webnovel

Ignored By My Husband? Well, I Don't Care

Sebelumnya, aku hanyalah pekerja kantoran yang hanya memikirkan bagaimana caranya agar bisa menjadi cepat kaya kemudian bisa bersantai dengan tenang tanpa mengkhawatirkan masalah uang dan kebutuhan hidup lainnya. Namun tiba-tiba aku tertabrak oleh sepeda motor yang dibawa oleh bocah berandalan dan tidak sadarkan diri. Saat itulah aku bermimpi masuk ke dalam sebuah dunia yang tidak ku kenal dan menjadi orang kaya dadakan. Aku menjadi seorang istri dari penguasa kaya raya namun di telantarkan oleh suamiku sendiri lantaran ia sibuk bermesraan dengan wanita lain. Well, aku tidak peduli. Silahkan kau nikmati perselingkuhan itu dan biarkan aku berfoya-foya dengan hartamu, hahaha. "Cornelia, maafkan aku, tolong jangan tinggalkan aku." Entah kenapa suamiku yang sebelumnya sangat dingin dan membenciku tiba-tiba berkata seperti itu padaku. "Nona Cornelia, setelah kau cerai nanti, menikahlah denganku." "Kau cinta emas? Baiklah, akan ku berikan semua harta di dunia ini asalkan kau mau menikah denganku." Lalu, dua pria bujangan ini kenapa tiba-tiba ingin sekali menikah denganku? Aku harus bagaimana?

ghea_cashiela · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
29 Chs

Chapter 11

Kediaman Marquis Petronille

Odelia menatap kosong ke arah jendela dengan wajah yang kusut dan berantakan. Apa yang dilakukannya saat di ruang istirahat bersama Charles tadi malam terus berputar di dalam otaknya.

Saat ia terbangun dari tidur, Odelia memegangi kepalanya yang sakit dan meminta pengawal rahasianya menceritakan apa yang terjadi tadi malam. Setelah mendengarkan cerita pengawalnya dan puing-puing ingatan tadi malam mulai bersatu dalam pikirannya, Odelia mulai berteriak histeris.

Pengakuan dosa yang dilakukannya kepada Charles benar-benar berada di luar kendalinya. Ia tidak tahu siapa yang meracuni minuman yang ia minum tadi malam, tapi terimakasih berkat orang tersebut, Odelia secara alami menjadi musuh Charles Harvey.

"Argh!!!"

PRANG!

Odelia membanting semua barang yang berada di dekatnya. Vas bunga, gelas, dan benda-benda kaca ataupun keramik lainnya satu persatu pecah ditangan Odelia. Ia pun tak segan untuk melukai pengawal rahasianya yang ia beri nama Patrick.

PLAK!

"Kenapa kau tak membawaku pergi sebelum aku membeberkan rahasiaku kepada Charles, huh?!" Tanya Odelia setelah menampar keras sebelah pipi Patrick yang tidak terluka.

Patrick tetap berlutut bergeming dan dengan tenang menunduk meminta maaf pada Odelia, "Maafkan saya, Nona."

"Hah..." Odelia duduk di atas kursinya yang mengarah ke arah jendela dan menyisir rambutnya kebelakang, kemudian ia menjetikkan jarinya dan sebuah bayangan hitam muncul di belakangnya dengan mata merah menyala yang mengerikan. Segera, bayangan hitam itu menerjang Patrick dan sebuah tanda merah muncul di jantung Patrick, "Cari orang yang berani meracuni minumanku dan bawa kehadapanku. Jika kau gagal, kutukanku akan aktif dan membunuhmu. Kuberi kau waktu tiga hari untuk mencari pelakunya."

"Baik, Nona." Balas Patrick dan menghilang detik itu juga.

Odelia kembali menatap keluar jendela dengan dingin. Saat ini, ia memikirkan bagaimana caranya menghadapi Charles jikalau ia harus bertemu dengannya.

Mungkinkah dirinya mampu membohongi Charles setelah semua rahasianya terbongkar? Apakah Charles masih mau menerima undangan darinya jika ia meminta Charles untuk datang kerumahnya? Atau, haruskah ia menyerah saja?

Tidak. Setelah semua rencana yang ia lakukan beberapa tahun yang lalu, ia tidak bisa menyerah begitu saja.

Ia sudah berhasil melenyapkan kedua orang tua Charles dan menjadikan Noelle sebagai budaknya. Ia mampu menyingkirkan siapapun yang berani mencuri perhatian Charles darinya. Ia tidak mungkin menyerah begitu saja hanya karena setengah rahasianya sudah terbongkar.

"Hm, Noelle?"

