webnovel

Indah & Barokahnya Poligami

Deskripsi Indah & barokahnya Poligami Menceritakan seorang pria yang sangat mencintai istrinya, sehingga ia harus menuruti permintaan istrinya untuk menikah lagi dengan perempuan pilihan istrinya itu, karena sang istri belum dapat memberikan kebahagiaan & memberikan seorang anak untuknya, walaupun awalnya ia menolak & akhinya setuju untuk menikahi perempuan pilihan istrinya itu. Dan disaat usia pernikahan pria & istri keduanya memasuki usia pernikahan ke 14 hari istri pertama nya hamil. Ketika istrinya di kabarkan hamil istri keduanya mempunyai niatan licik (jahat) yaitu ingin memiliki pria itu secara utuh (menyingkirkan madunya atau istri pertama dari pria tersebut). Dan pada akhirnya niatannya itu terbongkar oleh istri pertamanya, lalu datanglah calon istri ketiganya itu juga pun pilihan istrinya lagi. Kali ini pilihan istri pertamanya tidak salah memilih seorang perempuan yang akan menjadi istri ketiganya, perempuan itu sangat baik sekali, baik kepada istri pertamanya, baik kepada istri keduanya, baik kepada Anak-anak dari istri pertama ataupun istri keduanya, & Anak-anaknya sendiri, & baik kepada suaminya (dalam arti patuh terhadap perintah suami) . Pria itu dikaruniai 9 orang anak. Dari istri pertamanya (bernama Aisyah) dikaruniai lima orang anak Dari istri keduanya (bernama Tara) dikaruniai dua orang anak Dari istri ketiganya (bernama Nuri) dikaruniai dua orang anak.

Daoistovzdb · Thành thị
Không đủ số lượng người đọc
3 Chs

02

Masih di Jakarta,

Di rumah ayah Kamil,

Di ruang keluarga..

"Mil", ibu Kamil memanggil Kamil.

"Iya mah..", jawab Kamil.

"Kamu tidak antar istrimu USG?", Tanya ibu Kamil.

"Sudah mah, alhamdulillah kata dokter perempuan lagi", jawab Kamil.

"Loh memang nya usia ke hamilan nya Titah sudah berapa bulan mil, sudah di USG saja?", Tanya teh Kulsum.

"ebentar lagi mah, teh, kan Titah gemuk sekarang jadi tidak begitu kelihatan besar hamilnya", jawab Kamil.

"Oh", seru ibu Kamil.

"Assalamu'alaikum", Aisyah memberikan salam pada Kamil, teh Kulsum, dan mertuanya.

"Wa'alaikumussalam", Kamil, teh Kulsum, dan mertuanya menjawab salam dari Aisyah.

"Darimana syah, Sudah dapat calon istri buat Fitroh belum?", Tanya ibu Kamil.

"Belum mah", jawab Aisyah.

"Ya terus cari dong sampai ketemu, ingat ya waktu kamu tinggal seminggu lagi", ibu Kamil memperingatkan Aisyah lagi.

Di dapur..

"Sep", Paijo menegur Asep.

"Iya Jo", jawab Asep.

"Sep", Paijo menegur Asep lagi.

"Naon da jo?"

(Apa sih jo?), Tanya Asep.

"Iku kenopo sih majikan mu teriak-teriak saka pertama kulo neng merene?"

(Itu kenapa sih majikanmu teriak-teriak dari pertama saya disini?), Paijo menjawab pertanyaan Asep dan bertanya pada Asep.

"Oh eta, biasa nyuhunkeun cucu tina anak na anu kadua"

(Oh itu, biasa minta cucu dari anaknya yang kedua), jawab Asep.

"Loh memangnya durung neng karuniai anak ta sep?"

(Loh memangnya belum dikaruniai anak ta sep?), Tanya Paijo lagi.

"Muhun atos lima tahun tacan tikaruniai anak"

(Iya sudah lima tahun belum dikaruniai anak), jawab Asep lagi.

"Jo..", Titah memanggil Paijo.

"Inggih bu"

(Iya bu), jawab Paijo.

"Panjenengan wong jawi juga"

(Kamu orang jawa juga?), Tanya Titah.

"Inggih bu"

(Iya bu), jawab Paijo.

"Kulo kira betawi, habisnya panjenengan pake basa betawi.."

(Saya kira betawi, habisnya kamu pake bahasa bahasa betawi..), kata Titah.

"Jawa asli bu", sambung Paijo.

"Asli pundi?"

(asli mana?), Tanya Titah lagi.

"Kediri bu", jawab Paijo.

"Oh ya.. Sama dong itu kampung halaman nenek dari ibu saya", kata Titah.

"Oh..", seru Paijo.

"Iya..", sambung Titah.

"Umi..", Farahdira Fatimah memanggil Titah.

"Iya sayang", jawab Titah.

"Aku mau main sepeda sama aa Raditya dulu ya", Farahdira Fatimah izin pada Titah untuk bermain.

"Iya.. Hati-hati", Titah mengizinkan Farahdira Fatimah bermain.

"Iya mi", jawab Farahdira Fatimah.

"Apura bu, kulo arep berbicara tapi mengko podo biyung lan romo ono beberapa sing arep kulo bicarakan Pareng?"

