjalanan Soo Yin hanya berdiam diri. Melihat pemandangan yang ada di luar.

"Kau akan pulang kemana?" tanya Dae Hyun.

"Seharusnya kau tidak perlu mengantarku. Aku bisa pulang sendiri naik taksi," ucap Soo Yin tanpa memandang ke arah Dae Hyun.

"Maaf, jika tadi membuatmu tidak nyaman," ujar Dae Hyun. Dirinya tahu kalau Soo Yin pasti saat ini sedang kesal.

"Tidak masalah, mungkin aku harus belajar mulai sekarang," ucap Soo Yin sembari menatap suaminya.

"Antarkan aku pulang, aku ingin istirahat," sambung Soo Yin saat Dae Hyun hendak membelokkan mobilnya ke arah jalan menuju hotel.

"Baiklah." Dae Hyun menuruti permintaan istrinya.

Setelah mengantarkan Soo Yin di villa Pyeongchang-dong, Dae Hyun tidak segera pulang. Terus mengikuti langkah Soo Yin sampai ke kamar.

"Dae Hyun, cepat pulang sana!" usir Soo Yin.

"Aku tidak akan pulang sebelum kau tidak marah lagi," ujar Dae Hyun sembari memeluk Soo Yin dari belakang.

"Aku tidak marah," ujar Soo Yin dengan singkat. Berusaha melepaskan tangan Dae Hyun yang melingkar di pinggangnya.

"Kau bohong," ujar Dae Hyun sembari membalikkan tubuh Soo Yin. Menatap matanya yang memerah.

"Aku hanya kesal," ujar Soo Yin dengan jujur. Percuma saja bohong karena Dae Hyun tidak akan percaya.

"Maaf." Dae Hyun segera memeluk Soo Yin. Merasa bersalah karena sudah mengajaknya ke UN Village.

"Sudahlah, aku tidak apa-apa. Sebaiknya kau cepat kembali pulang," ucap Soo Yin mengusap punggung Dae Hyun agar tidak perlu mengkhawatirkan perasaannya.

"Tapi kau harus berjanji tidak akan marah denganku?" Dae Hyun melepaskan pelukannya.

"Iya, janji," ujar Soo Yin.

Setelah memastikan kalau Soo Yin tidak marah Dae Hyun segera pergi. Tidak lupa mengecup bibir ranum istrinya sekilas.

Bersambung....

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Hai, para Readers jangan lupa untuk mendukung cerita ini. Kasih rate bintang 5 dan reviewnya ya... Biar mimin tambah semangat nulisnya...

Terimakasih.. 😄😄😄