Tiba-tiba, seulas senyum lebar menghiasi wajahnya.

Jika Charles menolaknya, ia hanya harus memaksa Charles untuk menerimanya. Ia bersyukur dirinya belum membunuh Noelle. Odelia tahu Charles sangat menyayangi Noelle, tidak mungkin Charles bisa menolak Odelia jika nyawa Noelle terancam di depan matanya. Dengan Noelle sebagai umpannya, Charles mau tidak mau harus menerima dirinya dan meninggalkan Cornelia. Sekali lempar dua burung kena.

Sekali lagi, senyum Odelia mengembang dengan sangat tinggi.

"Charles, kau milikku seorang."

Sambil bersiul riang, Odelia pergi meninggalkan kamarnya dan pergi ke suatu tempat.

-_*_-

Danau abu-abu dan dunia abu-abu, aku kembali lagi ke tempat kelabu ini.

"Amelia."

Aku menoleh saat seseorang memanggilku dengan suara lembutnya yang khas. Akupun tersadar bahwa saat ini aku tidak sendirian di dalam dunia kelabu ini, ada Cornelia yang menemaniku disini.

"Bisakah kau memberikan kesempatan satu kali lagi pada Charles?" Tanya Cornelia dengan raut wajah yang sulit untuk kubaca.

"Kenapa? Bukankah kau juga tersakiti?" Tanyaku padanya.

Cornelia berjalan menghampiriku dan berdiri disebelahku, "Ya, tapi aku mencintainya," Balasnya sambil tersenyum lemah, "Saking cintanya, aku rela untuk disakiti olehnya."

Dengan kesal aku membalas, "Bodoh. Kau sangat bodoh Cornelia."

Kupikir, Cornelia akan marah jika aku mengatainya seperti itu, namun ia hanya tertawa kecil menanggapi umpatanku.

"Ya, kau benar. Aku memang bodoh," Ucapnya sambil menerawang pada air danau yang tenang, "Waktu itu, kau menanyakan padaku apa yang kuinginkan bukan?"

Aku mengangguk mengiyakan.

"Salah satu permintaan yang kuminta padamu adalah aku ingin kau bahagia, tetapi setelah kau menginginkan perceraian itu, hatiku terasa sakit,"

Aku mengatupkan bibirku dengan rapat. Ingin menceramahinya, tetapi aku tidak tahu kalimat apa yang pantas kuucapkan. Aku sangat tidak mengerti jalan pikir orang-orang yang sedang jatuh cinta. Kebanyakan diantara mereka hanya akan menutup mata dan memaafkan kesalahan fatal pasangannya sekalipun ia sangat tersakiti. Padahal, di luar sana masih banyak manusia pilihan terbaik yang dihadirkan dalam hidup mereka, akan tetapi mengapa mereka rela dirinya di sakiti oleh orang yang mereka cintai sampai akhir? Apakah itu benar-benar bisa disebut sebagai cinta?

"Kumohon Amelia, tolong berikan satu kesempatan lagi padanya..." Pinta Cornelia dengan senyuman lemah.

Aku menatap mata Cornelia, tak tega melihat dirinya sampai mengemis padaku. Padahal, akulah yang telah mengambil alih tubuhnya tanpa sengaja. Dia bisa mengancamku dan melakukan hal-hal jahat lainnya padaku, tetapi dia memilih jalan lain.

Aku menghela napas berat dan mengalah, "Baiklah. Aku akan memberinya satu kesempatan lagi. Tapi jika dia mengulangi kesalahannya lagi, aku benar-benar akan bercerai dengannya."

Kedua sudut bibir Cornelia terangkat tinggi dan tersenyum lebar, "Terimakasih, Amelia."

Seketika, cahaya putih menelan kesadaranku dan membangunkanku di dunia nyata.

"Nyonya?" Panggil Yura yang sedang melipat pakaian yang berserakan di dalam koperku, "Nyonya!!! Akhirnya anda bangun!" Serunya sambil meletakkan pakaian yang ia lipat di atas meja dan berlari ke arahku.

"Hei, tenanglah." Ucapku sambil memijat kepalaku yang pusing lantaran sedang mengumpulkan nyawa yang masih traveling entah dimana.

"Maaf nyonya, saya hanya terlalu senang karena akhirnya anda bangun dari tidur panjang anda." Ucap Yura sambil mengelap air mata yang terkumpul di kelopak matanya.

Hah? Tidur panjang? Memangnya berapa lama aku tidur?

"Apa maksudmu tidur panjang, Yura?"

