webnovel

IMPIANKU

Dara anandia,seorang gadis 18 tahun yang memiliki impian untuk menjadi seorang atlet. Dia senang mengejar layang layang,disanalah dia mulai menyukai berlari. Tetapi untuk mengejar impiannya,dia harus menghadapi berbagai rintangan. Keluarganya tidak mengizinkan dia untuk menjadi seorang atlet,terutama ayahnya. Menurut ayahnya,atlet lari hanyalah kebahagiaan sementara. Ayahnya hanya ingin dara menjadi seorang mentri yang begitu di hormati sehingga bisa mengangkat derajat keluarganya yang sederhana.

Wina_Winengsih · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
28 Chs

Jatuh Cinta

"Lo..cantik Dara"

"Apa ini...perasaan apa ini."kata Dara dalam hati.

Ken melangkahkan kakinya mendekati Dara dan Satria.

"Ekhemmmm..."

Satria dan Dara langsung sadar lalu menegakkan posisi mereka.

Jio melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam,lalu Jio mendekati Dara.

"Dara,kita harus pulang sekarang"ucap Jio.

"Iya"balas Dara yang masih merasa canggung,lalu Dara dan Jio pergi dari sana.

Begitupun dengan Ken yang merasa tidak ada urusan lagi,dia ikut pergi dari pesta.Semua orang kembali ke aktivitas mereka masing masing,musik kembali diputar.

Monica yang merasa kesal langsung menarik tangan Satria menjauh dari yang lainnya.

___

Kini Monica dan Satria berada di dalam rumah.

"Satria,lo itu apa apaan sih,kenapa lo tolongin Dara kayak gitu!"ucap Monica kesal.

"Pantas kalau gue bertindak disaat hampir saja orang lain celaka karna ulah lo...lo itu kenapa sih Monica,kenapa lo sejahat itu sama Dara"

"Lo itu gak usah berpihak sama gadis kampung itu!"

"Ini kesalahan dalam diri lo Monica,lo selalu aja ngerendahin orang lain,dari dulu sampai sekarang lo itu gak pernah berubah"

"Cukup Satria!..gue ini sahabat kecil lo,dan lo malah belain gadis dari desa yang bahkan lo gak kenal"

"Lo salah Monica,gue memang tidak akrab dengan Dara,tapi gue tau bagaimana diri Dara,dan yang jelas Dara itu beda sama lo"

Setelah mengatakan itu Satria pergi dari hadapan Monica.Monica menghentakkan kakinya kesal,untuk pertama kalinya Satria lebih memihak orang lain dibandingkan dirinya.

___

Beberapa saat kemudian...

Kini Dara berada dikamarnya,Dara sudah mengganti gaunnya dengan pakaian santai,Dara duduk di depan jendela besar yang ada di kamarnya.

Dara terus teringat akan masa masa dimana dirinya dan Satria bersama.Kejadian tadi membuat Dara tidak bisa lepas akan Satria.

Tak lama kemudian Yuda datang menghampiri Dara dan langsung ikut duduk di depan Dara.

"Dara"ucap Yuda lalu Dara sadar akan lamunanya dan beralih menatap Yuda.

"Bagaimana dengan pestanya?"tanya Yuda.

"Pestanya bagus ayah"jawab Dara lalu Yuda mengangguk.

Seketikan keadaan menjadi hening,lalu tak lama kemudian yuda mengucapkan sesuatu.

"Ayah mau tanya,apa kau mau bicara sesuatu pada ayah...saat itu kau belum sempat untuk bicara karna ayah harus mempersiapkan pernikahan,karna sekarang ayah ada disini,sebaiknya kau katakan apa yang ingin kau katakan pada ayah"ucap Yuda.

"Ayah,sebenarnya aku ingin membicarakan ini sama ayah,tapi aku takut karna ayah mendengar ini,ayah akan marah dan banyak pikiran,apalagi kini seluruh keluarga sedang mempersiapkan pesta pernikahan,aku gak mau kalau apa yang akan aku katakan hanya akan membuat ayah hilang fokus kepada persiapannya"

Yuda menatap putrinya itu dengan lekat.

"Kenapa kau bicara seperti itu,kau bahkan belum mengatakannya,tapi kau sudah merasa seperti ini,sekarang katakan pada ayah,apa yang ingin kau katakan"

Dara berpikir sejenak,dia tidak ingin melakukan hal yang salah.

