Langit cerah di atas lapangan pelatihan Akademi Stellar dihiasi oleh awan tipis yang bergerak perlahan. Cahaya matahari menyinari arena yang dikelilingi oleh bangunan besar bergaya arsitektur klasik. Di tengah lapangan, beberapa golem buatan berdiri diam, tubuh mereka terdiri dari batu kokoh yang memancarkan cahaya samar dari inti energi di dalam tubuhnya.
Instruktur Brokk, seorang dwarf bertubuh kekar dengan janggut panjang, berdiri di sisi arena. Di depan matanya, kelompok satu yang dipimpin oleh Thalassius baru saja menyelesaikan simulasi mereka. Serangan gabungan Thalassius dan Selene yang memanfaatkan sinergi kekuatan laut dan sihir air berhasil melumpuhkan Golem dalam waktu yang singkat.
Instruktur Brokk:(bertepuk tangan dengan keras, terlihat puas) "Bagus, kelompok satu! Kerja sama kalian luar biasa. Waktu kalian tercatat, 4 menit 24 detik!"
Kelompok satu berjalan keluar arena dengan ekspresi puas, sementara Thalassius dan Selene tampak berbincang ringan.
Berikutnya, kelompok dua yang dipimpin oleh Tiara melangkah masuk. Dengan pedangnya yang besar, Crimson Zenith, Tiara memimpin serangan frontal, sementara rekan-rekannya mendukungnya dengan serangan jarak jauh dan sihir. Dalam waktu kurang dari empat menit, kelompok mereka berhasil mengalahkan Golem tanpa banyak kesulitan.
Instruktur Brokk: (mengangguk puas) "Kelompok dua, kerja bagus! 3 menit 52 detik. Kalian juga sangat efisien."
Kelompok tiga yang terdiri dari Lily dan timnya juga menunjukkan performa yang tak kalah hebat. Dengan kendali sihir es yang luar biasa, Lily menciptakan perangkap untuk memperlambat pergerakan Golem, sementara timnya menghujani monster itu dengan serangan jarak jauh.
Instruktur Brokk: (dengan senyuman kecil) "Kelompok tiga, kalian menyelesaikan ini dengan elegan. 4 menit 12 detik!"
Saat kelompok tiga keluar arena, Brokk memandang daftar di tangannya.
Instruktur Brokk: (dengan nada lantang) "Kelompok empat! Amara Von Draconfall, Raka, Lilian, Vance Everford, dan Marcia Galleon. Kalian maju berikutnya!"
Mendengar itu, Amara segera mengumpulkan rekan-rekannya untuk berdiskusi strategi sebelum masuk ke arena. Mereka duduk di dekat pagar pembatas lapangan, dengan Amara memimpin pembicaraan.
Amara: (dengan nada tegas) "Baiklah, kita harus menyusun strategi yang jelas. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan tanpa koordinasi."
Lilian, yang duduk di samping Raka, mengangguk pelan.
Lilian: (dengan nada tenang) "Aku bisa mengincar inti energi Golem dari jauh, tapi aku butuh seseorang untuk membuka celah."
Marcia: (tersenyum percaya diri) "Serahkan saja padaku. Aku akan melumpuhkannya dengan sihir, jadi Lilian punya waktu untuk menembak."
Vance, yang bersandar pada polearm miliknya, hanya mendengus kecil.
Vance: (dengan nada santai) "Dan siapa yang akan menahan serangan Golem sementara kita sibuk menyerangnya?"
Semua mata langsung tertuju pada Raka, yang hanya tersenyum kecil meski bisa merasakan keraguan mereka.
Raka: (dengan nada tenang) "Aku akan menjadi Tank. Tugas kalian hanya fokus menyerang."
Vance tertawa kecil mendengar itu.
Vance: (menatap Gear Raka dengan skeptis) "Dengan... benda itu? Kau serius?"
Marcia ikut tertawa kecil, memutar katalis di tangannya dengan gaya.
