webnovel

Big Dipper

"Apa ini ranjang milik, Vito?" tanya Bagas.

"Hmmm," jawab Leo singkat. 

Bagas duduk di ranjang Violet. Merasakan sensasi yang berbeda kala itu. Bagaimana tidak? Ranjang itu sangat empuk, dan mungkin telah diganti busanya. Belum lagi, sprei kasurnya juga begitu wangi. 

"Apa dia benar seorang laki-laki?" celetuk Bagas. 

Mendengar celetukan Bagas, Leo langsung tersentak. Wajah tegang itu terlihat sangat lucu. Leo hanya takut, jika Bagas atau ada orang lain yang mengetahui identitas asli Violet akan berakibat fatal, sebelum dirinya benar-benar tahu alasan Violet masuk ke sekolah laki-laki dan menyamar sebagai murid laki-laki.

Leo tetap akan melindungi Violet meski dirinya akan sibuk sendiri nantinya. Keputusan yang sudah diambil olehnya, berharap untuk tidak akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. 

***

Setelah apel malam, seluruh murid di sekolah tersebut langsung makan malam bersama. Datanglah Violet menghampiri Bagas dan Leo yang ada di meja makan sana. 

"Bagas, kamu bawa?" tanya Leo, entah apa yang ditanyakannya.

"Iya, ini."

Violet menengok ke arah suara tersebut karena itu suara milik Leo, cowok yang ia sukai. "Ada urusan apa Bagas menanyakan sesuatu kepada Leo?" sekilas, violet melihat Bagas menyerahkan sebuah buku kepada Leo. 

"Apa aku harus menanyakan buku apa yang diberikan kepada Leo? Jangan-jangan itu ada sangkut-pautnya dengan gadis yang lewat temui itu?" gumam Violet dalam hati. 

Makan malam berlangsung dengan lancar. Semua murid di sekolah itu harus siap-siap istirahat. Meski beristirahat juga sudah berdenting, tetap saja banyak murid yang tidak patuh dengan peraturan sekolah. 

"Nah, sekarang sudah malam. Bel istirahat juga sudah berbunyi. Ayo kita ke atap dan mulai bersenang-senang." ajak Bagas. 

"Oke, aku akan bawa minuman juga makanan ke atap," sahut Leo. "Apa kau mau ikut, Vito?" ajak Leo tiba-tiba. 

Ajakan beliau itu membuat jantung Violet berdebar-debar. Ternyata Violet memang menyukai Leo bukan hanya karena Leo populer. Tapi karena Violet memang memendam perasaan yang terdalam kepada Leo. 

"Kamu sungguh-sungguh mengajakku?" tanya Violet sungguh imut wajahnya. 

Leo mengangguk. "Jika kamu tidak bersedia, Aku tidak akan memaksa," ucapnya. 

"Aku bersedia!" sahut Violet sangat bersemangat. 

Mereka pun segera pergi ke atap. Memang acara itu selalu dilakukan oleh Bagas dan Leo berdua saja. Tapi karena Leo memiliki teman sekamar yang berbeda, mau tidak mau Leo juga harus mengajaknya. 

Sesampainya di sana mereka berbincang-bincang sembari menatap langit. Betapa indahnya langit malam yang dilihat dari atap dengan ketinggian yang sangat tinggi itu. 

"Wah, coba lihat langitnya!" teriak Violet. 

Leo dan Bagas langsung menengok ke atas dan melihat langit malam itu. Sajak langit di dilihat dari atas atap berbeda dengan langit yang di lihat dari kamar ataupun ruangan. Melihat langit diatap seolah melihat terakhir yang tengah disirami dengan bintang-bintang yang bertaburan. 

"Tapi di mana rasi bintang big dipper?" tanya Bagas mengadah ke arah langit mencari keberadaan rasi bintang big dipper. 

Violet tidak tahu tentang apa itu rasi rasi bintang. Dia hanya melongo dan menengok ke sana kemari tapi tidak paham bintang mana yang disebut rasi bintang big dipper. 

"Uh, tidak ketemu. Leherku terasa sakit karena terus menengok ke atas," Violet menggerutu dan berhenti mencari. 

"Itu dia. Kelihatan di sana!" tunjuk Leo. 

Orang yang menemukan rasi bintang big dipper dengan jari itu adalah Leo. Leo yang sedari tadi hanya diam saja malah berhasil menemukannya. "Di mana? Di mana?" tanya Violet penasaran. 