(maaf bu, saya ingin berbicara tapi nanti sama ibu dan bapak ada beberapa yang ingin saya bicarakan boleh?), Tanya Paijo.

"Pareng..", jawab Titah.

"Oke.., bu Titah baik banget loh sep orangnya", kata Paijo.

"Emang, baru tau ya?", Tanya Asep.

"Iya, kan saya baru bekerja disini sep..", jawab Paijo.

Di ruang keluarga lagi..

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada semua yang ada di ruang keluarga.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di ruang keluarga menjawab salam dari Titah.

"Kamu darimana tah?", Tanya ibu Kamil.

"Habis dari belakang mah, oh iya mas Kamil", jawab Titah.

"Iya sayang", sambung Kamil.

"Nanti ada yang ingin Paijo bicarakan sama kita", Titah memberi tahu Kamil kalau Paijo akan berbicara sesuatu kepada Titah dan Kamil.

"Soal naon?"

(Soal apa?), Tanya Kamil.

"Teuing.."

(Entah..), jawab Titah.

"Ya sudah kalau begitu kamu istirahat gih sana", pinta ibu Kamil.

"Iya mah, aduh.., ketuban Titah pecah", Titah kesakitan karena waktunya melahirkan sudah tiba.

"Kamu kenapa sayang?", Tanya Kamil lagi.

"Sakit mas.., ketuban Titah pecah", jawab Titah lagi.

"Mil cepat panggil bapak di Aula, teh.., teh Kulsum", pinta ibu Kamil dan memanggil teh Kulsum.

"Iya mah", jawab teh Kulsum.

"Iya mah", Kamil melaksanakan perintah dari ibunya.

"Telepon ambulance", pinta ibu Kamil lagi.

"Iya mah", teh Kulsum melaksanakan perintah dari ibunya.

Di Aula..

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada semua murid dari ayahnya.

"Wa'alaikumussalam", semua murid dari ayahnya menjawab salam dari Kamil.

"Maaf adik-adik menganggu, yah", kata Kamil.

"Iya ada apa mil?", Tanya ayah Kamil.

"Titah yah, Titah..", jawab Kamil dengan panik.

"Kunaon sarua Titah, pamajikan anjeun?"

(Kenapa sama Titah, istri kamu?), Tanya ayah Kamil lagi.

"Ketubannya pecah, Titah mau melahirkan", jawab Kamil dengan panik lagi.

"Nya alloh, nya atos lamun begitu anjeun balik duluan wae, abah hayang membubarkan anak-anak baheula"

(Ya alloh, ya sudah kalau begitu kamu pulang duluan saja, ayah mau membubarkan anak-anak dulu), kata ayahnya yang ikut panik juga.

"Iya yah", jawab Kamil.

Di depan gang..

"Allahuakbar", Fitroh kaget melihat Kamil yang buru-buru lari ke rumah.

"Maaf a", Kamil meminta maaf pada Fitroh.

"Kamil Hmm", keluh Fitroh.

"A tolong", Kamil meminta bantuan dari Fitroh.

"Tarik nafas dulu, tarik nafas.. Buang, tarik nafas.. Buang", kata Fitroh yang meminta Kamil untuk menarik nafas.

"Huh..", Kamil menghela nafas.

"Tarik nafas lagi, Buang, tarik nafas, Buang Lagi", kata Fitroh yang meminta Kamil untuk menarik nafas lagi.

"A..", Kamil menegur Fitroh.

"Naon?"

(Apa?), Tanya Fitroh.

"Itu a, mau melahirkan", kaya Kamil yang cemas.

"Apa kamu mau melahirkan?", Tanya Kamil.

"Bukan Kamil yang mau melahirkan, tapi Titah a", jawab Kamil.

"Haa..", Fitroh kaget yang mendengar Titah akan melahirkan.

"Kok haa..", kata Kamil yang kebingungan karena melihat Fitroh yang mendengar Titah akan segera melahirkan.

"Ya udah yuk pulang", Fitroh mengajak Kamil pulang.

"Ini juga mau pulang, Hayuk", Kamil juga mengajak Fitroh pulang dengan panik.

Di rumah ayah Kamil lagi,

Di ruang keluarga lagi..

"Duh Kamil teh kamana nya?"

(Duh Kamil teh kemana ya?), Tanya ibu Kamil.

"Mah", seru teh Kulsum.

"Kamu ngapain, menantu kok tidak berguna sekali", kata ibu Kamil yang marah pada Aisyah.

"Mah Tadi teteh sudah telepon ambulancenya ya", teh Kulsum memberitahu ibunya.

"Ya sudah sekarang kamu siapkan barang bawaannya Titah", pinta ibu Kamil.

"Iya mah", teh Kulsum melaksanakan perintah dari ibunya.

"Biar aku bantu mah", kata Aisyah.

"Gak usah, kamu itu tidak berguna tau, jadi lebih baik tidak usah", kata ibu Kamil lagi yang marah pada Aisyah.

"Assalamu'alaikum", Kamil dan Fitroh memberikan salam pada ibunya dan Aisyah.

