webnovel

Penyelamatan

"Kalau begitu .."

Tirta kemudian menciptakan sebuah penghalang secara samar yang menutupi area desa iblis ini hanya dengan beberapa gerakan jari pada arah tertentu. Lalu dari lapisan penghalang muncul sebuah jarum dimana jarum-jarum itu melesat seperti halnya hujan yang menaklukkan para iblis, serangannya senyap tanpa suara namun mematikan.

"Ada beberapa yang lolos, kalian masuklah, mereka takkan bisa keluar dari penghalang, dan juga Mikka, kau bisa menyelamatkan seseorang yang dekat dengan beberapa iblis di sebelah barat, taklukkan mereka, tapi berhati-hatilah, salah satunya punya pangkat sedikit tinggi."

Aku, Vall, dan Lina segera bergegas memasuki benteng desa, banyak iblis yang sudah tergeletak tak bernyawa.

"Hei kau, seharusnya kau tak perlu menyuruhnya untuk menyisakan seseorang," ucap Vall.

"Kenapa kau berucap semacam itu?"

"Lihatlah disekitarmu, kau bahkan bukan seorang dokter yang pandai untuk mengobati seseorang."

Sembari menyusuri tempat ini, sudah terlihat beberapa hal yang cukup membuat mataku terbelalak. Tindakan para iblis sudah menganggap penduduk asli dunia ini seperti ternak, bahkan kurasa lebih kejam dari itu. Tak memakai sehelai benangpun bahkan di beberapa area tubuhnya tidak lengkap. Di tubuh mereka juga terdapat robekan dan luka menganga di sekujur tubuh hasil dari pengembakbiakan para iblis itu sendiri secara kasar yang merusak seluruh bagian tubuh mereka.

"Aku tidak akan melakukan hal semacam itu, selama kesempatan untuk menyelamatkan seseorang tidak nihil."

Tapi, semakin lama melihat pemandangannya membuatku ingin mual, ditambah lagi bau tak sedap memenuhi berbagai area. Misi ini harus dilakukan secepat mungkin.

"Terserah kau, ini!" Alis Vall sedikit terangkat diiringi nada bicara tinggi sembari melemparkan benda berbentuk lempengan kaca yaitu sebuah radar untuk mendeteksi kehidupan. Benda buatan peradaban canggih memang tak pernah membuatku kecewa. Ini mungkin alasan juga kenapa Tirta tetap ingin mempertahankan mereka.

"Kau kesana dengan Lina, aku akan menghabisi di sebelah selatan."

Entah kenapa sekarang dia yang jadi pemimpinnya, tindakannya sedikit kasar untuk seorang yang umurnya masih dibawahku. Kami kemudian berpencar setelahnya, dan sekarang Lina yang mengomandoku untuk pergi ke posisi yang Tirta sebutkan sebelumnya.

"Ada sekitar 10 disana," ucapnya.

Mungkin Tirta takut jika meleset jadi ia tak membunuh iblis yang dekat dengan seseorang yang ingin ku selamatkan. Tak berapa lama kami kemudian mengendap bersembunyi diantara dinding pemukiman lalu mengamati mereka.

"Nampaknya mereka cukup waspada."

3 goblin dewasa dengan persenjataan busur, 3 goblin dengan pedang, 2 goblin yang sepertinya masih bayi sedang memakan daging, dan satunya lagi adalah seorang perempuan manusia yang tubuhnya cukup lemah dengan perutnya yang membesar.

"Hei, tenanglah, sepertinya salah satunya bersembunyi."

Tubuhku memang sedikit menegang dengan luapan rasa amarah melihat pemandangan seperti ini, untungnya Lina mengingatkanku.

"Bagaimana dengan yang di dalam perutnya itu?"

"Itu tidak mungkin, radar ini hanya mendeteksi target yang cukup aktif saja. Menurut pengamatanku, salah satunya mungkin melihat gerak-gerik kita, dan menunggu salah satu dari kita melakukan kesalahan."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Insting berperang."

"Ya, humormu cukup bagus juga."

Aku yakin ia sudah mengalami beberapa pengalaman di medan tempur mengingat dunianya selalu memiliki pertempuran dengan menggunakan banyak data dan strategi yang diolah.

"Kalau begitu biar aku saja yang membunuh mereka, Lina."

"Tidak, biar aku. Kau tak ingin memberikan pengalaman buruk pada seseorang yang ingin kau selamatkan bukan?"

"Bukankah itu akan jadi seperti kisah kepahlawanan jika aku melakukannya."

"Bisa saja, tapi seranganku bisa mengenai mereka sekaligus lebih cepat darimu."

"Jika itu yang kau pikirkan baiklah."

Aku hanya harus menjangkau pengamatanku lebih luas agar apabila salah satunya muncul secara mendadak aku bisa langsung meladeninya.

Sesaat kemudian Lina menyiapkan beberapa drone dan senjata untuk menyerang namun baru beberapa persiapan goblin yang tidak kami deteksi sedari tadi muncul di hadapan kami membawa sarung tangan bergerigi dan mencoba menyerang Lina.

Draang!!

