Setibanya di rumah sakit, Elio dan Emma segera menuju ruangan khusus di mana Vera masih terbaring. Sudah dua hari berlalu, tetapi Vera masih belum sadar dari koma. Suara mesin-mesin medis yang terus berbunyi menambah kesan tegang dalam ruangan tersebut.Elio duduk di samping tempat tidur Vera, menggenggam tangan istrinya dengan penuh kasih sayang. Sementara itu, Emma berdiri di dekat pintu, memberikan ruang kepada majikannya namun tetap siap sedia membantu kapan saja diperlukan."Vera, aku di sini." Bisik Elio lembut, mencoba menenangkan dirinya sendiri sambil berharap istrinya dapat mendengarnya."Kami semua menunggumu. Tolong, bangunlah."Tak lama kemudian, tiba-tiba Vera bergerak sedikit. Tangan Vera yang terkulai di sisi tempat tidur bergetar pelan. Elio dan Emma yang berada di dekatnya terkejut melihat gerakan kecil itu."Vera...?"Bisik Elio, suaranya penuh harap. Dia mendekatkan wajahnya ke arah Vera, memperhatikan dengan cermat tanda-tanda kehidupan dari istrinya.Emma yang melihat itu langsung berdiri dengan cepat. "Tuan Elio, saya akan segera memanggil dokter!"Katanya sambil bergegas keluar kamar."Ya, cepat, Emma!"Jawab Elio dengan suara yang penuh kekhawatiran dan harapan.Emma berlari menyusuri koridor rumah sakit, mencari petugas medis atau dokter terdekat. Setiap langkahnya terasa seperti berlomba dengan waktu, hatinya berdebar-debar penuh kecemasan.Mata Vera perlahan mulai terbuka, menandakan bahwa Vera telah sadar setelah dua hari koma. Betapa bahagianya Elio melihat Vera membuka matanya. "Vera, sayang, kamu sudah bangun?"Ucap Elio dengan penuh kegembiraan. Namun, ada hal aneh yang terjadi. Tatapan mata Vera tampak kosong, seolah tidak mengenali lingkungan sekitarnya."Vera, ini aku, Elio, suamimu." Panggil Elio lagi dengan lembut, mencoba menarik perhatian istrinya.Namun, Vera tidak menghiraukannya. Dia terus menatap lurus ke depan, seolah-olah dalam dunia yang berbeda. Beberapa menit kemudian, Emma tiba bersama dengan Dokter Milena yang menangani Vera. "Dokter, Vera sudah sadar, tapi ada yang aneh." Kata Elio dengan cemas.Dokter Milena segera mendekati Vera dan mulai memeriksanya. "Bu Vera, bisa dengar saya? Ini Dokter Milena." Panggilnya dengan suara tenang.
Tiba-tiba, Vera mulai menangis.
"HUAAAAAAAA.....!!!!!"
Tangisannya semakin keras, seperti bayi yang baru dilahirkan. Elio dan Emma tampak bingung dan cemas melihat reaksi tersebut."Dokter, kenapa dia menangis seperti ini?"Tanya Elio, suaranya penuh kekhawatiran.Dokter Milena mencoba menenangkan Vera dengan lembut, menepuk-nepuk bahunya. "Bu Vera, tenang, kamu aman di sini. Cobalah bernapas pelan-pelan.""HUAAAAAA....!! HUAAAA....!!" Tangisan Vera semakin menjadi-jadi. Suaranya sangat kuat, seperti bayi yang baru dilahirkan, membuat suasana di ruangan itu semakin mencekam."Dokter, apa yang terjadi dengan Nyonya Vera? Kenapa dia seperti ini?"Tanya Emma, matanya berkaca-kaca melihat majikannya dalam keadaan seperti itu.Dokter Milena mengeluarkan suntikan dari kotak peralatan medisnya."Maaf, Pak Elio. Saya harus memberikan suntikan penenang ini untuk menenangkan Vera." Kata Dokter Milena dengan tegas namun lembut. Elio hanya bisa mengangguk dengan penuh kekhawatiran.Dengan hati-hati, Dokter Milena menyuntikkan obat penenang ke lengan Vera. Perlahan, Vera mulai tenang, napasnya menjadi lebih teratur, dan tangisannya mereda. "Baiklah, Bu Vera. Beristirahatlah. Kami ada di sini untukmu." Kata Dokter Milena dengan suara lembut sambil mengusap dahi Vera.Elio dan Emma mengamati dengan cemas saat Dokter Milena memeriksa kondisi Vera.Setelah memastikan bahwa Vera stabil, Dokter Milena berdiri dan menatap Elio dengan serius."Pak Elio, kita perlu bicara." Katanya sambil memberi isyarat kepada Elio untuk mengikutinya ke luar kamar.Elio mengangguk dan mengikuti Dokter Milena keluar ruangan, sementara Emma, yang juga terlihat khawatir, mengikuti dari belakang.Mereka berjalan melewati koridor rumah sakit yang sepi hingga tiba di ruangan kecil yang tenang.