"Wa'alaikumussalam", ibunya dan Aisyah menjawab salam dari Kamil dan Fitroh.

"Mah ambulancenya sudah datang", kata Fitroh.

"Ya sudah tolong troh", sambung ibunya.

"Iya mah", Fitroh melaksanakan perintah dari ibunya.

Di rumah sakit..

"Semuanya sudah Kamil urus mah", kata Kamil yang baru saja mengurus biaya persalinan Titah.

"Syukur alhamdulillah", kata ibu Kamil yang mengucap syukur.

"Assalamu'alaikum", kanjeng ibu memberikan salam pada semua yang ada di rumah sakit.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di rumah sakit menjawab salam dari kanjeng ibu.

"Gimana keadaan anakku, sudah melahirkan apa belum?", Tanya kanjeng ibu.

"Belum bu, minta doanya saja, ibu ke sini sama siapa?", Kamil menjawab pertanyaan mertuanya dan Kamil bertanya lagi.

"Sama bapak mertuamulah", jawab kanjeng ibu.

"Oh..", seru Kamil.

"Assalamu'alaikum", Aisyah memberikan salam pada semua yang ada di rumah sakit.

"Wa'alaikumussalam",  semua yang ada di rumah sakit menjawab salam dari Aisyah.

"Kamu ngapain disini?", Tanya ibu Kamil.

"Saya..", Aisya ingin menjawab pertanyaan mertuanya dan di potong pembicaraannya oleh mertuanya.

"Gak berguna", ibu Kamil menyindir Aisyah dan mengatakan bahwa Aisyah menantu yang tidak berguna.

"Astaghfirullahalazim mama", kata Fitroh.

"Tau ah", ibu Kamil pergi meninggalkan semua yang ada di luar kamar Titah.

"Mama mau kemana?", Tanya Kamil.

"Mau kemana saja, yang penting tidak bertemu dengan dia", jawab ibu Kamil.

Dan setelah beberapa jam Titah melahirkan putri ketiganya,

Lalu Kamil memberikannya nama Silvy untuk putri ketiganya.

Lalu diluar ruangan inap Titah, Aisyah bertemu dengan Tara, seorang perempuan yang merelakan calon suaminya untuk adiknya, Aisyah pun menjadikan Tara sebagai istri kedua Fitroh (madu nya).

Dan akhirnya lebaran pun tiba, itu tandanya tidak lama lagi Fitroh suaminya akan menikahi Tara, perempuan yang Aisyah pilih untuk menjadi madunya.

Di rumah ayah Kamil lagi,

Di depan rumah..

"Akhirnya ada suara bayi lagi di rumah, sudah lama mama tidak mendengar suara tangisan bayi, fan sebentar lagi mama juga akan mendengar hal yang sama dari Fitroh dan Tara, iya kan Aisyah?", Tanya ibunya yang menyindir Aisyah.

"Iya mah", kata Aisyah.

"Mama apaan sih", Fitroh sangat marah saat ibunya menyindir istrinya, Aisyah.

"Iya tante, janganlah berbicara seperti itu", kata Tara yang ikut membela Aisyah.

"Iya deh, Cuma sama kamu saja loh tante nurutnya", kata ibu Kamil.

Di kamar Titah dan Kamil..

"Assalamu'alaikum", Paijo memberikan salam pada Titah dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Paijo.

"Masuk Jo..", pinta Kamil.

"Nggih.."

(Ya..), Paijo melaksanakan perintah dari Kamil.

"Kenapa Jo?", Tanya Kamil.

"Ada yang mau saya omongin ke bapak dan ibu, soalnya kemarin mau ngomong takut menganggu bapak dan ibu, soalnya kan dede bayinya baru saja di bawa pulang ke rumah", jawab Paijo.

"Oh, ya sudah tidak apa bicarakan saja", kata Kamil meminta Paijo berbicara.

"Pareng bu, pak?"

(Boleh bu, pak?), Tanya Paijo.

"Pareng.."

(Boleh..), jawab Kamil.

"Jadi gini pak, bu, saya tau bagaimana caranya agar kakak dan kakak iparnya pak Kamil bisa di karuniai anak", Paijo menjelaskannya pada Kamil.

"Oh iya jo, gimana cara nya?", Tanya Kamil.

"Saya punya kenalan pak, bu", jawab Paijo.

"Bisa dibawa kesini atau kita yang datang kesana?", Tanya Titah.

"Caranya datang saja bu, pak kerumahnya kenalan saya, kebetulan juga beliau masih satu kerabat dengan saya", jawab Paijo.

"Oh, Kapan jo?", Tanya Kamil lagi.

"Kapan saja pak, tapi sebelum bertemu dengannya kita harus membuat janji dulu", jawab Paijo.

"Oh.., kamu punya alamatnya?", Tanya Kamil lagi.

"Punya, nanti saya WhatsApp nomernya, oh ya ada satu lagi pak..", jawab Paijo lagi.

"Ada lagi?", Tanya Kamil lagi.

"Iya pak", jawab Paijo lagi.

"Apa itu?", Tanya Kamil lagi.

"Pak, bu, boleh gak kalau saya memanggil bapak dan ibu, tuan mami dan tuan papi?", Tanya Paijo lagi.

