webnovel

Tiga Tahun Kemudian

Lewat kaca besar di ujung ruang kerjanya seorang pria berdiri diam memandang hamparan kebun buah dan sayur yang di tanam di halaman gedung lantai tiga villa miliknya yang sekarang telah di alihkannya menjadi rumah tinggal serta tempat kerja pria itu.

Tok...tok...

"Masuk" pria itu bersuara tanpa mengalihkan pandangannya. Dia terkenal sebagai Bos dingin, dalam sehari kosa kata yang di keluarkannya kadang tidak mencapai sepuluh kata. Dia bernama Olliver Alexander Maxiwiliam dan biasa di panggil Olliver.

"Permisi pak.., tadi ada anak-anak dari majelis Nurul Huda katanya di minta panen kangkung sama kacang" ujar pak karno sopan. Beliau adalah salah satu yang sering berkomunikasi dengan pak olliver dan juga menjadi petugas jaga malam di daerah villa tersebut, beliau di bangunkan rumah di bawah gunung beberapa meter jauhnya dari villa. Dan memiliki istri bernama siti juga seorang juru masak di majelis Nurul Huda yang berada persiapan si kaki gunung.

"Yaa..., bawakan saya beberapa" sahut pak olliver

"Iyaa pa, saya permisi"

"Hmm.."

Suara pintu tertutup di belakangnya dia acuhkan, sekilas dia melihat pak karno turun gunung dan tidak lama muncul beberapa orang anak remaja perempuan berjalan kearah kebun kangkung yang akan di tanam. Dia menyernyit saat memandang di antara orang orang itu ada salah satu menggunakan cadar, memperhatikan siluet seperti seorang dia kenal tetapi dia tidak tau siapa siluet itu.

Dia kembali ke kursi kerjanya seraya menelpon seseorang.

Tut...mutt...

"Bagaimana..."

"Belum ada perkembangan pak"

Lalu di matikannya sambungan telpon tersebut seraya menghela nafas..

Sudah tiga tahun berlalu dia mencari keberadaan wanita yang dicintainya tapi belum ada titik terang, seolah lenyap di telan bumi. Di awal awal pencarian dia hampir seperti orang gila kemana mana mencari keberadaannya, dari rumahnya, perusahaannya, hingga transaksi bank atas nama wanita itu tidak ada jejak sama sekali.

Hingga dia putuskan meninggalkan kota dan tinggal di villa pegunungan yang sunyi yang kampung tersebut hanya memili kurang dari seratus kepala keluarga. Disini dia bisa menenangkan diri dan juga suasana yang selalu di sukai wanita itu.