webnovel

Bab. 25. Di Rujuk Ke RS.

Pov Sugeng.

Aku membuka mata, terbangun dari mimpi. Yah mimpi anakku bersanding di pelaminan. Aku terkesiap mengingat mimpi itu. Merenung sejenak. Rania nama Wanita itu yang aku jodohkan dengan Ridho. Anak sahabatku sendiri. Aku menyayanginya sejak masih kecil. Di tambah lagi anakku cowok semua. Keinginan untuk punya anak perempuan menguat dari diriku.

Aku pun menjodohkan Ridho dengan Rania. Awalnya Ridho menolak, tapi sedikit mengancam akhirnya Ridho luluh juga. Aku tau anak laki-lakiku pasti akan menurutiku. Aku tau, saat menikah Ridho tak mencintai Rania. Tapi berharap setelah menikah ada cinta yang tumbuh di hati keduanya. Ternyata harapanku salah. Firasatku mengatakan Ridho kembali ke mantan kekasihnya.

Kecurigaan ku muncul, dia jarang membawa Rania berkunjung. Seringnya ia datang sendiri. Di tambah lagi sudah setahun Rania tak kunjung hamil. Apa Ridho belum menyentuh Rania?

Melalui orang Suruhanku menyelidiki Ridho. Hasilnya membuatku jantungku kambuh, Yah dua tahun lalu, aku pernah operasi penyumbatan jantung. Sampai saat ini sering nyeri di sebelah kiri dadaku. Beberapa hari setelah penyelidikan aku di beritahu kalau Ridho bener menikah lagi. Hatiku hancur seketika mendengar berita ini. Malah istri mudanya sedang hamil muda. Entah di mana otak anakku sampai mengkhianati wanita sebaik Rania. Ingin ku maki, tapi anaknya tak ada di sini. Terpaksa aku simpan sendiri dalam hati. Dengan memegangi dada yang sakit aku ingin buang hajat kecil. Tapi saat selesai buang hajat. Tak sengaja aku terpeleset lalu tak ingat apa- apa lagi.

****

Drrtt...

Ridho masih terlena tidur di bawah selimut. Hawa dingin enggan beranjak lakukan aktivitas. Apalagi hatinya sedang sebal sama Arini. habis subuh dirinya tidur lagi.

Mendengar suara telepon Arini meraih ponsel Ridho. Nama Mama di layar ponsel. Sedikit melegakan hati Arini. Ternyata yang telepon tadi Mamanya. Arini menguncang tubuh suaminya.

"Mas, bangun ada panggilan dari Ibu." Arini menguncang bahu Ridho. Perlahan mata Ridho terbuka. Sedikit kesal, di bangunkan saat masih ngantuk begini.

"Ada apa?" tanya Ridho datar.

"Ada telepon dari Ibu" balas Arini menyerahkan ponsel ke arah Ridho.

Ridho kemudian menghubungi Mamanya lagi.

"Halo Bu, ada apa?" tanya Ridho penasaran. Tumben pagi-pagi Ibunya telepon.

"Cepat ke sini Ridho, Ayahmu jatuh dari kamar mandi." ucap Ibu panik.

"Apa?? Ya Bu, aku segera ke sana." Ridho kemudian menganti celana pendeknya dengan celana panjang yang tergantung di belakang pintu. Mengambil kunci mobil segera berlari ke bawah.

"Ada apa Mas? tanya Arini penasaran. Terlihat suaminya gugup sekali.

" Aku mau ke RS. Ayah jatuh di kamar mandi!

"Astaghfirullah." Pekik Arini sambil menutup mulutnya.

"Mas, aku ingin liat Ayah," mohon Arini. Semenjak menikah dengan Ridho belum pernah di kenalkan dengan orang tua Suaminya. Ingin ia seperti mantu lainnya datang berkunjung ke rumah Mertuanya.

Ridho terdiam mendengar perkataan Arini. Ia tau perasaannya. Tapi saat ini keadaan tak memungkinkan.

"Sabarlah sebentar Arini. Ayah sedang sakit. Aku tak keadaannya tambah parah." Ridho lalu mencium kening Arini. Cup. "Aku pergi dulu ya," Ridho gegas melajukan mobilnya melewati jalan komplek perumahan menuju rumah Ibunya.

Saat di rumah. Ayah tergolek lemah wajahnya pucat pasi. Ridho tercekat melihat Ayahnya pingsan.

