Mika memijat pangkal hidungnya lelah. Seberapapun ia berpikir maka jalan yang ia temui adalah buntu. "Kenapa sulit sekali menjelaskan perasaan ini padanya? Kenapa dia terlalu bebal untuk mengerti tanda yang aku tunjukkan?" Ia melempar pot bunga di atas meja karena kesal. Persetan dengan pegawainya di luar. Mereka tidak akan mengerti bagaimana perasaan tersiksanya. "Kalau tidak ada Anggi, mungkin Inggrid akan pergi dengan Putra, tadi."
Si brengsek itu ternyata tidak main-main dengan ucapannya kalau dia akan mengejar Inggrid lagi.
"Masuk." teriaknya saat pintu diketuk oleh seseorang.
"Maaf, Bos. Apa anda memanggilku?"
Mika menghela napas, dia menggerakkan dua jarinya yang mengisyaratkan bahwa orang itu harus masuk. "Panggil Mika saja kalau sedang tidak ada orang." ujarnya pada gadis ikal di depan meja. "Kau punya ambeien?" tanyanya kemudian, sosok itu menggeleng. "Maka duduklah, Anggi."
Hỗ trợ các tác giả và dịch giả yêu thích của bạn trong webnovel.com