"Pareng Jo.."

(Boleh Jo..), jawab Kamil.

"Bener pareng?"

(Benar boleh?), Tanya Paijo lagi.

"Nggih.."

(Ya..), jawab Titah dan Kamil.

"Alhamdulillah, sudah itu saja pak, bu, assalamu'alaikum", Paijo memberikan salam pada Kamil dan Titah yang keluar dari kamar Titah dan Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Kamil dan Titah menjawab salam dari Paijo.

****** ****** ****** ****** ****** ******

Satu minggu kemudian..

Masih di rumah ayah Kamil,

Di ruang tengah..

"Kamu sudah mau pulang tah, mil..?", Tanya ibu Kamil.

"Iya mah, hari ini", kata Kamil yang menjawab pertanyaan ibunya.

"Tapikan pernikahan kedua Fitroh tinggal menghitung hari", kata ibu Kamil.

"Mama tenang saja di hari pernikahannya a Fitroh yang ke-dua aku dan Titah datang kok", kata Kamil menghibur ibunya.

"Benar ya mil?", Tanya ibunya.

"Iya mah", jawab Kamil.

"Assalamu'alaikum", Paijo memberikan salam pada ibu Kamil.

"Wa'alaikumussalam", ibu Kamil menjawab salam dari Paijo.

"Kenapa jo?", Tanya Kamil.

"Semua sudah siap tuan papi, tuan mami", jawab Paijo.

"Oh..", seru Kamil.

"Ya sudah mah kami pamit pulang ke sukabumi ya", Titah berpamitan pada mertuanya.

"Iya..", seru ibu Kamil.

"Hayuk anak-anak pamit sama nini dan aki dulu", pinta Titah.

"Ni..", seru Asma.

"Iya, hati-hati ya di jalan", kata ibu Kamil.

"Junior", ayah Kamil memanggil cucunya, Kamil Junior.

"Iya ki", jawab Kamil Junior.

"Jaga umi dan saudaramu yang lain ya", ayah Kamil berpesan pada Kamil Junior.

"Iya ki..", jawab Kamil Junior lagi.

"Ya sudah yah, Kamil dan keluarga pamit, assalamu'alaikum", Kamil berpamitan sekali lagi dan memberikan salam.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di rumah menjawab salam dari Kamil.

****** ****** ****** ****** ****** *******

Di sukabumi,

Di rumah Kamil,

Didepan rumah..

"Anak-anak sudah sampai", kata Titah.

"Iya..", jawab Kamil Junior.

"Asma sini sama teteh", kata Farahdira Fatimah.

"Silvy sama abi saja ya", Kamil menggendong Silvy.

"Iya, hati-hati mas", kata Titah.

"Iya sayang, Jo..", sambung Kamil.

"Inggih tuan papi"

(Iya tuan papi), Paijo menghadap Kamil.

"Pak Wahid", Kamil memanggil pak Wahid.

"Muhun pak Kamil"

(Iya pak Kamil), pak Wahid menghadap Kamil.

"Tolong bantu ya", pinta Kamil.

"Muhun pak Kamil", kata pak Wahid melaksanakan perintah dari Kamil.

"Jo..", Kamil memanggil Paijo lagi.

"Inggih tuan papi"

(Iya tuan papi), Paijo menghadap Kamil.

"Duh bahasa jawa lagi, dalam hati Kamil, sayang", keluh Kamil dan memanggil Titah.

"Iya mas", jawab Titah.

"Bahasa jawa, mas Kamil gak ngerti", kata Kamil.

"Oh.., Jo", Titah memanggil Paijo.

"Inggih tuan mami"

(Iya tuan mami)", jawab Paijo.

"Mengko barang-barange taruh neng ruang tamu disik nggih, ana sing gelem kulo bicarakan podo panjenengan"

(Nanti barang-barangnya taruh di ruang tamu dulu ya, ada yang mau saya bicarakan sama kamu), pinta Titah.

"Inggih tuan mami"

(Iya tuan mami), Paijo melaksanakan perintah dari Titah.

"Yuk mas masuk", Titah mengajak Kamil masuk kedalam rumah.

"Yuk..", sambung Kamil.

Di ruang tamu..

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada mbok Surip.

"Wa'alaikumussalam", mbok Surip menjawab salam dari Kamil.

"Mbok", Kamil memanggil mbok Surip.

"Inggih pak Kamil"

(Iya pak Kamil), jawab mbok Surip.

"Tolong bawa ke kamar bayi ya barangnya", pinta Kamil pada Paijo.

"Inggih pak"

(Iya pak), Paijo melaksanakan perintah dari Kamil.

"Oh ya nanti kamu kembali ke sini lagi ya mbok", pinta Kamil pada mbok Surip.

"Nggih pak"

(Ya pak)", mbok Surip melaksanakan perintah dari Kamil.

"Yank", Kamil memanggil Titah.

"Iya..", jawab Titah.

"Kamu taruh dulu di kamar dede bayi langsung ya", pinta Kamil pada Titah.

"Iya, jangan lupa cuci kaki ya mas", pinta Titah juga pada Kamil.

"Iya", jawab Kamil. 

"Jo cuci kaki ya", pinta Titah pada Paijo.