"Nyonya tertidur selama tiga hari dan tidak kunjung bangun. Tuan Duke sangat khawatir pada nyonya hingga rela meninggalkan jam tidurnya demi merawat nyonya." Jelas Yura padaku hingga membuatku shock.

Bagaimana aku tidak terkejut, seorang Charles Harvey rela tidak tidur hanya karena ingin merawatku? Si Cornelia yang dia benci ini? Bukankah itu adalah suatu hal yang mustahil sekali untuk dilakukan oleh pria itu?

"Haha. Yura, kau tidak sedang bercanda kan? Tidak mungkin pria itu bersedia merawatku sampai merelakan waktu tidurnya."

Namun, ekspresi wajah Yura dan juga nada bicaranya tampak sangat serius, "Nyonya, saya tidak sedang bercanda. Tuan Duke sangat mengkhawatirkan nyonya selama tiga hari ini."

Tidak. Aku tidak akan memercayainya sebelum aku melihat buktinya dengan mata kepalaku sendiri. Jika pria itu benar-benar mengkhawatirkanku, sudah dipastikan saat ini dia akan berada di sampingku. Tapi lihatlah sekarang, pria itu entah berada dimana.

"Kalau dia benar-benar khawatir padaku, dia tidak akan meninggalkanku sendirian saat ini." Ucapku keras kepala.

"Anu, itu," Yura terlihat ragu sambil menggaruk dagunya yang tidak gatal, "Tuan Duke sedang berada di lobi hotel bersama dengan beberapa ksatria dari kekaisaran." Ucap Yura dengan hati-hati.

"Hah? Ksatria kekaisaran?" Tanyaku sekali lagi untuk memastikan pendengaranku.

Yura mengangguk, kemudian ia memberikan sebuah amplop hitam bercapkan emas padaku.

"Ksatria itu meninggalkan amplop tersebut kepada saya untuk diberikan kepada nyonya jika nyonya sudah bangun." Jelas Yura kemudian mundur beberapa langkah dari tempat tidurku.

Surat dari ksatria kekaisaran, sudah pasti merupakan surat dari Kaisar langsung padaku. Dengan ragu, aku membuka surat tersebut dan terkejut saat membaca isinya.

Putriku, kudengar terjadi sebuah insiden padamu di pesta ulang tahun Detrix Osvald.

Maukah kau pulang ke rumah sesekali saja? Kami cemas dan rindu padamu.

Dari Ayah dan Ibumu tercinta.

Surat ini adalah surat dari kaisar?! Kenapa kalimatnya hampir sama seperti sms dari orang tuaku yang memintaku pulang ke rumah setiap bulan?!

"Yura, Charles sedang bersama para ksatria itu di lobi kan?" Tanyaku sekali lagi.

"Iya nyonya."

"Ambilkan selendangku, kita akan ke lobi sekarang."

"Ba-baik nyonya!"

Yura segera mencarikan selendang yang akan kugunakan untuk menutupi tubuh bagian atasku. Aku tidak membawa sweater rajutku ke sini, jadi mau tidak mau aku hanya bisa mengenakan selendang yang fungsinya hampir sama dengan jaket di zaman modern, hanya tidak sehangat kedua pakaian tebal itu.

Segera setelah Yura memberikan selendang tersebut padaku, aku berjalan keluar dari kamarku dan menuju ke lobi hotel. Syukurlah tidak banyak bangsawan yang berlalu-lalang di dalam hotel ini, karena kebanyakan dari mereka sudah pulang duluan dan sisanya hanya ingin menikmati kesempatan untuk berlibur di Kerajaan Osvald.

Aku mencari sosok Charles di tengah lobi. Syukurlah lobi tersebut terlihat lapang sehingga aku dapat menemukan Charles dengan cepat.

"Charles." Panggilku dan pria bersurai hitam itu menoleh padaku.

"Cornelia?!" Serunya dan segera berdiri menghampiriku, "Kenapa kau kemari? Bukankah tubuhmu masih belum pulih?" Tanya Charles yang terlihat sangat khawatir.

Charles melepaskan jas miliknya dan menutupi tubuhku menggunakan jasnya, kemudian merangkulku dan membawaku duduk di kursi lobi.

Tunggu, tunggu sebentar.

Jadi Charles benar-benar mengkhawatirkanku?!

"Padahal kau bisa menyuruh Yura untuk datang memberitahuku tanpa perlu berjalan jauh kemari," Lanjutnya kemudian duduk di kursi yang terletak di sampingku.

Aku terdiam tak bisa membalas. Perilaku Charles barusan benar-benar mengejutkanku sehingga aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya. Cornelia, apakah kau sudah menyadari perubahan Charles sehingga kau memintaku untuk memberinya kesempatan kedua?

