Tamasha dan Juan akhirnya bekerjasama.
Di kamar VIP Rumah Sakit itu mereka berdiskusi membahas langkah kedepan.
"Jadi, setelah bertemu dengan beberapa Calon Dewa, kemampuan kita akan meningkat, dan kurasa saat ini aku bisa meningkatkan efek kemampuan 'Generation' milik Mamba setelah bertemu dengannya."
Juan berjalan mendekati Leon, menyentuh kening adik laki-lakinya perlahan.
Sekumpulan Energi mengalir dari tubuhnya kearah lengannya hingga dahi adiknya yang tertutup perban.
Tamasha berusaha menahan rasa takjubnya, namun matanya yang terbelalak tak bisa menutupinya.
"Jika ini berhasil, maka kita, maksudku, kau bisa membawa keajaiban ke Dunia nyata ini, Juan!"
Tamasha terlihat sangat antusias hingga ia beranjak dari kursinya dan mendekati Juan yang masih berkonsentrasi.
"Sepertinya dalam waktu dekat pemulihan struktur kepalanya akan membaik dengan cepat, Juan."
Suara yang tak asing lagi mengejutkan Tamasha, namun Juan tak menyerah untuk terus mengalirkan energinya.
Dokter Eghar masuk kedalam ruang tersebut dan menanggapi apa yang dilakukan Juan.
"Haaahhhh..."
Beberapa saat kemudian tubuh dan wajah Juan berkeringat.
"Kau seperti atlet yang selesai melakukan marathon, tubuhmu pasti terbebani."
Mata Juan menunjukkan tubuh dan pikirannya terbebani, ia hanya mengangguk ringan seolah daya tubuhnya tersisa sedikit saja.
"Se... bentar..."
.
..
...
'Benar-benar melelahkan! Padahal barusan aku hanya menggunakan Generation dan Specification untuk memusatkan kecepatan penyembuhan di luka Leon.
Tapi ternyata aliran energiku mengalir ke seluruh tubuh Leon, mungkin secara alami penyembuhan terbaik adalah membiarkan seluruh tubuh memulihkan fungsi setiap organ hingga luka menutup perlahan dengan sendirinya...'
Juan bertumpu pada lengan kanannya yang bersandar pada ranjang Leon.
'Generation akan kutingkatkan dengan Amplification untuk memulihkan energiku.'
Tubuh Juan terasa sejuk hingga udara disekitar Tamasha dan Dokter Eghar terpengaruh.
"Wah-wah, kemampuan yang praktis! Ketika kelelahan kau bisa memulihkan energi sejenak, lalu lanjut menyembuhkan target!"
Tamasha melihat dengan penuh semangat kearah Juan.
Juan tampaknya benar-benar serius melakukan ini.
'Belum! Bahkan jika bisa aku harus menambah kapasitas maksimal energiku untuk penyembuhan intensif atau pertarungan durasi panjang.
Dengan kapasitas sekarang, aku hanya bisa menyembuhkan luka fatal selama 30 detik, atau bertarung dalam durasi 3 menit.'
Tamasha berusaha memahami posisi Juan, bagaimanapun dalam Awaland ia adalah gadis yang sempat menjadi Calon Dewa Top. Terlihat dari bagaimana caranya ia menyikapi hal-hal tertentu.
Tubuh Juan terlihat lebih segar, pandangan matanya kembali fokus dan menajam.
"Satu menit ya, Juan."
Tamasha mencoba menerka kalkulasi kemampuan Juan.
"Ya, Tamasha, 60 detik untuk memulihkan Energi...
Jika aku bertarung melawan 'Dewa', 1 detik pertama untuk fokus akan membuatku mati terbunuh."
"Jadi itu yang kau hadapi ketika berusaha menyelamatkanku..."
Tamasha bergidik mengerutkan dahi dan memicingkan mata.
"Terus terang karena terakhir kali aku adalah Moderator, kemampuan Gulunganku tidak berfungsi maksimal di dunia ini."
Dokter Eghar mencoba bergabung dalam pembicaraan mereka.
"Moderator? Siapa namamu di Awaland, Dokter Eghar?"