Marcia: (dengan nada mengejek) "Ya ampun, kita akan bergantung pada bahan bangunan untuk melindungi kita? Ini bakal menarik."
Amara menatap keduanya dengan tajam, menghentikan komentar sinis mereka.
Amara: (dengan nada tegas) "Cukup. Kemampuan seseorang tidak ditentukan oleh penampilan senjatanya. Fokus pada tugas kalian."
Meskipun berkata demikian, dalam hati Amara tetap skeptis terhadap Gear milik Raka.
Amara: (berpikir dalam hati) "Tapi serius, apa dia benar-benar bisa menggunakan benda itu?"
Amara kemudian melanjutkan strategi mereka.
Amara: (dengan nada serius) "Baik, strategi kita adalah memanfaatkan kelebihan masing-masing. Aku akan memimpin serangan jarak dekat. Lilian dan Marcia, fokus pada serangan jarak jauh. Vance, perhatikan pergerakan Golem dan bantu membuka celah untuk kami. Raka, tugasmu menahan serangan Golem dan melindungi kami."
Raka mengangguk tanpa ragu.
Raka: (dengan nada meyakinkan) "Aku mengerti. Jangan khawatir, aku tidak akan mengecewakan kalian."
Amara menatap Raka dengan campuran penasaran dan skeptis, tapi dia akhirnya mengangguk.
Amara: (dengan nada penuh semangat) "Kalau begitu, mari kita mulai."
Mereka berjalan bersama menuju arena. Golem tipe C yang menjadi lawan mereka mulai bergerak, tubuh batu raksasanya bergetar, mengeluarkan suara gemuruh yang berat.
---
[Pertarungan kelompok empat dengan Golem simulasi]
Lapangan simulasi yang luas kini dipenuhi suara gemuruh golem batu besar yang berdiri tegak di tengah arena. Tubuhnya memancarkan garis-garis cahaya biru yang berdenyut dengan energi, menandakan inti energinya yang tersembunyi di dalam dada kokohnya. Setiap langkah Golem menciptakan dentuman yang mengguncang tanah, membuat semua siswa yang menonton dari sisi arena terdiam, terpaku pada kelompok empat yang bersiap menghadapinya.
Amara melirik anggota timnya satu per satu, memastikan mereka siap.
Amara:(dengan nada tegas, pedangnya terangkat) "Baik, kita ikuti rencana. Raka, kau di depan. Lilian, Marcia, kalian adalah penyerang utama. Vance, dukung aku dari samping. Jangan biarkan Golem itu mendekati Lilian dan Marcia!"
Raka:(mengangguk tenang, kedua Gear melayang di sisi kanan dan kirinya) "Dimengerti."
Lilian, dengan busur siap di tangan, mengambil posisi di belakang Raka. Marcia mulai merapal mantra, tangan mungilnya bersinar dengan energi magis. Di sisi lain, Vance memutar polearm miliknya dengan penuh percaya diri, namun wajahnya menyiratkan skeptisisme saat melirik ke arah Gear Raka.
Vance: (menatap Raka dengan nada mengejek) "Jadi, kau benar-benar akan menghadapi Golem itu dengan 'benda melayang' itu? Jangan sampai kau membuat kami kalah."
Raka: (tersenyum kecil, tidak terganggu) "Jangan khawatir. Kita di sini untuk bekerja sama."
Amara mendesah kecil, matanya menyipit ke arah Vance.
Amara: (dengan nada tajam) "Vance, cukup. Fokus pada tugasmu. Kemampuan seseorang tidak selalu terlihat dari senjatanya."
Vance: (berdengus, memutar matanya) "Ya, ya, apa pun yang kau katakan, Kapten."
Amara menggenggam pedangnya lebih erat, lalu memberikan isyarat pada Raka untuk maju.
Amara: (tegas) "Raka, tahan serangan pertama! Lilian, tembak titik lemah di sendinya. Marcia, serang dengan sihir, tapi hemat energimu!"
Golem menggeram, suara seperti batu yang saling bergesekan terdengar keras. Ia melangkah maju dengan gerakan berat, lalu mengangkat tinjunya untuk menghantam tanah.