"Inggih tuan mami"

(Iya tuan mami), Paijo melaksanakan perintah Titah.

"Ya sudah..", kata Titah yang pergi meninggalkan Kamil dan Paijo.

Di kamar Silvy..

"Bu..", mbok Surip menegur Titah.

"Inggih mbok"

(Iya mbok), jawab Titah.

"Lahir kapan lan Asmane sinten?"

(Lahir kapan dan namanya siapa?), Tanya mbok Surip.

"Dino kamis mbok, asmane Silvy"

(Hari Kamis mbok, nama nya Silvy mbok), jawab Titah.

"Oh..", seru mbok Surip.

"Inggih mbok.."

(Iya mbok..), sambung Titah.

"Oh..", seru mbok Surip.

"Inggih, ya sampun ke ruang tamu meneh yuk, ana anggota batih anyar soale"

(iya, ya sudah ke ruang tamu lagi yuk, ada anggota keluarga baru soalnya), Titah mengajak mbok Surip ke ruang keluarga.

"Nggih bu"

(Ya bu), kata mbok Surip.

"Oh nggih mbok.. piye karo si Asih wis neng kabari untuk bekerja sebagai pengasuh neng omah?"

(Oh ya mbok.. Gimana sama si Asih sudah di kabari untuk bekerja sebagai pengasuh di rumah?), Tanya Titah.

"Durung bu.. koutane Asih mbok entek"

(Belum bu.. Koutanya Asih mungkin habis), jawab mbok Surip.

"Oh gitu, mengko antar kulo ke wage nggih mbok untuk sesuk"

(Oh gitu, nanti antar saya ke pasar ya untuk besok), pinta Titah pada mbok Surip.

"Inggih bu, jagi ngancani ngendi wae"

(Iya bu, siap temani kemana saja), kata mbok Surip.

Diruang tamu lagi..

"Semuanya sudah berkumpul di sini, nah pak Wahid, mang Ujang, pak Surip, dan mbok Surip, perkenalkan ini Paijo anggota keluarga kita yang baru", Kamil memperkenalkan Paijo ke keluarganya di rumahnya.

"Paijo", Paijo memperkenalkan dirinya pada pak Wahid.

"Saya pak Wahid", pak Wahid juga memperkenalkan dirinya pada Paijo.

"Paijo", memperkenalkan dirinya pada mang Ujang.

"Saya mang Ujang", mang Ujang juga memperkenalkan dirinya pada Paijo.

"Pai.., loh lik Surip..", Paijo memperkenalkan diri dan Paijo juga kaget melihat pak Surip yang ternyata adalah paman dari Paijo.

"Inggih, loh Joya.."

(Iya, loh Joya..), kata pak Surip yang juga kaget melihat Paijo yang ternyata adalah keponakannya.

"Kalian sudah saling kenal?", Tanya Titah yang kaget juga melihat Paijo dan pak Surip adalah keponakan dan paman.

"Sampun bu Kamil, iki anak'e adhi kulo"

(Sudah bu Kamil, ini anaknya adik saya), jawab mbok Surip.

"Loh berarti keponakanne mbok Surip dong?"

(Loh berarti keponakannya mbok Surip dong?), Tanya Titah lagi.

"Nggih bu.."

(Ya bu..), jawab mbok Surip lagi.

"Sing si mbok ceritain ke kulo wayah iku?"

(Yang si mbok ceritain ke saya waktu itu?), Tanya Titah lagi.

"Nggih bu.."

(Ya bu..), jawab mbok Surip lagi.

"Yank artinya apa?", Tanya Kamil pada Titah.

"Ternyata Paijo ini adalah keponakan nya mbok Surip yang sudah tidak bertemu beberapa tahun yang lalu mas", Titah menjawab pertanyaan dari Kamil.

"Benar begitu mbok?", Tanya Kamil pada mbok Surip.

"Nggih pak Kamil.."

(Ya pak Kamil..), mbok Surip menjawab pertanyaan dari Kamil.

"Oalah.., mbok..", kata Kamil.

"Nggih pak Kamil", sambung mbok Surip.

"Nanti ajak Paijo berkeliling rumah dan pak Wahid ajak Paijo berkeliling komplek sekalian kasih berkas-berkas nya Paijo ke pak Rt pake motor", pinta Kamil pada mbok Surip dan pak Wahid.

"Baik pak Kamil..", mbok Surip dan pak Wahid melaksanakan perintah dari Kamil.

Di taman depan rumah..

"Sampun tau ta panjenengan saiki isi omah di sini, ono opo wae lan ruanganne nangdi wae?"

(Sudah tau ta kamu sekarang  isi rumah disini, ada apa saja dan ruangannya dimana saja?), Tanya mbok Surip pada Paijo.

"Inggih sampun lik.."

(Iya sudah lik..), jawab Paijo.

"Kumaha jo atos siap untuk keliling komplek?"

(Bagaimana jo sudah siap untuk keliling komplek?), Tanya pak Wahid pada Paijo.

"lik..", Paijo memanggil mbok Surip yang sedang menyapu halaman rumah.

"Apa?", Tanya mbok Surip.

"Iku artine opo Nggih?"

