webnovel

Istri Muda Hot Presdir In Pararel Worlds (IDN)

Stefano Lilipaly Andrew, Presdir kejam pemilik pedang Timbalnurk di Lilipaly Corporation, Peru. Ia memiliki keabadian dalam dirinya, hal itu membuat Andrew frustasi sebab keluarga serta kedua orang tuanya sudah meninggal beberapa puluh tahun yang lalu. Tujuan ia ingin mengakhiri hidup bukan hanya itu saja, melainkan agar pedang Timbalnurk juga ikut lenyap jika ia meninggal. Sebab pedang tersebut tengah menjadi rebutan dengan sang ayah. Pedang Timbalnurk mampu menjadi penghancur ketika dimiliki oleh orang jahat. Dan itulah yang menjadi ketakutan terbesar Andrew jika Ayah tirinya berhasi memiliki Timbalnurk. Maka, semesta akan hancur dengan mengerikan. Seperti yang tertulis dalam kitab Raksanama, keabadian Andrew dan sang Ayah hanya bisa berakhir dengan cincin permata biru. Sayangnya, sampai saat ini Andrew tak kunjung menemukan itu. Satu yang terlintas dalam benak Andrew yakni dunia pararel. Ia mempercayai hal itu dan lekas mencobanya. Sebuah pulau kecil yang berada di Peru menjadi portal dunia pararel. Berbekal dari ilmu teori, akhirnya Andrew memutuskan untuk kabur ke dunia lain agar terbebas dari Ayah tirinya. Namun nahas, beberapa dunia pararel sudah ia datangi. Tetapi di sana juga terdapat sang Ayah. Hingga, di dunia pararel lain ia terbebas dari sang Ayah. Di sana pula ia bertemu dengan Stefani Joanne, perempuan yang juga sedang mencari Presdir Abadi untuk dihabisi. Hal itu tertulis dalam pesan terakhir sang Ibu. Sebagimana tertulis jika Presdir Abadi akan membawa kehancuran bagi bumi dan peradaban dunia di tahun 2533, padahal yang tertulis bukan Presdir. Melainkan ayah tiri Presdir. Stefani salah membaca. Tetapi, keduanya justru terjebak cinta. Cinta terus berkembang di hati mereka. Namun, lambat laun sebuah keanehan tampak muncul dari dalam tubuh Stefani. Yang mana, perempuan itu tidak memiliki darah. Sampai di situ, Andrew tahu bahwa pemilik cincin permata biru adalah Stefani. Lantas, apakah ia akan terus melanjutkan tujuan awalnya untuk mengakhiri keabadian? Atau memilih abadi bersama Stefani yang diam-diam juga ingin menghabisi nyawanya.

Aiir_Andinii · Kỳ huyễn
Không đủ số lượng người đọc
4 Chs

1. Konspirasi Dunia Pararel

Andrew masih terdiam hanyut dalam harapan. Di tepi pulau kecil tersebut ia berdiri, tak ada yang aneh. Semuanya sama. Lantas di mana portal dunia?

"Sudah kuduga jika dunia pararel itu hanyalah ilusi saja. Tapi, jika benar seperti itu mengapa banyak ilmuan yang mengatakan bahwa kita memiliki tujuh kembaran," celetuk Andrew. Ia mulai berkacak pinggang, menatap riak-riak air yang mematahkan bayangan.

"Ah, sungguh menyedihkan."

Itu bukan kali pertama ia datang ke pulau kecil yang ada di Peru. Sudah ratusan kali ia berdiri di situ, ada harapan besar bahwa semesta membawanya menuju dunia pararel.

Gerimis yang tiba-tiba datang tanpa salam membuat Andrew terkejut dan bergegas pulang. Namun, langkahnya tertahan sebab getaran riak yang disebabkan oleh kemunculan ikan. Andrew berbalik badan dan lekas mendekatinya.

"Ikan unik. Hampir seratus tahun aku berada di muka bumi. Tapi, hanya kali ini aku melihatnya." Andrew berujar salut, niat untuk menangkap ikan tersebut pun menggelora dalam dada.

Langkah pertama ia mengendapkan kaki, posisi kuda-kuda pun ia lakoni. Namun, ikan berwarna pelangi tersebut justru kembali ke dasar pulau. Andrew tersungkur ke depan. Ia memaki ikan tadi, keningnya terluka. Darah segar tampak mengalir di sana.

