webnovel

I Wake Up and Become A Mother!

Lia terkejut, benar-benar nyaris jantungnya keluar dari rongga dadanya. Dia yang mendapat julukan perawan tua, di kampung halamannya malah tiba-tiba menjadi seorang Ibu! Belum lagi kenyataan kalau dia punya anak! Punya suami dan anak! GILA! Sebenarnya apa yang terjadi? "Ibu ..., peluk bayi." tapi anak ini begitu lucu, Lia tidak bisa pura-pura tak peduli padanya.

Kanaya_kez123 · Lịch sử
Không đủ số lượng người đọc
15 Chs

Prolog

"Ibu?"

Suara lainnya menyahut, "Ibu?" itu suara bayi, benar-benar manis.

"Aku ibu?"

"Ibu? Ibu?" anak itu menyahutnya lagi dengan bingung.

"Beneran seorang ibu?"

"Bu ..., ibu?"

GILA!

Lia bahkan belum pernah berpacaran, menikah dia juga ogah! Mengapa dia malah punya bayi? Bayi siapa ini? Bayi orang? Atau bayi jadi-jadian?

Meski dia terlihat lucu dengan kulit putih bersihnya rambut pirang, mirip boneka! WAH! MATANYA MERAH! Apa ini? Jangan-jangan Lia terlalu berkhayal, Lia capek dikatain orang kampung dengan julukan perawan tua; jadi dia tiba-tiba diberi bayi cakep, lucu, imut ini? Tapi bayi tidak bisa tiba-tiba datang—mereka kan asalnya dari perut ibunya.

Lia kan bukan ibunya—

"Buuuuuu." bayi itu masih memanggil Lia dengan sebutan Ibu!

Dengan tegas, Lia menjawabnya. "Aku bukan ibumu!"

Tapi bayi itu tiba-tiba menangis dengan keras! "Bu .... bu ...." sambil masih memanggil Lia dengan sebutan Ibu!

Tangannya menggapai-gapai Lia meminta pelukan.

Tiba-tiba ....

Brak!

"Kalau kau tidak bisa menanganinya. Beri saja dia kepada pengasuh. Tidak usah mengatakan ingin merawatnya sendiri, kau tidak becus! Tidak usah tiba-tiba peduli padanya. Itu tidak akan membuatku jatuh cinta padamu."

Eh-eh-eh.

Apa sih orang ini? Tidak bisakah, kalau bicara kepedasan kalimatnya dikurangi? Dia selalu marah-marah, padahal Lia tak melakukan apa-apa. Lagipula yang mendekat padanya itu anak ini! Apalagi anak ini memanggil dia ibu! Lia sudah pusing, mengetahui dia sekarang berada di dunia lain ditambah ini astaga.

Lia rasa hidupnya saat ini sedang banyak cobaan, mungkin karena terlalu banyak membalas perkataan orang-orang kampung itu.