(itu artinya apa ya?), Tanya Paijo juga.

"Jarene pak Wahid panjenengan wis siap durung untuk berkeliling kompleks lan ke omah pak rt"

(Katanya pak Wahid kamu sudah siap belum untuk berkeliling kompleks dan ke rumah pak rt), jawab mbok Surip.

"Oh sudah, sebentar saya ambil berkas dulu ya", Paijo menjawab pertanyaan pak Wahid dan Paijo masuk kedalam rumah untuk mengambil berkas.

"Oh iya", seru pak Wahid.

"Kamu itu loh hid", mbok Surip memarahi pak Wahid.

"Kenapa sih mbok?", Tanya pak Wahid.

"Pake bahasa indonesia saja gitu loh jangan pake bahasa sunda", jawab mbok Surip.

"Iya mbok", seru pak Wahid.

"Aku titip ponakan ku", kata mbok Surip yang menitipkan Paijo pada pak Wahid.

"Iya mbok", seru pak Wahid lagi.

"Sudah siap pak", kata Paijo.

"Oke..", seru pak Wahid lagi.

"Berangkat dulu ya lik, assalamu'alaikum", Paijo memberikan salam pada mbok Surip.

"Wa'alaikumussalam", mbok Surip menjawab salam dari Paijo.

Di kamar Kamil dan Titah..

"Yank, mau kemana?", Tanya Kamil.

"Ke pasar mas..", jawab Titah.

"Apa gak capek kamu, baru juga sampai rumah sudah mau pergi lagi, besok saja ke pasarnya", kata Kamil.

"Biar sekalian capek mas, lalu kalau besok kepasarnya besok sarapan pake apa?", Tanya Titah.

"Roti bakar saja", jawab Kamil.

"Selai dan menteganya habis", kata Titah.

"Oh.. Ya sudah berangkat ke pasar saja, sama siapa?", Tanya Kamil lagi.

"Sama mbok Surip", jawab Titah lagi.

"Ajak saja Paijo biar mengenal pasar di sini seperti apa, yank maaf aku gak bisa ikut", pinta Kamil.

"Oh iya gak apa mas.. Ya sudah aku berangkat", Titah melaksanakan perintah dari Kamil.

"Iya, hati-hati ya istriku", kata Kamil.

"Iya, jaga dede bayinya ya jangan tidur", Titah meminta Kamil untuk menjaga Silvy, anak Titah dan Kamil yang baru lahir.

"Iya..", seru Kamil.

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Kamil.

"Wa'alaikumussalam", Kamil menjawab salam dari Titah.

Di depan rumah lagi..

"Mbok..", Titah menegur mbok Surip yang sedang membakar sampah.

"Nggih bu Kamil"

(Ya bu Kamil), jawab mbok Surip.

"Yuk ke pasar, Paijo mana?", Tanya Titah yang mengajak mbok Surip ke pasar.

"Joya maksudnya bu?", Tanya mbok Surip.

"Kok joya sih mbok?", Tanya Titah juga.

"Assalamu'alaikum, apura bu Kamil sampun siap mobile"

(Assalamu'alaikum, maaf bu Kamil sudah siap mobilnya), pak Surip memberikan salam pada Titah dan mbok Surip.

"Wa'alaikumussalam", Titah dan mbok Surip menjawab salam dari pak Surip.

"Inggih sediluk, neng suruh bapak ajak Paijo, dadi tunggu neng mobil wae, mbok neng jawab dong pertanyaan ku mau.."

(iya sebentar, si suruh bapak ajak Paijo, jadi tunggu di mobil saja, mbok di jawab atuh pertanyaan ku tadi..), pinta Titah.

"Batih kulo memanggilnya joya, yang artinya Paijo payah"

(Keluarga saya memanggilnya joya, yang artinya Paijo payah..), mbok Surip menjawab permintaan Titah.

"Kok gitu mbok?", Tanya Titah lagi.

"Inggih karena yen di berikan tugas opo wae, selalu ora tau beres"

(Iya karena kalau di berikan tugas apa saja, selalu tidak  pernah beres), jawab mbok Surip lagi.

"Oh..", seru Titah.

"Nggih.."

(Ya..), sambung mbok Surip.

Di rumah pak Rt,

Di ruang Tengah..

"Mi..", Frengki mencari ibunya.

"Io Freng.."

(Iya Freng..), jawab Zanora.

"Papi mana?", Tanya Frengki.

"Ada apa memangnya?, tumben mencari ngana pe papi?"

(Ada apa memangnya?, tumben mencari kamu punya papi?), Tanya Zanora juga.

"Ini loh mi, Frengki mo minta tanda tangan kita pe papi"

(Ini loh mi, Frengki mau minta tanda tangan nya papi), jawab Frengki.

"Memangnya apa itu Freng?", Tanya Zanora lagi.

"Ini Frengki pe ulangan mi.."

(Ini Frengki punya ulangan mi..), jawab Frengki lagi.

"Oh, co sini mami lia ngana pe ulangan"

(Oh, coba sini mami lihat kamu punya ulangan), Pinta Zanora.

"Ini mi..", Frengki memberikan ulangannya pada Zanora.

"Assalamu'alaikum", Pak Wahid dan Paijo memberikan salam pada Zanora dan Frengki.