"Ayah,aku mempunyai impian yang sangat ingin aku wujudkan"ucap Dara.

"Impian apa itu?"tanya Yuda.

"Ayah,aku ingin menjadi seorang..."

Ucapan Dara terpotong karna tiba tiba terdengar suara barang yang jatuh di luar kamar.

Brukkk

Yuda dan Dara terkejut,lalu mereka berdua keluar dari kamar dan lebih terkejut saat melihat Nenek yang sudah duduk di atas lantai dengan beberapa barang.

"Ibu"ucap Yuda lalu menghampiri Nenek dan membantunya berdiri,begitupun dengan Dara.

"Nenek,Nenek gak papa 'kan,ada yang sakit gak?"tanya Dara khawatir.

"Nenek tidak papa,hanya saja kaki Nenek sakit"jawab Nenek.

"Ibu,sebenarnya ibu mau apa,kenapa ibu membawa barang-barang ini,ibu bisa minta tolong Yuda 'kan"ucap Yuda.

"Sudahlah,kalian tidak usah khawatir,diusia tua begini,aku harus banyak kegiatan"balas Nenek.

"Nenek,di usia tua nenek itu harus istirahat,bukannya mencari kegiatan,nanti gimana kalau punggung Nenek sakit,terus kaki Nenek juga lagi sakit 'kan,nanti sakitnya double dong"ucap Dara sampai membuat Nenek tertawa.

"Yuda,putrimu ini sudah seperti orang kota,dia sampai lupa kalau di usia tua kita harus banyak kegiatan supaya badan tidak kaku,kini dia melupakan ajaranku"ucap Nenek kepada Yuda.

"Ibu,apa yang dikatakan ibu memang benar,tapi yang dikatakan Dara juga benar,kalaupun ibu harus melakukan kegiatan,jangan melakukan kegiatan yang berat"balas Yuda.

"Yasudahlah,kalian berdua memang tidak bisa mengerti"

Setelah mengatakan itu Nenek berjalan dengan perlahan meninggalkan Yuda dan Dara.

"Lho..kok Nenek bicara seperti itu ayah"ucap Dara.

"Sudahlah,sekarang kau katakan apa yang ingin kau katakan tadi"

"Dari awal,setiap aku ingin mengatakan impianku pada ayah,selalu saja ada halangannya..apa mungkin ini pertanda kalau aku tidak boleh mengatakan semuanya sekarang."kata Dara dalam hati.

Karna melihat Dara yang diam saja,Yuda memegang pundak Dara.

"Dara,kenapa kau diam saja?"tanya Yuda.

"Tidak papa ayah..emm,soal yang ingin aku bicarakan,sebainya kita bicarakan nanti saja ya ayah,soalnya aku kebelet pengen ke kamar mandi"

Dara terpaksa berbohong,dia selalu yakin kalau apa yang dikatakan hatinya memang benar.

"Yasudah sekarang kau pergi ke kamar mandi"suruh Yuda lalu Dara mengangguk dan pergi dari sana dengan berlari.

Yuda menggelengkan kepala melihat putri bungsungnya itu.

"Sebenarnya apa yang ingin Dara katakan"ucap Yuda.

___

RUMAH SATRIA

Saat ini Satria sedang berada di dalam kamarnya,Satria membaringkan tubuhnya diatas kasur,dia menatap langit langit kamarnya dengan tersenyum.

"Dara"

Yah,kini Satria sedang memikirkan Dara,Satria kembali mengingat pestanya yang sudah berlalu.

Satria mengingat kehadiran Dara saat itu,penampilan Dara benar-benar telah membuat Satria tidak bisa melupakannnya.

Lalu tiba tiba Gita datang dan langsung menghampiri Satria,Gita tidak bermaksud untuk mengganggu anak sulungnya itu yang kini sedang tersenyum sendiri.

Gita melipat tangannya kedepan dada sambil tersenyum.

"Satria,dia benar benar sudah besar,pasti dia mengingat gadis itu."kata Gita dalam hati.

Gita pun jadi teringat akan Dara,setelah itu Gita keluar dari kamar dan kembali menutup pintunya.

Satria masih saja sama seperti sebelumnya,dia sama sekali tidak menyadari akan kehadiran ibunya tadi.

"Lo telah membuat gue seperti ini Dara,dan untuk itu lo harus tanggung jawab,jika gue benar benar jatuh cinta sama lo,maka lo harus kembali membalasnya dengan cinta yang lo berikan sama gue"ucap Satria.