Juan penasaran dengan identitas Dokter Eghar.
"Dumstang, mungkin kalian pernah mendengar ID itu."
Tamasha mendadak berlutut, reaksi biasa bagi mereka yang mendapatkan ingatan selama di Awaland.
"Keren jika kau juga bisa memproduksi 'Artifak Dewa' di dunia ini, Dokter Eghar!"
Tamasha bangkit dan semangat menanyakan idenya kepada Dokter itu.
"Dengan kondisi terakhirku sebagai Moderator, disini aku hanya bisa menciptakan peralatan medis dengan kemampuan lebih."
Dokter Eghar berjalan kearah etalase yang berisi beberapa peralatan medis.
"Tak akan ada yang menyadari, disini peralatan medisku memiliki kemampuan penyembuh 15% lebih baik dibandingkan milik dokter lain pada umumnya."
Tamasha dan Juan saling memandang.
"Bagaimana jika peralatan medismu mendapatkan tambahan Energi dari Juan, Dokter Eghar?!"
Tamasha melonjak dengan semangat.
"Wah, kurasa itu akan menjadi solusi terbaik saat ini, aku akan mencobanya!"
.
..
...
"Hebat! Bisa terpikir cara seperti ini, nggak salah kita bekerjasama, Tamasha!"
Juan mengalirkan energinya kearah Infus dan Injeksi Dokter Eghar bersamaan.
"Terasa aliran energi yang luar biasa, hawa dinginnya lebih menyegarkan dibandingkan sebelumnya."
Dokter Eghar menanggapi fenomena itu dengan wajahnya yang terkesan datar.
.
..
...
'45 detik, bertambah 50% dibandingkan sebelumnya!
Selanjutnya aku harus mempersingkat kecepatan pemulihan energiku, setidaknya menjadi hanya 10 detik!'
Remaja itu kembali memusatkan energinya.
Baik Tamasha dan Dokter Eghar mendekap tangan mereka masing-masing menahan sensasi dingin yang meluap dari tubuh Juan.
"Kaca ruangan ini, mulai kaca jendela hingga kaca etalase, semuanya mengembun karena hawa dingin yang dikeluarkan Juan."
Tamasha bergumam pelan, Dokter Eghar ikut mencermati perubahan yang dimaksudnya.
"Hah!"
Kondisi Juan kembali segar.
"25 detik Juan! Ada peningkatan!"
Tamasha menyemangatinya, Dokter Eghar mengangguk.
"Ini belum cukup Tamasha, aku masih harus berusaha keras."
Juan menanggapi pujian Tamasha sambil mengalirkan energi pada luka Leon dan bekas Injeksi dan Infus yang sebelumnya ditambahkan Dokter Eghar.
"Kalian berdua semangat sekali."
Suara seseorang yang asing bagi Tamasha, namun pernah didengar oleh Juan membuat mereka menoleh melihat kearah datangnya suara.
Dokter Eghar tak menggubris.
Dua orang masuk ke dalam ruangan itu.
"Siapa kalian?"
Tamasha yang baru sekali melihat sosok dua orang itu spontan melemparkan pertanyaan.
Juan kembali fokus mengalirkan energinya kepada adiknya.
"Perkenalkan ini Icol, Vilxliv, dan aku Tony, Extremus."
Tamasha kembali tersungkur, ingatan dari kedua orang ini muncul bersamaan dan membebani tubuh gadis itu.
"Dua sosok yang menghebohkan Awaland ya, Tamasha."
Dokter Eghar tersenyum menanggapi reaksi tubuh Tamasha yang terkejut dengan kedua nama itu.
"U... ugh... Dua sosok Hidden Moderator paling mengerikan di Awaland ya..."
Tamasha kembali bangkit. Ia menggerakkan kedua tangan disertai kaki dan lehernya.
"Benar juga, setelah ingatan mengenai Vilxliv dan Extremus kembali, tubuh, jiwa, dan pikiranku terasa ringan dan mantap!"
Ketiga orang itu tertawa, sementara Juan tetap fokus dengan apa yang dilakukannya.
"Satu menit lebih! Durasi penyembuhannya bertambah drastis!"