"Lihat saja diriku. Kalian yang bintang yang itu, 'kan? Itu ada satu, dua, tiga ... Jika bintang-bintang itu dihubungkan, maka akan terbentuk rasi bintang." jelas Leo. 

Bagas menatapku dengan tatapan heran. Biasanya jika dirinya mengajaknya untuk mencari rasi bintang, Leo selalu menolak dan menyebutnya kekanak-kanakan. "Ada apa dengan Leo?" batin Bagas. 

"Ah benar! Membentuk rasi bintang!" seru Violet girang.

"Big dipper bintang itu adalah, bintang yang paling terakhir di tanganku. Jika kalian turun ke bawah, kemudian akan kelihatan bintang besar yang bersinar terang, bukan?" lanjut Leo masih dengan mengacungkan jarinya. 

"Mana?" Violet masih penasaran. 

Bagas dan violet pun mengikuti perkataan Leo dan menata perlahan ke arah yang ditunjuk olehnya. Saat itu mereka dihadapkan dengan bintang yang paling besar.

"Wah, itu dia! Bintang besar sungguhan!" Violet begitu terlihat bersemangat hingga membuat Leo tersenyum. 

Melihat tingkah Leo yang membingungkan, membuat Bagas semakin. Sangat sulit membuat Leo tersenyum, tapi dengan mudahnya Violet mampu membuat senyum Leo terpancar hanya dengan tingkah konyolnya. 

"Apa aku dan Leo ini sudah tidak normal? Jadi kamu senang dan bahagia melihat Vito, bahagia?" Bagas mulai tekanan batin. 

Pikiran negatif Bagas terus saja bermunculan, takut jika dirinya sudah beralih ke penyuka sesama jenis. Tiba-tiba saja, secara mendadak, Bagas pamit lebih dulu masuk ke asrama dan istirahat. 

"Aku sudah mengantuk, sepertinya aku akan kembali ke asrama lebih dulu. Kali lebih baik mati saja melihat rasi bintang-bintang itu, oke? Selamat malam__" 

Kepanikan pikiran Bagas memang tidak ada salahnya. Saat itu memang Violet sedang menyamar sebagai seorang laki-laki. Namun tetap saja, meski telah menyamar sebagai laki-laki, Violet tetap terlihat seperti seorang perempuan di mata Leo dan juga Bagas. Apalagi Leo memang sudah mengetahui identitas asli Violet.

"Ada apa dengan Bagas? Apakah sebelumnya memang seperti itu, tiba-tiba pergi?" tanya Violet heran. 

Leo hanya mengangkat bahunya. 

Violet pun kembali menatap rasi bintang dengan senyum bahagianya. Lihat terus memandang wajah gadis yang saat itu tengah menyamar jadi lelaki di hadapannya. 

"Sebenarnya apa tujuan kamu dan juga maksud dari penyamaran yang ekstrem seperti ini? Apakah ada pria yang kamu sukai, sehingga Kamu nekat merubah penampilan kamu yang seperti ini?" kata Leo dalam hatinya. 

Violet terus memuji Leo. Violet tidak menyangka jika Leo adalah lelaki yang cerdas juga dalam segala hal. Violet pun semakin menyukai Leo. 

Malam semakin, Leo pun mengajak violet untuk kembali ke asrama. "Sepertinya aku sudah mengantuk. Apa kau masih ingin tetap disini, atau kembali bersamaku?" tanya Leo. 

"Kembali bersamamu?" Violet salah paham. Dengan pipi merona nya dan juga mata berbinar-binar, Violet lupa jika dirinya sedang menjadi anak laki-laki. 

"Kita satu kamar. Jika kamu mau barang, ayo. Kalau tidak, ya tidak masalah__" 

Tanpa menunggu jawaban dari Violet, Leo sudah melangkah lebih dulu menuju pintu satu-satunya penghubung atap dan juga anak tangga. 

"Tunggu! Aku juga mau kembali!" teriak Violet. 

Violet merasa bahwa Leo sedikit berubah pandangannya kepada dirinya. Tanpa Violet sadari, Leo memang berubah karena sudah mengetahui bahwa Violet adalah seorang gadis. Meski begitu, menghindari adanya rasa malu, Leo memutuskan untuk diam dan menunggu Violet sendiri yang mengakui serta menjelaskannya.