"Wa'alaikumussalam", Zanora dan Frengki menjawab salam dari pak Wahid dan Paijo.

"Ngana lia siapa yang datang"

(Kamu lihat siapa yang datang), pinta Zanora.

"Io mi.."

(Iya mi..), Frengki melaksanakan perintah dari ibunya.

Di depan rumah pak Rt..

"Eh pak Wahid.. Masuk pak..", Frengki mempersilahkan Pak Wahid dan Paijo masuk ke dalam rumah.

"Muhun Freng, Jo hayuk.."

(Iya Freng, Jo hayuk..)", Pak Wahid mengajak Paijo masuk ke rumah pak rt.

"Iya", seru Paijo.

Di ruang tamu..

"Sebentar ya saya panggil mami dulu", kata Frengki.

"Den..", Syahrini memanggil Frengki.

"Bi Syah..", kata Frengki.

"Syahrini den, bukan Syah", Syahrini menjelaskannya pada Frengki.

"Iya itu maksud saya, tolong bikin minum ya", pinta Frengki.

"Siap den..", Syahrini melaksanakan perintah dari Frengki.

"Mi, mami.. Mi, mami..", Frengki memanggil ibunya.

"Ada apa Freng, jan berteriak-triak macang itu, ngana pikir kuping mami tara sakit apa?"

(Ada apa Freng, jangan berteriak-triak seperti itu, kamu pikir kuping mami tidak sakit apa?), Tanya Zanora lagi.

"Maaf mi..", Frengki meminta maaf pada ibunya.

"Kinapa ngana panggil mami?"

(Kenapa kamu panggil mami?), Tanya Zanora.

"Itu ada..", menunjuk kearah pak Wahid dan Paijo.

"Oh ada pak Wahid", Zanora mengetahui ada pak Wahid dan Paijo.

"Kuring mengantar warga sekaligus anggota anyar tiimah pak Kamil, bu"

(Saya mengantar warga sekaligus anggota baru di rumah pak Kamil bu), pak Wahid memberitahu Zanora dan memperkenalkan Paijo pada Zanora.

"Oh gitu, ya su ngana tunggu kita pe laki pulang kerja ya, mungkin sebentar lai kita pe laki pulang kerja"

(Oh gitu, ya sudah kamu tunggu saya punya suami pulang kerja ya, mungkin sebentar lagi saya punya suami  pulang kerja), kata Zanora.

"Assalamu'alaikum", Gibran memberikan salam pada semua yang ada di rumahnya.

"Wa'alaikumussalam", semua yang ada di rumah menjawab salam dari Gibran.

"Nah itu de, kita pe laki pulang.."

(Nah itu dia, saya punya suami pulang..), kata Zanora.

"Wah aya tamu.."

(Wah ada tamu..), kata Gibran.

Di rumah Kamil,

Di mobil..

"Kok pak Wahid dan Paijo lama ya, mbok Surip ada nomernya Paijo gak?", Tanya Titah.

"Ada bu", jawab mbok Surip.

"Pareng nyuwun?"

(Boleh minta?), Tanya Titah lagi.

"Pareng bu, 0813xxxxxxxx"

(Boleh bu, 0813xxxxxxxx), jawab mbok Surip lagi.

Percakapan Titah dan Paijo lewat whatsapp.

"Assalamu'alaikum", Titah memberikan salam pada Paijo.

"Wa'alaikumussalam, maaf ini siapa ya?", Paijo menjawab salam dari Titah dan bertanya pada Titah.

"Tuan mami mu jo,", jawab Titah.

"Oh tuan mami, ada apa?", Tanya Paijo lagi.

"Kamu sudah belum di rumahnya pak rt?", Tanya Titah juga.

"Belum tuan mami, sebentar lagi tinggal kasih fotocopy KTP nya saja, memangnya kenapa ya?", Paijo menjawab pertanyaan dari Titah dan bertanya lagi pada Titah.

"Ya sudah kamu saya jemput saja ya di rumahnya pak rt, saya mau ajak kamu kepasar", jawab Titah.

"Oh inggih bu"

(Oh iya bu), kata Paijo.

"Ya, assalamu'alaikum", Seru Titah dan Titah memberikan salam pada Paijo yang menutup percakapan whatsapp nya.

"Wa'alaikumussalam", Paijo menjawab salam dari Titah yang menutup percakapan whatsapp nya.

Masih di mobil..

"Pak Surip", Titah mencolek pak Surip.

"Inggih bu"

(Iya bu), jawab pak Surip.

"Dalan wae, nangging lewat omahe pak rt nggih"

(Jalan saja, tapi lewat rumahnya pak Rt ya), pinta Titah.

"Inggih bu"

(Iya bu), pak Surip melaksanakan perintah dari Titah.

Di rumah pak rt lagi,

Di ruang tamu..

"Sudah selasai ya mas, emm.. Mas siapa tadi, saya lupa?", Tanya Gibran.

"Paijo pak rt, tapi panggil saja Joya", jawab Paijo.

"Oh nya mas Paijo.."

(Oh ya mas Paijo..), kata Gibran.

Di depan rumah pak Rt..