"Aku yakin kau kemari karena sudah membaca surat tersebut, bukan?" Tanya Charles dengan lembut.

Sial! Kenapa suaranya tiba-tiba terdengar sangat seksi disaat ia berbicara dengan lembut seperti itu?! Apa-apaan ini?! Kenapa jantungku ikut-ikutan berdegup kencang sekarang?!

"Cornelia?" Panggil Charles karena tidak mendapat jawaban dariku.

"A... Aku sudah membacanya..." Balasku kaku.

"Jadi, apa kau ingin kembali?" Tanyanya padaku, masih dengan suara lembut nan seksi miliknya.

Aku menggigit bibirku untuk menenangkan jantungku yang berdetak tidak karuan. Demi Udin, jantung dari tubuh ini tidak kuat menerima serangan halus dari pria tampan yang brengsek ini!

"Maaf menyela pembicaraan anda. Saya Kevneer, pengawal yang ditugaskan oleh Kaisar untuk menjemput anda, Tuan Putri." Ucap seorang ksatria tampan bersurai merah terang dengan manik hijaunya yang cerah. Ia terlihat sangat berwibawa dan gagah.

Kenapa semua pria yang kutemui di dunia ini rata-rata merupakan para pria tampan?! Bahkan si brengsek yang merupakan suami dari pemilik tubuh ini pun juga merupakan seorang pria yang sangat tampan dan gagah. Apakah ini merupakan hadiah dari Tuhan karena aku telah lama menjomblo di duniaku yang sebelumnya?!

"Yang Mulia Putri Cornelia, saya berharap anda mau memenuhi permintaan Kaisar karena beliau begitu khawatir dengan kejadian yang menimpa anda di pesta ulang tahun Pangeran Osvald. Saya mohon, kembalilah untuk sementara waktu, Tuan Putri."

Sebuah tangan hangat menepuk pelan pundakku, "Pulanglah untuk sementara waktu. Kaisar begitu merindukanmu." Ucap Charles padaku.

Aku menoleh pada Charles, "Bagaimana denganmu?"

"Aku akan menyusulmu setelah aku menyelesaikan semua pekerjaanku."

Aku menundukkan kepala dan berpikir.

Sejujurnya, tidak masalah jika aku kembali ke Kekaisaran sekarang. Tetapi aku takut untuk bertemu dengan Kaisar dan Permaisuri yang merupakan orang tua kandung dari tubuh yang kurasuki saat ini. Bagaimana aku harus bersikap di depan mereka? Bagaimana jika mereka tahu bahwa jiwa yang ada di dalam tubuh putrinya ini bukanlah jiwa dari putri kandung yang mereka rindukan?

Disisi lain, aku baru saja mengalami kejadian tidak mengenakkan di pesta ulang tahun Detrix tiga hari yang lalu. Mungkin dengan kembali ke 'rumah' dapat memulihkan keadaan mental dan fisikku untuk sementara waktu.

"Baiklah, aku akan kembali ke Kekaisaran."

Charles berdiri dari kursinya, "Baiklah, aku akan membawakan kopermu ke dalam kereta, sedangkan Yura dan para maid yang kau bawa akan membantumu untuk membersihkan diri," Ucap Charles kemudian mengulurkan tangannya, "Ayo."

Tanganku refleks menggapai uluran tangan itu.

'Sial, tubuh ini sepertinya masih terikat dengan Cornelia asli.'

Mau tak mau, aku berjalan kembali ke dalam kamar bersama dengan Charles.

-_*_-

Perjalanan menuju ke Kekaisaran menempuh waktu dua hari dari Kerajaan Osvald. Kerajaan Osvald dan Kekaisaran Crescentia hanya dibatasi oleh laut yang luas, sehingga di perjalanan kali ini bokongku terbebas dari rasa pegal akibat kursi kereta yang keras dan tidak nyaman, contohnya seperti perjalanan dari kediaman Harvey ke Kerajaan Osvald.

Sesampainya di Kekaisaran Crescentia, aku mulai menaiki kereta yang disediakan dari Kekaisaran. Kereta dari Kekaisaran sendiri ternyata lebih super duper nyaman untuk digunakan. Aku tidak perlu mengeluh tentang bokongku yang keram dan semacamnya lantaran kursi yang ada di dalam kereta ini benar-benar sangat empuk hingga kau bisa bersandar dengan tenang diatasnya.