Raka: (dengan penuh konsentrasi, memutar Gear untuk membentuk penghalang di depannya) "Aku menangani ini!"
Tinju Golem menghantam Gear Raka dengan kekuatan dahsyat. Percikan energi menyala saat Raka menahan serangan itu, tubuhnya tetap kokoh di tempat. Amara dan yang lainnya memanfaatkan momen tersebut untuk menyerang.
Lilian: (menarik busurnya dengan kekuatan penuh) "satu!"
Sebuah panah melesat cepat, menancap di sendi kaki Golem. Gerakannya sedikit terganggu, memberi waktu bagi Marcia untuk menyelesaikan mantranya.
Marcia: (dengan tangan yang bersinar terang, melepaskan energi sihir) "Luncur, Petir!"
Energi petir menghantam sisi tubuh Golem, menciptakan ledakan kecil. Namun, Golem hanya terhuyung sejenak sebelum membalas serangan dengan mengayunkan lengannya yang besar ke arah Raka.
Amara: (cemas) "Raka, awas!"
Dengan gerakan yang cepat dan presisi, Raka menggerakkan satu Gear untuk memblokir ayunan tersebut, sementara Gear lainnya meluncur untuk menyerang lengan Golem, menciptakan celah pada lapisan batu pelindungnya.
Raka: (tenang namun tegas) "Aman. Lanjutkan serangan."
Amara terpaku sejenak, terkesan dengan fleksibilitas senjata Raka.
Amara: (dalam hati) "Benda itu... jauh lebih hebat dari yang kukira."
Namun, situasi berubah ketika Golem mulai mengumpulkan energi di inti dadanya. Cahaya biru memancar semakin terang, menandakan serangan besar yang akan datang.
Amara: (berteriak, memberikan perintah) "Marcia, hentikan dia! Vance, bantu aku menyerang! Lilian, fokus pada titik lemahnya di belakang!"
Marcia melepaskan serangan sihir lain, namun cahaya biru Golem semakin kuat, menciptakan tekanan yang membuat Amara ragu serangan mereka cukup untuk menghentikannya.
Amara:(melirik ke arah Raka) "Raka, lakukan sesuatu!"
Raka hanya mengangguk. Dengan gerakan yang halus namun kuat, kedua Gear-nya meluncur bersamaan, menciptakan serangan beruntun yang menghantam tubuh Golem dari berbagai arah. Satu Gear menghentikan tinju Golem yang mengarah pada Amara, sementara Gear lainnya menyerang inti yang bersinar, menciptakan celah besar pada lapisan pelindungnya.
Amara: (melihat celah tersebut, tatapannya berubah penuh tekad) "Aku akan menyelesaikannya!"
Namun, Amara ragu kekuatannya cukup untuk menghancurkan inti Golem. Dia memejamkan mata, lalu berkata dengan suara rendah namun tegas,
Amara: (perlahan membuka matanya) "Sinkron."
[Pause]
Seketika waktu terasa berhenti. Dalam dunia yang sunyi, Amara berjalan mendekati Golem, melihat inti energinya yang bersinar terang. Dia mengaktifkan kekuatan lainnya.
Amara: (mengulurkan tangannya ke inti Golem, api menyala dari tubuhnya) [Fire] "Dengan api ini, aku akan menghancurkanmu."
[Play]
Ketika waktu kembali berjalan, tubuh Golem meledak dengan cahaya terang, lalu runtuh menjadi puing-puing. Kelompok empat berhasil menyelesaikan simulasi mereka.
Amara: (menatap inti yang kini hancur, menghela napas lega) "Kerja bagus, semua."
Marcia menatap Raka dengan rasa kagum yang tak bisa disembunyikan.
Marcia: (dengan nada tak percaya) "Kau mempertahankan Telekinesis selama itu... Bagaimana kau melakukannya?"
Raka: (tersenyum kecil, menyeka keringat di dahinya) "Hanya sedikit latihan."
---