Aku cukup tanggap, jadi langsung kucegah serangan itu, menepisnya dengan tongkat yang teraliri energi astral untuk memperkuatnya.

"Lakukan! Aku akan mengurus yang ini!"

Lina langsung sigap berlari sementara aku menahan serangannya yang cukup berat, otot-otot lengan goblin ini lumayan kuat, jika diukur ia setingkat dengan atlet binaraga hingga membuatku dapat dipukul mundur beberapa langkah. Ia masih mencoba memperhatikan arah Lina, itu artinya ia tak menganggapku sebagai lawan.

Dengan sigap aku berteleportasi ke belakangnya lalu mencoba melesatkan pisau di punggung goblin itu, tapi tiba-tiba ia menghilang.

"Teleportasi?"

Aku sigap mengarahkan teleportasi ke tempat sebelumnya.

Darr!!

Dugaanku tidak salah, goblin itu berada tepat di belakang yang sudah mengayunkan pukulannya membuat retakan di tanah sebab serangannya meleset. Jika saja aku tak berpikir cepat, bisa saja tubuh ini sekarat. Tapi, aku baru tahu seorang iblis pada tingkatannya mampu berteleportasi. Ia menghilang lagi.

"Jangan-jangan!"

Tak menunggu waktu lama, aku segera berteleportasi ke tempat Lina dimana disitu goblinnya pun sudah siap melayangkan pukulan. Kulemparkan pisau berlapis api untuk menghentikan gerakan goblin itu, tapi pukulannya diarahkan kepisauku sehingga ia berhasil menangkisnya.

"Lina! Awas!"

"Aku sudah menduga soal itu!"

Lina melakukan manuver pada tubuhnya lalu meledakkan salah satu drone ke tubuh goblin besar itu, drone yang lain langsung menyerang goblin yang lemah sehingga membunuh mereka seketika.

"Aghh!"

Lina melemparkan perempuan yang menjadi budak kepadaku, aku segera menangkapnya lalu mengambil beberapa pakaian untuk menutupi bagian tubuhnya. Aku masih cukup takjub dengan kecepatan Lina saat mengambil keputusan. Tapi setelah ia melakukan itu, nampaknya fisiknya terlalu terbebani. Ia kemudian mundur ke arahku.

"Kau tak apa?"

"Ya," napasnya sedikit tersengal. Baju ketatnya itu seperti memberi stimulasi untuk melakukan gerakan lebih cepat daripada manusia pada umumnya. Dari dari baju itu terhubung dengan beberapa drone.

"Hati-hati, dia bisa berteleportasi," peringatku.

"Aku tahu."

Tiba-tiba secara cepat terlihat serangan berwarna merah menyala menghantam goblin besar itu lalu menimbulkan ledakan kuat, aku merunduk menciptakan dinding es untuk melindungi diriku dari debu dan material yang menghempas.

"Kalian tidak apa-apa?"

"Kami tidak apa-apa sebelum kau menghempaskan serangan besar itu," protes Lina. Ia nampak kesal ketika Vall menyerang tanpa memberi aba-aba.

"Apa kau sudah menyelesaikan yang disana?"

"Ya."

Aku masih fokus mengamati goblin yang tertutupi debu, juga perempuan yang kuselamatkan sepertinya tubuhnya cukup lemah sampai ia tak dapat berdiri dan terlihat menahan sakit. Kami harus cepat.

"Hei, kalian sebaiknya fokus, goblin itu sepertinya masih hidup."

"Tentu saja, kami tahu," ucap Vall.

Aku merasakan hawa yang tidak enak, Goblin itu terduduk, namun terlihat aura warna hitam dari berbagai sisi seperti terkumpul.

"Kalian lihat itu?"

"Tubuhnya beregenerasi lumayan cepat."

"Bukan, tapi aura hitam."

"Aku tidak melihatnya."

Meski serangan yang dihasilkan Vall cukup keras, tapi itu tidak menumbangkannya. Saat aku mencoba bertanya aura hitam Vall dan Lina, mereka tidak melihat hal itu. Aku rasa itu termasuk energi halus yang tak bisa dilihat oleh mata biasa.

"Regenerasinya lamban, mungkin tiga atau empat serangan seperti sebelumnya dapat membunuhnya."

Vall memperhatikan setiap jengkal dari tubuh goblin itu, meski ia tak dapat melihat aura gelap itu, kurasa ia memperhatikan kelemahan goblin..

"Anatominya tak berbeda dari goblin lain, harusnya kita bisa membunuhnya jika melakukan serangan fatal pada titik vitalnya," jelas Vall.

"Incar saja kepalanya, aku melihat pergerakan energinya seperti dikendalikan oleh kepalanya."

"Begitu ya, baiklah akan kita lakukan. Apa kau bisa menyibukannya?"

"Tentu, saja."

"Lina, bantu dia."

"Baiklah."

Mereka berdua cukup tanggap, jadi kesempatan ini takkan kusia-siakan. Seranganku memang cukup lemah dibanding Vall, tapi aku memiliki beberapa fleksibilitas sehingga cocok untuk pancingan.

"Aku mulai."

*****