Lalu saat ini aku sedang menatap keluar jendela. Pemandangan kotanya benar-benar memanjakan mata dengan banyaknya bangunan yang berdiri cantik menghiasi kota. Para penduduknya sendiri ramai memenuhi pusat kota dan juga tak jarang banyak turis yang datang berkunjung ke ibukota ini.

Setelah melihat pemandangan kota yang ramai, aku kembali disuguhkan oleh pemandangan dinding pagar istana yang menjulang tinggi, sekilas terlihat seperti dinding Maria yang ada di Attack On Titan.

...

...

Ehem. Maafkan diriku yang wibu dan terlalu berlebihan ini. Tetapi sejujurnya dinding ini tidak setinggi dinding Maria yang kumaksud itu.

Dengan mulus dan lancar, kereta yang kutumpangi melewati penjagaan para penjaga gerbang. Setelah melewati gerbang istana, aku masih harus melewati jalan panjang dan jauh ke dalam untuk sampai di istana.

Gila sih, ini luas banget! Lebih luas daripada kediaman Harvey dan istana Osvald!

Lima belas menit kemudian, tibalah aku di depan istana Kekaisaran yang tak kusangka akan sangat megah ini. Dan yang membuatku semakin terkejut adalah, seluruh pelayan sudah berbaris dengan rapi di depan pintu masuk istana kemudian mereka semua membungkuk serempak saat aku turun dari keretaku.

"Selamat datang, Tuan Putri." Ucap para pelayan itu serempak hingga membuatku terdiam berdiri mematung.

"Tuan putri?" Panggil Kevneer yang berdiri di sebelahku.

"I-iya?!" Balasku kaku.

Kevneer menatapku sebentar dengan wajah datarnya lalu mulai membuka mulutnya, "Mari, Tuan Putri. Sepertinya anda masih belum sehat, lebih baik kita segera bergegas masuk ke dalam."

"A-ah, ya."

Dengan tegang aku berjalan melewati jalan yang sudah disediakan oleh para pelayan. Sesampainya di dalam istana, aku dibuat terpana dengan interior yang ada di dalamnya. Bagaimana tidak terpana, semua perabotan bahkan bingkai lukisannya saja terbuat dari emas! Kalau bisa, aku ingin membawa semua perabotan ini satu persatu dan menjualnya di pasar lelang lalu menjadi kaya dadakan, kemudian meminta cerai dengan Charles dan hidup tenang di suatu tempat yang jauh.

Aku berjalan terus tanpa arah tujuan, lebih tepatnya nyasar. Aku tidak tahu denah istana ini karena aku belum pernah menginjakkan kaki di tempat ini sebelumnya. Alhasil aku hanya berputar-putar ditempat yang sama sebanyak empat kali.

"Maafkan kelancangan saya, Tuan Putri. Apakah anda lupa denah istana ini?" Tanya Kevneer, masih dengan wajah datarnya.

Aku menggaruk pipiku dan tertawa malu, "Hehe, iya..."

Kevneer masih dengan wajah datarnya, tidak terlihat marah ataupun tertawa sehingga membuatku merasa tak enak sudah membawa mereka berkeliling tidak jelas. Lebih baik dia marah padaku atau menertawaiku daripada harus memasang wajah datar yang tidak bisa kutebak bagaimana perasaannya saat ini.

"Kalau begitu, saya akan menunjukkan jalan ke kamar anda, Tuan Putri. Kaisar sedang melakukan rapat sehingga beliau belum bisa bertemu dengan anda saat ini."

Aku mengangkat kedua tanganku di depan dada sambil tersenyum kaku, "Ti-tidak apa-apa. Tolong antarkan aku ke kamarku."

"Baik, Tuan Putri. Mari."

Tujuh menit kemudian, tibalah aku di dalam kamar milik Cornelia dan wow! Semua benda yang ada di dalam kamarnya terbuat dari emas hingga membuat mataku silau.

Kevneer dan para ksatria itu pamit undur diri untuk melapor kepada Kaisar mengenai diriku yang sudah sampai dengan selamat. Akupun diberikan waktu untuk membersihkan diri dan beristirahat sambil menikmati teh dan juga camilan yang sudah di sediakan untukku. Semuanya berjalan baik-baik saja, namun ada sesuatu yang mengganjal dari tatapan para pelayan dan juga ksatria tadi (kecuali Kevneer). Mengapa mereka semua menatapku dengan raut wajah yang terlihat sedih?

Ada apa dengan mereka?

Hai hai!!

Mohon maaf jika chapter 11 telat di update...

Karena ada halangan terkait dengan perkuliahan, akhirnya update untuk chapter kali ini tertunda :"

Sekali lagi mohon maaf untuk keterlambatannya :"

ghea_cashielacreators' thoughts