"Ayah!" teriak Ridho histeris. Ridho langsung membopong tubuh Ayahnya di bantu tetangga yang datang.

Sepanjang perjalanan Ridho cemas, panik campur jadi satu. Tak henti menanyakan pada Ibunya, apa Ayahnya masih bernapas atau enggak. Setelah satu jam perjalanan akhirnya sampai di RS. Ridho teriak memanggil suster, mereka membawa brankar. Perawat segera membawa pasien ke IGD. Di depan pintu Ridho memeluk Ibunya. Takut Ayahnya kenapa- napa.

Ridho dan Ibunya berpelukan, tapi kenapa ini terjadi. Padahal kata Ibu, Ayah sudah kembali aktivitas seperti biasa. Tapi kini? Apa ini musibah? Ridho mengusap wajahnya kasar. Menunggu di depan pintu IGD, perasaan hatinya tak menentu. Takut kehilangan Ayah merajai relung hati Ridho.

Ridho mondar mandir di depan pintu ruangan IGD. Hatinya cemas dan khawatir. Takut tak bisa melihat Ayahnya lagi.

Ceklek. Seorang dokter paruh baya keluar. Raut wajahnya sendu. Ada sesuatu yang ingin di sampaikan.

"Dengan keluarga pasien? tanya dokter kepada kami berdua.

Ridho langsung berdiri, ada perasaan cemas menyelimuti.

" Saya anaknya Dok," ucap Ridho berusaha tenang. Menyiapkan hati berita yang akan di sampaikan dokter di depannya ini.

Dokter di depan Ridho berusaha tenang. Walau yang di sampaikan terasa berat.

"Pasien, mengalami benturan keras di dada, hingga bekas operasi mengalami pendarahan. Ini Harus segera di operasi." ucap Dokter sebisa mungkin tenang. Tapi Ridho mendengar berita ini bagai ada godam yang menghantam dadanya.

Ridho menelan ludah, berusaha kuat apa yang baru saja di dengar. Sedang Ibu hanya bisa menangis mendengar ini.

"Ya Dokter, lakukan operasi secepatnya." Aku memohon agar Dokter melakukan operasi secepatnya. Semakin cepat semakin baik. Tak ingin terjadi apa- apa sama Ayahnya.

"Baiklah, kami akan operasi Pasien secepatnya." Dokter berlalu dari hadapan Ridho. Beberapa menit kemudian. Dokter dan perawat membawa Ayah Ridho menuju ruang operasi.

****

Setelah pulang kerja, aku masih menyempatkan ke rumah Ibu. Saat ini kondisinya membaik. Aku juga sering mengantar Ibu kontrol ke dokter. Hasilnya memuaskan, pembuluh darah di jantung Ibu kembali normal. Tapi Dokter menyarankan Ibu tak mendengar berita yang membuatnya kepikiran. Dengan sigap aku mengiyakan itu. Tak ingin Ibu mendengar berita yang membuatnya sedih.

Setelah Ibu minum obat dan istirahat. Aku berniat pulang. Ingin makan spagheti saos pedas. Sudah lama aku tak menyantap makanan kesukaanku itu.

Ada notif pesan masuk. Cukup terhenyak aku membacanya.

"Rania, Ayahku masuk RS. Saat di ruang operasi." chat pesan dari Ridho.

Deg!

Aku melongo membaca pesan dari suamiku. Ayah mertua masuk RS?

Padahal saat ini aku enggan bertemu Ridho. Tapi Ayah mertuaku yang sakit? Aku menghela napas panjang. Sementara menyampingkan ego dulu. Aku ingin menjenguknya. Bagaimanapun aku masih menantunya.

"Aku lagi di rumah Ibu, setelah mandi aku menjenguk Ayah." Send ke nomer Ridho. centang biru, artinya langsung di baca. Semenit kemudian

Ridho chat.

"Makasih, Rania."

Gegas ku lajukan honda maticku ke rumah. Di Rumah secepat kilat mandi dan sholat ashar. Sebelum ke Rumah Sakit membeli buah- buahan untuk buah tangan. Saat sampai di RS. Ibu dan Ridho tengah duduk di depan ruang operasi. Ada kekalutan di wajah mereka. Melihat aku datang. Ibu langsung memelukku. Tangisnya tumpah di pelukanku. Walau aku membenci Ridho tapi Ibu mertuak menyayangiku seperti anak sendiri.

Ku balas pelukan Ibu mertua." Sabar Bu, Ayah pasti baik- baik saja."

Bersambung.