***Sesampainya di ruangan Dokter Milena, Elio dan Emma duduk di hadapan Dokter Milena di meja kerjanya.Suasana ruangan yang tenang tidak mampu meredam kecemasan di wajah Elio dan Emma.Dokter Milena menatap keduanya dengan serius sebelum membuka dokumen-dokumen yang berada di atas meja."Pak Elio, ada beberapa hal penting yang perlu saya sampaikan mengenai kondisi Bu Vera." Kata Dokter Milena dengan suara lembut namun tegas.Elio menelan ludah, merasa tegang. "Apa yang terjadi, Dokter? Apakah Vera akan baik-baik saja?" Tanyanya dengan penuh harap.Dokter Milena menghela napas panjang sebelum mulai menjelaskan. "Kami telah melakukan berbagai pemeriksaan selama beberapa hari terakhir ini. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, dugaan awal saya ternyata tepat. Bu Vera mengalami kerusakan otak parah akibat kecelakaan itu, dan hal inilah menyebabkan amnesia."Emma menggenggam tangan Elio untuk memberikan dukungan, sementara Elio terlihat semakin khawatir."Amnesia? Ya Dokter, saya masih ingat anda menjelaskan hal itu kemarin." Ucap Elio dengan suara bergetar.Dokter Milena mengangguk. "Ya, Pak Elio. Namun, amnesia yang dialami oleh Vera bukanlah amnesia biasa. Bu Vera mengalami sindrom yang dikenal sebagai 'Amnesia Infantilsme Regressiva.' Ini adalah kondisi yang sangat jarang di mana individu mengalami regresi mental ke tahap perkembangan yang lebih awal, dalam kasus Bu Vera, membuatnya seperti bayi."Elio dan Emma saling bertatapan, terkejut dan bingung dengan diagnosa yang diberikan dokter Milena."Apa itu artinya, Dokter?" Tanya Elio dengan nada khawatir.Dokter Milena menjelaskan dengan hati-hati,"Hasil tes terbaru menunjukkan bahwa Bu Vera mengalami amnesia yang sangat jarang terjadi, yaitu infantilisme, di mana dia mengalami regresi ke masa bayi. Ini berarti Vera mengalami perubahan kepribadian yang signifikan. Dia mungkin merasa dan berperilaku seperti seorang bayi, kehilangan kemampuan berbicara dan melakukan tindakan yang biasanya dia lakukan sebagai orang dewasa. Ini disebabkan oleh kerusakan otak parah yang dialaminya akibat kecelakaan itu." "Maksudnya, Vera kini merasa dirinya adalah bayi?" Tanya Elio dengan suara gemetar.Dokter Milena mengangguk lagi. "Benar, Pak Elio. Ini adalah kondisi yang sangat langka dan biasanya disebabkan oleh trauma otak yang sangat parah. Dalam kasus Bu Vera, bagian otak yang mengatur ingatan dan perilaku dewasa telah rusak, sehingga dia kembali ke tahap perkembangan yang lebih awal. Dia menunjukkan perilaku seperti bayi, termasuk menangis tanpa alasan, kesulitan berbicara, mencari kenyamanan dalam pelukan, dan segala hal yang mencerminkan sifat bayi pada umumnya."Elio masih duduk tegang di kursi, tatapan kosongnya menerawang ke langit-langit ruangan. Ketegangan terpancar jelas dari ekspresi wajahnya yang tegang."Pak Elio, saya mengerti betapa sulitnya ini bagi Anda." Ucap Dokter Milena dengan lembut, mencoba memberikan dukungan di tengah situasi yang penuh ketidak pastian.Elio menatap dokter dengan pandangan yang penuh mencari harapan.
"Apakah Vera masih bisa disembuhkan? Adakah peluang untuk kembali seperti sedia kala?"Tanyanya dengan suara gemetar.