Tapi, Andrew terkejut sebab yang menyambut netranya bukanlah hamparan pulau seperti tadi. Melainkan, gedung bioskop yang berdiri kokoh. Pohon-pohon beringin tumbuh berjajar rapi di tepi jalan. Orang-orang yang melihat Andrew tampak begitu penasaran.

'Astaga, Lord! Berada di manakah aku? Apakah sudah sampai dunia pararel?' batinnya bertanya, sebab ia begitu penasaran.

Andrew berdiri segera, menatap kiri kanan yang mana terdapat bangunan raksasa. Orang-orang terlihat lalu-lalang di tepi jalan. Mobil-mobil era 90-an melaju kencang serta tatapan aneh dari sekitar.

"Hei! Pria bodoh! Kau tak seharusnya berada di sini! Menepilah, ini jalan. Kau bisa tertabrak!" teriak Perempuan yang mengenakan setelan serba hitam.

Ah, tampaknya perempuan itu baru saja dari pemakaman.

"Aku harus lekas cari tahu. Ada di dunia mana aku sekarang."

Andrew pun memutuskan untuk berlari mencari sesuatu. Tatapan aneh masih menemani setiap langkahnya. Mungkin, Andrew tidak sadar jika hari itu ia hanya mengenakan boxer hitam tanpa balutan kaus. Pasalnya, jarak antar rumah dengan pulau kecil tadi hanya beberapa meter saja.

"Aw! Pria gila, dia mesum sekali," ujar perempuan yang sedang berjalan.

"Hei, Nona. Tak selayaknya kau berkata seperti itu. Aku hanya ingin bertanya, ini negara mana. Apakah aku sudah tiba di dunia pararel."

"Astaga, sepertinya dia memang benar-benar gila. Sudahlah, ayo kita tinggalkan saja." Perempuan tersebut beserta rekannya pun melenggang meninggalkan Andrew.

Pria itu menatap punggung dua perempuan muda yang semakin jauh di depan sana. Sesekali, Andrew mengernyitkan dahi, tak tahu dengan maksud tadi. Ia kembali melanjutkan langkah seraya bergeleng kepala.

"Kenapa orang-orang ini. Apa ada yang salah denganku! Ck! rasanya tidak ada, atau jangan-jangan beginilah karakter orang-orang di dunia pararel. Dari buku fisika yang pernah aku baca memang seperti ini."

Andrew berhenti sejenak, ia berniat bertanya pada penggunaan jalan lain. Tapi, yang ia herankan adalah kenapa respon mereka sama.

"Nona, berhenti sejenak. Aku hanya ingin bertanya."

"Nona!"

"Ck!" Andrew menatap mentari yang kian terik hampir berganti hari.

"Lebih baik aku cari makan dulu saja."

Andrew berhenti di salah satu restauran. Di sana ia ikut terkejut juga dengan pantulan gambar yang ada di kaca. Andrew segera berlari keluar, ia merogoh saku celananya sembari memastikan sesuatu.

"Oh Lord! Damn it! Pamorku turun seketika. Kenapa aku lupa tidak mengunakan pakaian yang lebih layak dari ini," gerutunya. Andrew memang terkenal dengan sikap sombong dan kejam.

"Ah, untung masih ada kartu debit."

Dengan niat hati ingin mencari beberapa setel pakaian. Andrew buru-buru masuk menuju tempat perbelanjaan. Ia masuk dengan tergesa-gesa. Jas hitam model lawas, kaus, kemeja, celana panjang dan beberapa lainnya pun turut Andrew masukan ke dalam troli belanja.

Setelah memakai pakaian layaknya pegawai kantor eram 90-an, Andrew pun mendekati kasir guna melakukan pembayaran. Dengan sombongnya, ia menyerahkan debit card pada kasir di sana.

"Saya nota dulu, Tuan."

"Ah, iya nota saja. Nanti kalau ada kembalinya buat Anda saja tak perlu dikembalikan." Tegasnya dengan sombong, sesekali Andrew melihat barang belanjaan yang menggunung.

Beberapa menit kemudian kasir bersua pada Andrew yang berlagak dewa.

"Maaf, Tuan. Debit card Anda tidak terdata di server bank negara ini."

"Apa?"