Tamasha menoleh kearah Juan dan Leon.
"Hei, gadis yang mengerikan, baru saja mendapat ingatan Vilxliv dan Extremus, sudah bisa langsung bereaksi dengan kejadian di dunia nyata."
Vilxliv, Icol menanggapi reaksi Tamasha yang begitu cepat.
"Ya, bukannya kamu sendiri yang memilih dia sebagai Calon Dewa, Col!"
Extremus, Tony memukul bahu teman akrabnya itu sambil tertawa.
"Ya, maksudku aku memperjelasnya supaya kalian memujiku..."
Mereka kembali tertawa mendengar kata-kata sosok yang sempat menjadi Hidden Moderator di Awaland itu.
"Metode Charge-Boost seperti itu benar-benar memangkas waktu berlatih."
Terdengar suara satu orang lagi memasuki ruangan itu.
"Ah, Nova rupanya."
Tamasha langsung mengenalnya.
"Ya, Masriz dan Nova membantu banyak Calon Dewa yang berpotensi untuk membantu Juan, nggak kaget kalo Tamasha juga kenal."
Tony mengomentari Tamasha yang malah penasaran dengan apa yang diucapkannya.
"Apa maksudmu? Nova juga ada hubungannya dengan Awaland?"
Tamasha mengharap mendapat penjelasan dari pertanyaannya itu.
"Dia juga Moderator, sama seperti kami."
Dokter Eghar menjawab pertanyaan Tamasha.
"E..eehh... makin lama hawa dingin yang dikeluarkan Juan makin menusuk, kau tampaknya memaksakan diri, Juan."
Tamasha langsung menanggapi apa yang terjadi disekitarnya.
"Bukannya menanggapi jatidiriku malah bereaksi dengan energi Juan, gadis lucu."
Nova menanggapi reaksi Tamasha.
"Kebetulan bukannya tadi kau juga menanggapi perkembangan Juan, Nova?"
Tamasha menjawab Nova.
"Yah, benar juga, tapi kalian semua benar-benar menanggapi pertempuran ini dengan serius ya?"
Nova berjalan mendekati Juan.
Ia menggapai tangan Juan.
"Eh... Tangannya!"
Tamasha baru menyadari perubahan yang ditunjukkan Nova.
"Juan memaksa regenerasi tubuhnya berkali-kali lipat."
Dokter Eghar menjelaskan situasi yang terjadi dihadapan mereka.
"Ya, Tubuhnya bertambah tinggi, massa ototnya, dan... Juan coba lihat kemari."
Icol memanggil Juan.
Remaja itu menoleh dan membuat mereka semua terpaku dengan perubahannya.
"Dua, tidak, tiga tahun pengorbanannya... Dia tampak tiga tahun lebih dewasa dari usianya sebelumnya."
Dokter Eghar mendekati Juan dan melihatnya lebih seksama.
"Berhenti sebentar Juan. Aku akan memeriksa kondisi Leon sebelum kau malah melakukan tindakan yang tidak perlu."
Pria itu mengambil beberapa peralatan medis dan melakukan pekerjaannya.
"Dia sudah pulih total... Hanya saja perlu waktu hingga ia bisa sadar dan memulihkan energinya."
Tamasha terbelalak, Nova, Tony, dan Icol tersenyum ringan, namun Juan terlihat terlalu lelah untuk bersyukur.
Ia mengabaikan ucapan Dokter Eghar dan berjalan lemas kearah Sofa.
Menenggelamkan diri dalam-dalam di sofa itu tanpa mempedulikan sekelilingnya.
"Benar... Ia sangat memaksakan diri..."
Tamasha yang sangat peka dengan perubahan kecil melihat sosok Juan dengan pandangan Iba.
"Diantara semua Moderator, Nova adalah Moderator yang paling Relevan, ia tak memihak siapapun, dan memberi saran terbaik bagi siapapun sesuai kehidupan yang dijalani."
Suara lain masuk kedalam ruangan itu.
"Masriz!!!"
Tony, Icol, dan Dokter Eghar serentak memanggil sosok itu.
"Oh iya, mengenai Nova tadi, siapa sebetulnya dirimu, Nova?"
