Raleigh dan Alameida

Matahari telah memanjat naik ke cakrawala saat Old Duke Rayleigh sampai di Obsidian Port City. Tadinya, ia ingin pergi ke kediaman cucunya dulu, tapi ia mengurungkan niatnya setelah mendengar nasihat istrinya yang berkuda di sebelahnya.

“Sebaiknya kau selesaikan semua urusan formal dulu sebelum berkunjung ke tempat Liam dan istrinya. Liam sedang menyembuhkan diri, dan istrinya sedang hamil besar. Kau mau melibatkan mereka ke urusan pemerintahan?”

Suara Alameida terdengar lembut dan manis, tapi di telinga Rayleigh yang sudah hapal dengan nada bicara wanita itu, ia tahu wanita itu sedang mengomel.

“Aku tahu,” ucap Rayleigh dengan suara rendah.

“Oh, Ray… jangan terlalu kaku seperti itu. Sudah lama kita tidak bertemu. Mengobrol-lah denganku,” Alameida mengerjapkan mata hijaunya, dan bulu matanya yang panjang bergoyang lembut.

Wanita berambut pirang yang begitu panjang dan dikepang rapi itu mencolek pinggang Rayleigh dengan genit, tersenyum jahil dengan bibir sintalnya.