"Anda jangan mengada-ada ya! Saya bisa tuntut Anda dan menyerahkan kepada pihak kepolisian!" ancam Andrew. Ia sebenarnya sedikit syok sebab kasir yang berhadapan dengannya adalah perempuan cantik lagi muda. Malu, tentu pasti.

"Tuan, debit card ini bukan berasal dari negara kami. Kami tidak bisa memproses pembayaran ini. Mohon lakukan pembayaran menggunakan uang tunai saja." Kasir cantik dengan rambut panjang yang terikat rapi pun geram pada Andrew.

Pria itu masih bersikeras untuk melakukan pembayaran menggunakan debit cardnya.

'Astaga Lord! Sepertinya aku sudah berada di dunia paralel. Lantas, apa yang harus aku lakukan. Mustahil rasanya jika aku berkeliaran tanpa balutan pakaian.'

"Tuan! Mohon maaf, jika Anda tidak bisa melunasi tagihan silakan kembalikan barang belanjaan Anda," ujarnya.

'Sepertinya aku harus melakukan tindakan kriminal,' batin Andrew. Ia pun gegas mengembalikan beberapa barang belanjaannya dan berlari kabur. Andrew berlari sekencang mungkin. Berbekal pakaian kantor serta kacamata hitam. Setidaknya, Andrew sedikit aman.

"Huuftt! Ini sungguh memalukan. Seorang Stefanus Lilipaly Andrew dikejar sebab mencuri pakaian. Ah, padahal aku ini orang terkaya di Peru! Pemilik Lilipaly Corp dengan kekayaan yang tidak akan pernah ada habisnya."

"Tapi, kenapa semua tampak seperti era 90-an. Setelan kantor ini pun tampak jadul," sambungnya.

Andrew merukuk lelah, ritme napasnya kian tak beraturan. Sesekali ia menyeka keringat dan menetralisir detak jantung. Tetapi, kericuhan di pusat perbelanjaan tadi membuat seseorang marah dan berniat mengejar Andrew.

"Aarrgghhh! Sialan!"

Andrew tersungkur ke depan, tubuhnya ambruk meninggalkan nyeri pada lututnya. Belum sempat ia memaki siapa pelaku yang membuat dirinya tersungkur. Tangan mungil sudah menarik kerah kemejanya dengan paksa.

"Bangun!"

"Bangun!"

"Hei! Hei! Hei! Kau ini bisa tidak, berlaku sopan. Saya ini pria terkaya di Lilipaly Corp, perusahaan terbesar di Peru!"

"Bangun!" ketus perempuan mungil yang tingginya saja hanya sedagu Andrew.

Setelah Andrew terduduk, perempuan yang merupakan pegawai toko tadi pun menatap Andrew dengan lekat. Manik mata Hazel bertubrukan dengan hitam kecoklatan milik Andrew, dada Andrew berdegup kencang tak seperti biasanya.

"Anda harus mengembalikan pakian ini atau Anda saya seret ke kantor polisi!"

Andrew justru menyunggingkan senyum, ia tertawa kecil. 'Mungil, tapi padat dan sepertinya kenyal.'

"Berani sekali Anda memperlakukan orang terkaya di Peru sekasar ini!" balas Andrew tak kalah ketus.

"Anda ini orang gila buangan dari negara mana! Sejak tadi, itu terus yang Anda bicarakan. Di Peru, tidak ada perusahaan bernama Lilipaly. Saya lahir di Peru, dan sampai saat ini saya tak mengetahui di mana keberadaan Lilipaly Corp," ujar perempuan tersebut yang tidak secara langsung membuat Andrew lega. Meski nantinya ia harus mendekam di penjara.

"Benar, aku sudah berada di dunia pararel," gumamnya lirih.

Namun, kebahagiaan Andrew tak berlangsung lama. Seorang pria dengan setelan kerjanya melintas pelan di depan mereka berdua. Pria tua yang masih gagah tersenyum datar ke arah Andrew.

'Ayah!' batin Andrew.

Dialog batin pun terjadi juga.

'Sudah kubilang, kematianmu juga ada ditanganku.'

'Kau hanya bermimpi. Lebih tepatnya ada di tangan pemilik cincin permata biru!'

'Satu halaman di kitab Raksanama telah kau lewati rupanya!'

Tak habis pikir dirinya, rupanya itu adalah benar sang Ayah yang juga ada di dunia paralel. Lantas, apa maksud dari kalimat terakhirnya.