webnovel

Penghabisan

Aku mulai melesat untuk menyerang goblin, namun seketika ia tiba-tiba berdiri lalu berusaha menyerangku.

Darr!

Hantamannya lebih kuat daripada sebelumnya. Aku menghindarinya ke belakang, namun kemudian Lina melompat di atas pundakku menyerang goblin itu. Senjata modern dan sarung besi saling beradu, menimbulkan hempasan angin cukup besar.

Aku tak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan berteleport ke belakang lalu menusuk kuat menggunakan pisau tepat di punggungnya dengan melapisi api.

Jrapp!!

Pisau itu sukses menancap, walaupun cukup keras, aku berteleportasi kembali, lalu meledakkan pisau-pisau yang menancap di punggungnya. Namun seperti dugaanku sebelumnya goblin itu cepat sekali beregenerasi.

"Aku sudah siap! Terima ini sialan!" teriak Vall.

Ia langsung menembakkan senjata seperti bola merah melesat tepat di kepalanya.

Darr!

Suara dentuman cukup kuat, aku membawa langsung ke arah Vall, lalu membuat dinding es untuk mengurangi efek dari ledakan semacam itu, karena cukup kuat.

"Apa berhasil?" tanya Vall.

"Entahlah --itu!"

"Kenapa?"

"Aku tak bisa menjelaskannya sekarang."

Aku segera meloncat melewati dinding es yang kubuat, serangan dari Vall hanya melukai tubuh fisik, aku melihat tubuh non-fisik secara samar, entah kenapa aku memiliki firasat buruk jika hanya mengamatinya.

"Apa yang kau lakukan?!" teriak Lina.

"Tentu saja menyelesaikannya!"

Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, aku mulai memfokuskan energi astral ketongkat bersiap untuk memukul kepalanya dari udara. Tapi sejenak kusadari tangan kirinya dengan cepat bergerak ke arahku, aku tak dapat menghindarinya.

Bang!!

hantaman keras mendarat ke tubuhku, membuatku terpental entah kemana, menabrak beberapa bangunan, rasanya aku tak merasakan sakit, namun sepertinya tubuhku benar-benar mati rasa.

"Hei Mikka!" aku mendengar teriakan Lina, namun itu cukup pelan. Aku merasa pandanganku kabur.

Tidak ...

Tidak-

Aku tidak boleh pingsan sekarang. Aku mencoba berdiri namun sepertinya Lina berusaha untuk membopongku, aku melihat ia cukup khawatir ...

Darah ...

Aku melihat darah dan beberapa luka ditubuh. Aku tak dapat mendengar ia berbicara apa, terlihat samar Vall bertarung dengan Goblin itu. Hingga rasa sakitnya kemudian amat serasa kuat, aku sontak melihat Lina yang memasukkan suatu serum ke tubuhku.

"Apa yang k-au laku-kan-Agghh, saki-t sek-ali!"

"Aku sedang menyelamatkanmu, jika dibiarkan kau akan segera mati, lihatlah sendiri tubuhmu."

Aku bisa merasakan tubuhku yang sakit, rahangku, sisi kanan leherku, dada, dan perut terluka parah. Rasanya benar-benar sakit.

Sakit yang belum pernah kurasakan semasa hidupku.

Benar ... kali ini, aku harus tenang, lakukan pernapasan untuk menghentikan pendarahan, alirkan kekuatan astral untuk menghambat kerusakan tubuh dan memberbaikinya.

Fokus ...

Fokus ...

"Li-na, bantu Vall!"

"Bagaimana denganmu. Jika tidak mendapatkan perawatan segera."

"Ak-u tahu, biarkan aku fo-kus mengobati beberapa lukaku."

Andai potion itu masih ada, tapi sudah habis, jadi aku perlu fokus untuk mengobati diriku sendiri. Lina memberikan beberapa kotak seperti pengikat perban dan yang cukup asing bagiku. Aku ingin Lina menolong Vall, karena jika Vall kalah, tamatlah sudah.

"Baik, gunakan petunjuk ini, aku akan membantu Vall menjauhkan monster itu darimu."

"I-tu sang-at membantu."

Ia segera pergi ke medan pertempuran, aku berusaha sedikit menggerakkan tubuhku, lalu mengobati beberapa luka, dan menutupnya dengan beberapa perban. Goblin itu berbahaya, aku bisa saja menyuruh Lina untuk membantu mengobatiku, tapi itu akan beresiko pada Vall yang terlihat kuwalahan.

"Egghh ... Sakit sekali!"

Aku meneteskan cairan untuk anti radang dan penghenti pendarahan, jika saja ini adalah tubuhku sebelum berlatih dengan Tirta, ini pasti akan berakhir fatal. Goblin itu cukup liar menyerang Vall dan Lina, nampaknya Goblin itu dalam mode perusak, meski tubuhnya terluka namun terus beregenerasi. Aku tak dapat membiarkannya begitu saja.

Aku masih sanggup untuk berteleportasi, aku memandang area sekitar dan menemukan tongkatku. Segera kemudian aku mengambilnya, kemudian terduduk sembari mengamati pertarungan.

Aku memfokuskan energi astralku pada tongkat ini, membayangkan kerapatan energi yang berkumpul. Aku bisa merasakan energi sekitar ikut tertarik dan mengisinya. Aku sudah mempelajari hal ini dari Tirta, meski rasanya cukup sulit, aku harus melakukannya untuk mengalahkan Goblin.

"Gaghh!"

Darah keluar dari mulutku, kurasa aku mengalami beberapa kerusakan organ. Energi itu kembali keluar pada titik yang ku fokuskan.

Sial, haruskah kami mundur, tapi dalam hal ini teleportasiku juga terbatas, dan bukan berarti goblin itu takkan mengejar.

Kembali kufokus, mengumpulkan energi ke tongkat, karena tidak ada cara lain lagi kurasa.

Bakk!

Aku melihat Vall terlempar oleh pukulan Goblin itu. Sial bagaimana mungkin makhluk rendahan seperti mereka mengalahkan kami. Aku segera berteleportasi ke arah mereka meski ada rasa sakit yang tak tertahankan.

"Ini tak seberapa!!"

Wsst!

Aku mengayunkan tongkat ke kepalanya, ia menahannya dengan lengannya, aku kembali berteleportasi, kali ini membelakanginya, tapi ia menghilang dan berada di belakangku. Namun aku kembali berteleport langsung berada diatasnya.

Bayangkan senjata yang kuat!

Bayangkan senjata yang dapat menembus apapun!

Yakinkan pikiran dan raga!

Keluarkan energi sepenuhnya!

"Haaatt!!"

Aku langsung menusuk kepalanya dengan tongkat yang membara hingga tembus, kemudian meledakkan tongkatku dengan energi astral yang telah kukumpulkan.

Darr!

Aku terpental karena ledakan itu. Kali ini aku benar-benar merasakan banyak rasa sakit dari sebelumnya. Aku berguling lalu terkapar di puing-puing. Sedikit memiringkan kepalaku, dan aku melihat goblin itu sudah tumbang.

Tapi sekarang benar-benar sudah tak dapat digerakkan, napasku tersengal, aku bisa sedikit merasakan darahku yang kembali keluar.

Tak berapa lama aku mendengar suara derap kaki dari arah sebaliknya, itu adalah Tirta.

"Yaampun, kalian benar-benar terlihat kacau."

"Aghh, ma-af .. Ini ti-dak ses-uai harap-anmu."

"Sebaiknya kau jangan banyak bergerak dulu, kau hampir mati."

"Mi-sinya?"

"Lupakan soal misi, kita ..."