Tamasha teringat sosok Nova setelah mendengar penjelasan dari Masriz.
"Dia adalah Louise di Awaland."
.
..
...
"Nah, Juan dan adiknya dikelilingi sosok-sosok yang tampaknya berbahaya."
Sosok yang pernah muncul didekat orang tua Juan kini mengamati Rumah Sakit dari jauh.
"Tuan Brunott, kami akan mengurus prosedur masuk rumah sakit jika anda berkenan."
Seorang pria dengan setelan jas rapi menyapa pria bernama Brunott itu.
"Tenang saja, kita tak perlu terburu-buru.
Jika kita bisa berjalan hingga dua atau tiga langkah didepan, semuanya akan terkendali."
Sosok bernama Brunott itu membalikkan badan dan menghadap kearah pelayan itu.
"Cari tahu sosok-sosok yang mengunjungi Leon hari ini, tulis nama mereka dan bacakan padaku satu persatu setelah itu."
Pelayan dihadapannya mengangguk.
.
..
...
"Selanjutnya apa yang akan kau lakukan Tamasha?"
Icol, Vilxliv mencoba membuka topik diskusi dihadapan Tamasha, Tony-Extremus, Dokter Eghar, Nova-Louise, dan Masriz.
"Aku mendapat ingatan tentang beberapa Calon Dewa dari data di Perpusnik, dan menurutku yang paling berbahaya adalah, Brunott."
"Tapi setelah mendengar cerita dari Juan barusan, aku merasa bahwa meningkatkan kemampuan untuk mengantisipasi dari mereka yang meminta bantuan Dewa juga langkah yang baik."
Mereka semua terdiam mendengar tanggapan Tamasha.
"Tapi, aku masih penasaran dengan apa tujuan para Calon Dewa atau siapapun yang punya kapasitas untuk meminta bantuan Dewa..."
Mereka menunggu lanjutan ucapan Tamasha.
"...Tujuan mereka yang punya kapastias untuk meminta bantuan Dewa, tapi berusaha mengejar dan menjatuhkan kubu kita, atau lebih tepatnya, Juan!?"
"Seharusnya, dengan kapasitas dari para Dewa yang mereka sewa, mereka bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan.
Tapi kenapa mereka juga ikut campur bahkan berusaha mengejar Juan?"
Tamasha terus mengungkapkan apapun yang ada di pikirannya.
"Coba saja Naruna ada disini, ia pasti teringat dengan bagaimana kritisnya Tamasha menggali informasi mengenai Awaland ya, Nova?"
Dokter Eghar meringis melihat semangat dan kecerdasan Tamasha.
Tamasha lagi-lagi terpancing dengan nama Naruna.
"T... Tunggu, kalian berusaha memancing kemampuanku dengan memunculkan nama-nama dan sosok-sosok Moderator?"
Tamasha dengan gamblang mengungkapkan apa yang dipikirkannya.
Suara tepukan tangan muncul dari dua orang sekaligus, Masriz dan Nova.
"Benar-benar luar biasa, salah satu Calon Dewa yang melambangkan Kecerdasan yang Anggun seperti Vilxliv, sedangkan Louise diwakili oleh Zah..."
Sebelum Masriz menyelesaikan kata-katanya, serentak 3 orang Moderator, Nova, Icol, dan Tony membungkan mulutnya.
Tamasha merasa aneh dengan tindakan mereka.
"Kau memanggilku?"
Sebuah sosok lagi-lagi masuk kedalam ruangan itu.
Sosok ini menggambarkan karakter yang Tenang, dan Gelap.
.
..
...
Zahal muncul ditengah diskusi mereka.
Tak ada yang terkejut sedikitpun, namun mereka sadar bahwa kemunculannya tepat waktu.
"Kau muncul juga, Manipulator!"
Ya, Tamasha hanya mengingat Zahal sebagai sosok Manipulator, karena terakhir kali ia bertemu dengannya di Perpusnik, saat itu ia pingsan karena ingatan sosok Brunott.
"Kalian mendiskusikan hal yang sia-sia."
Zahal mengungkapkan apa yang ada dipikirannya.
