Hiraga Saito menangis dengan amat keras setelah akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan kedua orang tuanya. Bagi orang tuanya mungkin ia hanya menghilang selama lebih dari seminggu, tapi untuk dirinya ia sudah berada di Halkeginia hampir dua tahun. Ia memeluk kedua orang tuanya dengan begitu erat, begitu juga dengan kedua orang tua Saito, mereka juga memeluk Saito dengan begitu erat karena akhirnya mereka bisa bertemu kembali dengan putra mereka yang sudah kembali setelah menghilang cukup lama. Siesta, Henrietta, Tiffania dan Tabitha menangis melihat adegan yang mengharukan di depan mereka. Mereka berempat merasa bahagia, karena akhirnya suami mereka bisa kembali ke Jepang dan bertemu kembali dengan kedua orang tuanya. Mereka berempat menyadari walaupun Saito terlihat tegar dan kuat di hadapan mereka semua, tapi di dalam hatinya ada rasa sedih yang amat mendalam yang diakibatkan oleh rasa rindu yang dirasakan oleh Saito terhadap kedua oranng tuanya.
"Seminggu lebih menghilang, pulang-pulang kau membawa 4 orang istri. Ya Tuhan anakku berubah menjadi seorang playboy," Ibu Saito memegang dahinya, ia memang senang anaknya kembali. Tapi ia tidak menyangka kalau anaknya akan membawa empat orang istri.
"Ahahahaha Saito nasibmu benar-benar sama dengan kakek buyutmu yang memiliki banyak istri, tak kusangka kalau putraku akan membuat harem!" Ayahnya Saito malah tertawa melihat anaknya memiliki 4 orang istri, seolah seperti ia sudah tahu kalau Saito suatu saat akan membuat harem. "Yah, kamu tak usah kuatir Saito! Hukum di pulau ini mengizinkan poligami! Jadi walaupun kau pulang membawa banyak istri tidak akan ada masalah!"
"Bukan kemauanku untuk punya 4 orang istri!" Kata Saito."Dan aku juga tidak mungkin meninggalkan mereka karena mereka berempat yang memberiku kekuatan ketika aku berada dalam keadaan terpuruk."
"Saito, apa ketika kau berada di Halkeginia, kau melupakan apa yang kuajarkan padamu?" Tanya ibunya Saito dengan nada marah. "Mengenai apa yang harus kau lalukan ketika kau ada dalam keputusasaan?"
"Eeeh, apa ya," Kata Saito berkeringat dingin karena ia tahu kalau ia akan dimarahi karena melupakan apa yang diajarkan ibunya. "A-aku lupa, bu."
"Haaah tampaknya aku sekali lagi harus mengingatkan mu hal yang paling penting dalam hidup ini," Ibunya Saito lalu menjewer kuping Saito dan menariknya keluar dari Honky Tonk.
"Aduduh bu! Jangan tarik telingaku begitu," Kata Saito. "Kau membuatku malu di depan keempat istriku."
Keempat istri Saito sama sekali tidak dapat menolong Saito, karena ibunya Saito memandangi mereka semua dengan pandangan dingin yang seolah mengatakan: 'Berani menolong dan membela anak lelakiku akan membuat kalian semua merasakan hal yang sama.'
"Diam dan jangan berisik!" Kata Ibunya Saito. "Tampaknya aku harus mendidikmu lagi dari awal karena melupakan hal paling penting di dunia 'beriman pada Tuhan apapun yang terjadi!' Aku akan membuatmu mengingat hal itu sampai kau tidak bisa. melupakannya Saito!"
Ketika Saito dan ibunya sudah keluar dari Honky Tonk, ayahnya Saito mengajak keempat istri Saito ke rumah keluarga Hiraga yang tidak jauh dari Honky Tonk.
"Fiuuh satu tugas lagi selesai," Kata Ban. "Dan satu klien lagi yang puas, nah selanjutnya klien seperti apa yang akan datang, ya?"