"Nya atos pak, lamun kitu kuring jeung paijo pamit, assalamu'alaikum"

(Ya sudah pak, kalau begitu saya dan Paijo pamit, assalamu'alaikum), pak Wahid dan Paijo pamit pulang dan memberikan salam pada Gibran.

"Muhun pak Wahid, wa'alaikumussalam"

(Iya pak Wahid, wa'alaikumussalam), Gibran menjawab salam dari Paijo dan pak Wahid.

"Jo", Titah menegur Paijo.

"Bu Kamil", pak Wahid juga menegur Titah.

"Muhun, pak Wahid"

(Iya, pak Wahid), jawab Titah.

"Muhun.."

(Iya..), jawab pak Wahid juga.

"Pak Wahid balik wae duluan biar ajeng Paijo anu kuring ajak keliling komplek"

(Pak Wahid pulang saja duluan biar nanti Paijo yang saya ajak keliling kompleks), kata Titah.

"Muhun bu Kamil"

(Iya bu Kamil), sambung pak Wahid.

"Jo, sini masuk", Titah meminta Paijo untuk masuk ke dalam mobil.

"Di depan nggih jo", sambung mbok Surip.

"Nggih lik", seru Paijo.

Di pasar..

"Mbok", Titah memanggil mbok Surip.

"Nggih bu"

(Ya bu), jawab mbok Surip.

"Jaga Paijo jangan sampai terpisah karena dia kan baru disini" Titah berpesan pada mbok Surip.

"Inggih bu"

(Iya bu), mbok Surip menjawab pesan dari Titah.

"Tuan mami", Paijo menghentikan langkah Titah.

"Nggih jo, ana apa?"

(Ya jo, ada apa?), Tanya Titah.

"Ono sing gelem kulo bicarakan, tapi mengko setelah bali wage"

(Ada yang mau saya bicarakan, tapi nanti setelah pulang pasar), jawab Paijo.

"Oh inggih, yen begitu podo dong ono sing gelem kulo bicarakan juga karo penjenengan jo mengko neng omah"

(Oh iya, kalau begitu sama dong ada yang mau saya bicarakan juga dengan kamu jo nanti dirumah), kata Titah.

"Siap tuan mami", sambung Paijo.

Di rumah pak rt lagi,

Di depan rumah..

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada Zanora.

"Wa'alaikumussalam", Zanora menjawab salam dari Kamil.

"Bu rt, pak rt ada?", Tanya Kamil.

"Ada didalam, tunggu sebentar ya pak Kamil", jawab Zanora.

"Iya bu", seru Kamil.

Di ruang tv..

"Pi", Frengki memanggil ayahnya.

"Naon Freng?"

(Apa Freng?), Tanya Gibran.

"Tanda tangan dulu dong", jawab Frengki yang meminta tanda tangan dari Gibran.

"Anjeun nyuhunkeun tanda leungeun papi, jieun naon?"

(Kamu minta tanda tangan papi, buat apa?), Tanya Gibran lagi.

"Jieun ulangan Frengki"

(Buat ulangan Frengki), jawab Frengki lagi.

"Taruh wae timeja baheula ajeng papi tanda leungeun"

(Taruh saja dimeja dulu, nanti papi tanda tangan), pinta Gibran.

"Muhun pi"

(Iya pi), seru Frengki.

"Papi", Zanora memanggil Gibran.

"Muhun mi"

(Iya mi), seru Gibran.

"Ada pak Kamil mencari papi", kata Zanora.

"Oh, paling ngajakin papi ronda mi", sambung Gibran.

"Tunggu sebentar papi mo kemana?"

(Tunggu sebentar papi mau kemana?), Tanya Zanora.

"Hayang ngeronda atuh mi, pan papi atos nyarios barusan ka mami.."

(Mau ngeronda dong mi, kan papi sudah bilang barusan ke mami..), jawab Gibran.

"Su tanda tangani ulangan papi pe anak belum?"

(Sudah tanda tangani ulangan papi punya anak belum?), Tanya Zanora.

"Tacan mi, ajeng wae balik tina ngeronda"

(Belum mi, nanti saja pulang dari ngeronda), jawab Gibran.

"Tara bisa, papi harus tanda tangan katong pe anak dulu, karena mami tau pasti setiap papi pulang dari ngeronda pasti tidur tara bangun-bangun alias kesiangan"

(Tidak bisa, papi harus tanda tangan kita punya anak dulu, karena mami tau pasti setiap papi pulang dari ngeronda pasti tidur tidak bangun-bangun alias kesiangan), Zanora pada Gibran yang tidak mau menandatangani ulangan anaknya dan memaksa Gibran untuk menandatanganinya.

"Muhun mi, papi tanda leungeun ayeuna"

(Iya mi, papi tanda tangan sekarang), ketakutan di paksa oleh Zanora.

"Ya su cepat, habis itu ngana Freng masu kamar, kunci pintu kamar ngana, dan pergi tidur.."

(Ya sudah cepat, habis itu kamu Freng masuk kamar, kunci pintu kamar kamu, dan pergi tidur..), pinta Zanora.

"Io mi"

(Iya mi), Frengki melaksanakan perintah dari ibunya.

Bersambung..