"Apa maksudmu?"
Tamasha menanggapi ucapannya.
Zahal menunjuk kearah Masriz.
"Sosok yang berada dibalik Awaland ada disini, yang perlu kita lakukan hanya berjalan di posisi yang kita tempati."
Zahal menjelaskan hal itu dan mengarahkan pandangannya yang tajam dari Masriz kearah Tamasha.
Baik Nova, Dokter Eghar, Tony, Icol, dan Masriz sendiri tak menanggapi ucapan Zahal.
"Lalu apa tujuanmu kesini, Manipulator?"
Tamasha menegaskan pertanyaannya.
Masriz dan Nova tersenyum.
Zahal merubah ekspresi seriusnya dengan senyuman dingin.
Tamasha adalah satu-satunya sosok yang penuh dengan pertanyaan disana.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa hanya aku disini yang nggak paham dengan apa yang terjadi?"
Ia berusaha menenangkan diri, menyandarkan posisi duduknya, lalu melihat ke sosok Zahal yang dikenalnya sebagai 'Manipulator'.
"Kita berada di kondisi yang mendekati Klimaks, Gadis bodoh."
Zahal melihat Tamasha dengan pandangan tenang.
"Hei, aku ketinggalan kejadian-kejadian penting, bukan berarti aku bodoh, cowok angkuh!"
Tamasha memandang Zahal dengan tatapan tajam.
Setelahnya mereka semua menantikan antara Zahal atau Tamasha untuk membuka bahasan.
.
..
...
"Jadi sudah diputuskan ya? Pemimpin Dewa Nordik, Odin!"
Seorang Dewi berdiri ditengah Dewa-dewa.
"Ya, kita akan membawa pasukan yang terdiri dari 3 Dewa, merasakan ancaman yang datang dari Indonesia!"
Dewa yang dipanggil Odin itu menegaskan apa yang dimaksud sebelumnya.
.
..
...
"Menurutku, munculnya manusia yang berani membeli dan membayar para Dewa, adalah Ancaman dan Hinaan, sebagai Pemimpin Olympus, aku akan mengirim Ares, Hephaestus, dan Athena untuk menyerang mereka!"
Semua Dewa menunduk dan mengangguk mendengar keputusan dari Zeus.
.
..
...
"Kesepakatan kita bersama, kita akan mengirim dua Dewa untuk menyerang Indonesia."
Anubis berada ditengah para Dewa Padang Pasir yang menanggapi ucapannya dengan penuh antusias.
.
..
...
"Dari kejadian hari ini, aku, Wisnu, menyarankan kita melenyapkan kekuatan bibit-bibit pemicu masalah itu, sebelum mereka mempermalukan nama Indonesia didepan Asosiasi Dewa Internasional."
Wisnu berdiri ditengah ruangan tak berujung yang dikelilingi cahaya.
"Aku akan mendukung kebijakan apapun dari Wisnu, dengan kemampuanku kuharap kita semua bisa bekerja sama untuk membendung bibit-bibit baru itu."
Ganesha menanggapi ucapan Wisnu, lalu menoleh kearah Ashura.
"Kau yang sempat bertarung dengannya, Ashura, katakan pendapatmu mengenai target kita."
Ganesha mempersilahkan Ashura untuk berpendapat.
"Jika Ganesha dan Wisnu menyediakan lahan bertempur yang tak merusak Alam, aku tak akan menahan diri untuk menghancurkan mereka!"
Tatapan Ganas Ashura memunculkan tekanan luar biasa disekelilingnya.
.
..
...
"Ugh..."
Juan terbangun dari tidurnya.
"Sepertinya kita nggak bisa main-main sebentar lagi..."
Ucapannya membuat semua orang disekitarnya menoleh kearahnya.
"Aku baru saja mengalami firasat buruk..."
....
Wah-wah-wah, akhirnya sampai ke Fase ini!
Kalo sebelumnya di How to be a God, Fase terbaik adalah Event-event dalam Hidden Quest melawan Hidden Moderator, disinilah Klimaks dalam buku ini.
Pastikan ajak temanmu untuk terus mengikuti perkembangan cerita yang asik abiz ini ya!